Pages

Minggu, 11 Desember 2011

Pak Bin

Saya mengenalnya tak secara langsung. Bahkan tidak pernah bertemu dengan beliau. Namun saya kagum, simpati, dan salut dengan sosoknya. Kalau ada istilah Guru adalah Pahlawan Tanpa Tanda Jasa tanpa ragu-ragu saya akan mengatakan bahwa beliau adalah guru yang paling tepat mendapatkan gelar ini. Kesahajaannya, tekad, keikhlasannya, semangat, pengorbanan, dedikasinya, kecintaannya terhadap anak didiknya, adalah point-point terpenting yang menjadikan beliau sosok tak tergantikan sebagai sebenarnya Pahlawan Tanpa Tanda Jasa.



Beliau adalah Pak Bin, guru setengah baya yang sudah 25 tahun mengabdikan hidupnya sebagai pendidik di sekolah dasar kampung di tepian hutan Sumatera. Guru kecintaan anak-anak kampung, satu-satunya orang yang berprofesi sebagai guru di kampungnya. Pak Bin adalah "penguasa" di sekolahan itu. Yaa "penguasa" karena Pak Bin satu-satunya guru di SD tersebut yang sangat setia datang 6 hari dalam seminggu. Sebenarnya tak hanya satu guru di SD itu, namun ada 3. Pak Bin sendiri, seorang kepala sekolah yang sudah PNS yang tinggal di kota kecamatan, dan seorang guru sukuan dari kota. Namun Kepala Sekolah yang "aneh" ini hanya datang 2 hari dalam seminggu, selebihnya entah apa yang dilakukan di kota. Sementara seorang guru sukuan yang tak kalah "aneh" hanya datang pada hari Jumat. Diketahui, dan sudah membudaya, sukuan di SD tepi hutan itu hanya sebagai batu loncatan -syarat mutlak- untuk bisa mendapat gelar PNS. Ini berbeda sangat dengan Pak Bin, yang tetap ikhlas walau tak kunjung diangkat jadi PNS walau 25 tahun mengabdi sendirian. Gajinya hanya dari sedikit uang SPP anak-anak, yang juga digunakan untuk membeli kapur tulis. Itupun banyak anak yang tak membayar. Makanya sepulang mengajar, bergegas Pak Bin membantu istrinya mengurus ladang di tepi hutan.



Jadi bisa dibayangkan bahwasannya tak jarang Pak Bin harus menjadi guru 6 kelas sekaligus (1-6) dalam satu hari, satu waktu. Inilah hebatnya, yang tak terbayangkan bagi saya yang juga berprofesi bagi seorang guru, entah kepiawaian apa yang dimiliki sosok kharismatik ini. Beliau selalu punya cara mengajar yang unik untuk membuat muridnya asik belajar, mengerjakan tugas tanpa beliau selalu mengawasi. Beliau adalah motivator hebat, kebijakannya menyelesaikan setiap masalah yang dihadapi oleh siswa-siswanya. Tekadnya membuat satu-satunya sekolah di kampung itu tetap berdiri, walaupun bangunannya nyaris roboh dan selalu tampias saat hujan.




Bicara soal Pak Bin yang mengabdi sebagai guru honorer sampai 25 tahun, bukan berarti Beliau diam tak mengusahakan nasibnya. Sudah berulang kali Pak Bin, bertarung di arena yang namanya tes PNS, pun yang berlabel pengangkatan guru honorer besar-besaran. Namun Pak Bin bungkam, saat menjelang pengumuman ada tawaran membayar uang sekian juta. Dan beliau tak bisa berbuat apa-apa. Sementara guru sukuan lainnya datang dan pergi dari SDnya, datang untuk numpang syarat, dan pergi setelah dengan membayar sejumlah uang kembali ke kota di tempat yang lebih nyaman dengan NIP baru di tangan. Miris-miris sekali saya mendengarnya, mengetahuinya. -Sembari sisi hati saya yang lain terus bersyukur dan bersyukur, terima kasih Yaa Allah Engkau Maha Baik memberikan nikmat rejeki padaku tanpa harus terjerumus ke dalam pusaran semacam ini-




Dialah guru paling bersahaja, sebenarnya pahlawan tanpa tanda jasa. Dia lah Pak Bin, guru kesayangan Eliana, Pukat, Burlian, dan Amelia. Juga anak kampung lainnya. Yang tak lelah mendidik anak-anaknya. Pak Bin tokoh guru di Serial Anak-anak Mamak. Saya tak peduli, Pak Bin hanyalah tokoh fiktif dalam novel Tere Liye. Namun tauladannya layak dijadikan cerminan bagi seluruh pendidik di negeri ini. Juga bagi pemerintah di negeri ini. Saya yang profesinya sama dengannya malu membanding-bandingkan dengan Pak Bin. Tak ada seujung kukunya. Inilah kisah seorang guru, Pak Bin yang menginspirasi, mengajari saya arti sebenarnya "guru" tanpa menggurui. Salut untuk pak Bin.



Esok hari, Pak Bin kembali mengajar.
Kelas sempat hening beberapa menit saat Pak Bin hanya berdiri di depan tanpa kata-kata. Lantas tersenyum lebar sekali kepada Munjib. Mengusap ujung matanya yang basah. Dan Munjib sambil menangis sudah berlarian ke depan kelas loncat memeluknya. Erat sekali. Juga diikuti Can, teman-teman yang lain, dan tentu saja aku. Bagi kami, PNS atau tidak, Pak Bin adalah guru kami. Catat itu. -dalam Burlian karya Tere Liye-




4 komentar:

  1. pak bin telah berhasil memberi inspirasi bagaimana seharusnya guru itu sebenarnya. Dicintai oleh murid-muridnya. Ah pasti banyak sekali pak bin - pak bin di negri ini yg tak tersorot. Tere liye ingin membuka mata negri ini bahwa beginilah seorang guru seharusnya. Pak bin... Ah aq menyebutnya mr bean.. Terus beri inspirasi tuk negri ini..

    BalasHapus
  2. bila memang benar...semoga Allah melapangkan jalanya Amin

    BalasHapus
  3. terima kash atas apresiasinya. Saya melakukan itu semua karena saya yakin mimpi2 besar dpat dicapai dgn pendidikan yg baik.

    BalasHapus
  4. @ Pak Bin:

    Pak Bin???
    Pak yg aneh, hehehe Pak Bin jadi-jadian -sambil melirik coffee break-

    BalasHapus