Pages

Sabtu, 01 November 2008

Pendekatan Tematis “Es Buah” atau “Ice Juice”???

“Didiklah anakmu sesuai dengan zamannya, bukan sesuai dengan zamanmu” (Ali bin Abi Thalib Ra)

Mendengar istilah tersebut menimbulkan kebingungan tersendiri. Seharusnya gak sepatutnya aku bingung, karena merupakan salah satu istilah dalam metode-metode pembelajaran dewasa ini. Tepatnya sekitar 2 pekan kemarin, ketika mengikuti pengarahan pembuatan soal LKE (Lembar Kerja Evaluasi) di Dinas Pendidikan Kabupaten . . . terlontarlah istilah tersebut yang menjadi salah satu pembahasan. Sementara aku terjebak dalam kebingungan dengan istilah es buah dan ice juice.


Tidak asing lagi untuk pendekatan tematis, karena sejak kuliah pun sudah terbiasa dapat tugas membuat jaring-jaring tema dengan tema tertentu. Pendekatan tematis adalah salah satu metode pembelajaran untuk kelas rendah (kelas 1, 2, dan 3 SD), dimana pembelajaran dilaksanakan secara terintegrasi antara satu pelajaran dan pelajaran lain. Jadi dalam proses belajarnya, dalam satu kali pertemuan . . . guru dapat mengajarkan beberapa pelajaran. Misalnya hari itu sang bu guru kelas 1 datang ke kelas membawa kertas bergambar tumbuhan lengkap dengan bagian-bagiannya, mulai dari akar sampai dengan daun. Nah si murid diminta menulis bagian-bagian tumbuhan tersebut, lalu mewarnainya, setelah selesai menceritakan bagian-bagian tumbuhan di depan kelas. Dalam satu babak pembelajaran tadi, ada pelajaran IPA (mengenal tumbuhan), ada pelajaran SBK – Seni Budaya dan Kesenian (mewarnai gambar) dan bahasa Indonesia (berbicara, menceritakan bagian tumbuhan).


Lalu bagaimana dengan es buah dan ice juice tadi??? Alhamdulillah tanpa bertanya, salah satu dari pakar kelas rendah memberikan sedikit deskrepsi tentangnya. Jadi macam-macam es dalam pendekatan tematis adalah sebuah analogi. Kalau pendekatan tematis es buah dalam proses belajar dan evaluasinya masih tampak jenis pelajarannya, evaluasinya masih sendiri-sendiri . . . ada evaluasi IPA, bahasa Indonesia, IPS dan sebagainya. Sedangkan pendekatan tematis ice juice, proses ini benar-benar terintegrasi . . . dalam evaluasinya juga evaluasi tematis tidak per pelajaran, dalam satu lembar evaluasi mencakup beberapa pelajaran. Notabene, selama ini aku selalu mendapat amanah untuk mengajar di kelas tinggi (kelas 4, 5, 6) . . . jadi seperti merasa gak perlu mengetahui dan bisa tentang piranti mengajar di kelas rendah. Wah . . . suatu kesalahan besar.


Kemudian ketika kemarin, mampir ke Puskesmasnya akhwat, drg. Elli untuk ngambil bahan buletin . . . bu dokter menodongku dengan pertanyaan bagaimana mengajar tematis itu, lengkap dengan sebuah buku pelajaran tematis untuk kelas 1 (ceritanya mbak Elli mau nentir si Bilal, anaknya yang masih kelas 1. karena mau ujian Mid semester). Ups, agak bingung juga neh . . . ehm, dengan terbata-bata mencoba menjelaskan . . . mengingat-ingat materi kuliah yang sebenarnya sangat teoritis sekali dan alhamdulillah dah dapat sedikit info tentang 2 es tadi. Hehe . . . . ahh semoga bu dokter gak tambah bingung dengan apa yang kujelaskan. Rasanya malu banget, gak expert di bidangnya sendiri . . .


Seperti itulah, mengapa untuk menjadi seorang yang sukses dunia dan akherat kita harus banyak belajar. Islam menuntut, seorang muslim untuk tidak hanya menguasai spesialisasi di bidang tertentu. Tetapi harus mempunyai serangkaian ilmu pengetahuan lain di luar itu dalam batas tertentu. Jika tidak mengembangkan wawasan, seorang muslim akan tertinggal oleh kemajuan zaman dan pada gilirannya tidak dapat bersaing dalam kompetisi hidup bersama kelompok lain.

Dan carilah (pahala) negeri akhirat dengan apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu, tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu . . .” (QS. Al Qasas:77).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar