Pages

Kamis, 08 Desember 2011

Dari Serial Anak-Anak Mamak: Burlian


Tidak keliru, bapak-mamak memberi julukan Burlian sebagai anak spesial. Karena Burlian memanglah cukup spesial. Setidaknya bagi saya yang sudah menyelesaikan satu novel lagi tentang Serial Anak-Anak Mamak episode Burlian, karya Tere Liye. Sebelumnya saya sudah membaca Eliana -anak pertama- dan Pukat -anak kedua-. Dan Burlian bukanlah bocah yang sangat pemberani seperti Eliana, juga bukan anak yang sangat pandai seperti Pukat. Tapi Burlian punya sesuatu yang menarik, pun bagi seorang belum mengenalnya. Memiliki kelembutan hati, keunikan sifat, rasa keingitahuan yang luar biasa besar, hal-hal yang tak terduga yang kadang membuat mamak dan bapak jengkel luar biasa, namun akhirnya mengerti setelah usai apa yang direncanakan Burlian. Dia punya rasa peka dan empati yang memukau.






Yaa Burlian, anak ke tiga di keluarga ini. Tumbuh dalam kesederhanaan, keterbatasan, kepolosan, dan kenakalan. Meskipun demikian, Burlian tidak mempunyai cita-cita yang sederhana khas anak kampung. Cita-citanya adalah naik kapal besar, keliling dunia. Dia memulainya dengan berpetualang di tepian kampungnya, hutan yang masih alami, sungai jernih, ladang bapak-mamaknya, kebun durian wawaknya, lapangan bola bekas pabrik karet, sepanjang pinggiran rel kereta, juga sekolahannya. Pun berawal dengan kelembutan hati yang tak biasa. Diawali juga dengan perkenalan dengan seorang asing yang tak biasa, hingga akrab, dan ini yang nantinya bisa mendamparkan di dermaga tepian pantai Jepang.






Benarlah yang saya ramalkan pada tulisan tentang Pukat, bahwa akan ada kisah tentang
Seberapa Besar Cinta Mamak pada Burlian, dengan kalimat ajaib yang mengaharukan "Jika kau tahu sedikit saja apa yang telah seorang ibu lakukan untukmu, maka yang kau tahu itu sejatinya bahkan belum sepersepuluh dari pengorbanan, rasa cinta, serta rasa sayangnya kepada kalian". Kalimat ini sengaja dibuat penulis sebagai benang merah yang seolah menjadi ikatan tersendiri dari serial ke serial. Ide ini menarik. Seperti yang sudah kita ketahui bersama, bahwasan pesona bunda itu tiada tara, berselimutkan cinta yang tak bisa diterjemahkan dengan kata-kata. Pada Novel Burlian ini, kisah cinta Mamak-Burlian yang mengharukan ada di episode Seberapa Besar Cinta Mamak-1 dan Seberapa Besar Cinta Mamak-2. Menarik dan tak terduga. Tak perlu lah saya ceritakan detailnya, karena bisa mengurangi nafsu untuk membaca novelnya hehehe . . .





Begitu banyak kisah, tingkah polah Burlian yang membuat saya terpukau. Buku ini penuh hikmah. Salah satunya adalah tentang kisah Burlian dengan sekelasnya yang sebelumnya tampak asing di kelas, Ahmad namanya. Karena usaha Burlian dengan bersumber dengan rasa empati yang dimiliki Burlian, akhirnya Ahmad bukan lagi seorang anak kuper, yang menjadi bulan-bulanan ejekan anak sesekolahan. Ahmad menjadi sosok yang dielu-elukan, dan mempunyai tempat baru di hati teman dan warga sekampung. Bagaimana detailnya? hehe silahkan dibaca sendiri. Selesai menyelami kisah si persahabatan Burlian dan Ahmad, ada bulir bening yang tiba-tiba lepas dari mata saya.



Aku? Di kamar, Mamak memelukku erat-erat.
Aku yang tidak mampu menonton siaran langsung TVRI. Aku yang sejak sore menangis . . . yang saat itu tetap saja menangis meski sudah jatuh tertidur. Aku sungguh menangis dalam tidur. Ya Allah, Ahmad telah meminjamkan kehidupannya kepadaku dengan berkata "Biar, biar aku saja yang ambil, Burlian."
Ahmad, Si Ringkih yang Hitam-2, halaman 68



Dan banyak lagi paparan kisah Burlian yang meninggalkan hikmah. Salah satunya kisah Pak Bin (Guru di SD Burlian) -berniat menuliskannya di postingan berikutnya, penokohan Pak Bin- Menambah ketakjuban saya pada Tere-Liye, sehingga selalu rindu membaca karya-karyanya. Tere memang pandai merangkai cerita dengan kalimat sederhana yang mengalir, seolah nyata, tak membosankan, juga memberikan nilai-nilai kebijakan hidup bagi pembacanya. Buku ini penuh hikmah, salah satunya adalah mengingatkan untuk senantiasa bersyukur, jangan lupa bersyukur. Karena selama ini barangkali bagi saya pribadi terlalu banyak nikmat Allah yang lupa untuk disyukuri.

“Fabiayyi aalaa i rabbikumaa tukadzdzibaan.”

“Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan.”

(QS. Ar-Rahman [55]: 13)




2 komentar:

  1. wah mendengar ceritamu membuat mas semakin penasaran...
    se-spesial apa sih si Burlian itu?? sampe saking spesialnya mengalahkan sang Jenius Pukat dan si Pemberani Eliana

    BalasHapus
  2. Nama profesi burlian setelah dewasa apa ya?

    BalasHapus