Pages

Jumat, 30 Desember 2011

Memasak, Makan, Kesenangan, dan Keberkahan

Memasak bagi saya, bukan sebuah hobi. Bukanlah kesenangan yang sangat. Namun, ini juga bukan berarti saya tidak suka memasak. Memasak bagi saya adalah aktivitas kebutuhan, yang terlaksana jika di dukung mood, waktu, energi, dan tersedianya bahan. Jadi, kalau daya dukung itu tidak ada, maka lebih praktis pulang dari kantor mampir sejenak ke warung membeli semangkok sayur dan sedikit lauk . . . yang mencukupi untuk orang serumah.




Meskipun demikian, ketentuan di atas agak bergeser jika aktivitas memasak diembel-embeli kata keterangan "untuk suami". Ini lain lagi, memasak untuk suami adalah sebuah kesenangan bagi saya. Mendekati hobi lah. Waktu saya yang tak banyak bersama suami, membuat saya secara rela dan senang hati memasak untuknya disaat sedang bersama. Alasan kenapa saya "hobi" masak untuk suami karena dia sering request kepada saya, karena dia selalu mengatakan masakan saya enak, karena apa yang saya masak untuknya selalu habis sering tak bersisa walaupun sesederhana apapun . . . I like this. Terlebih karena memang ada sensasi kesenangan tersendiri saat masak untuknya, menyantap hasil pekerjaan saya berdua saja. Yaa . . . harus saya akui, aktivitas ini menyenangkan karena berbalut rasa cinta . . .^^





Pun yang saya kerjakan hampir seminggu ini, saat saya punya waktu libur semesteran, punya waktu menemaninya di rumah kontrakan kami di Bandung. Setiap hari saya memasak untuk suami. Sarapan, makan siang, dan makan malam. Berganti-ganti menu, agar tak bosan. Dan jangan dibayangkan menu mewah "berdaging", hehehe menunya sederhana dan praktis saja. Namun, saat makan ataupun usai makan . . . saya selalu mendapat pujian. Inilah kesenangan, yang membuat saya jadi punya hobi baru.





Seperti siang tadi, saya senang sekali karena tak sendirian. Kantor suami meliburkan karyawannya, sambut tahun baru. Tentu saja menjelang makan siang saya bersiap memasak. Melihat isi kulkas, ada beberapa bahan masakan. Kebiasaan saya, menyetok bahan makanan untuk beberapa hari. Setelah mikir-mikir, akhirnya saya putuskan untuk memasak seperangkat menu makan siang. Ehm . . . menu makan siang sederhana, namun saya tahu sekali suami saya menyukai menu ini. hehehe.




Sret . . . . srettt, tak perlu waktu lama bahan-bahan telah siap dimasak (kebiasaan saya juga, menyimpan bahan sayur dan bahan masakan lain di kulkas sudah dalam kondisi dipotong-potong lalu dimasukkan ke dalam storage -tupperw***-, ini memudahkan dan mempercepat proses memasak). Ini gambarnya . . .


Bahan yang siap dimasak

Tak sampe 30 menit bahan-bahan mentah di atas sudah berubah bentuk, rasa, dan tampilan, tentu saja jadi bisa dimakan ^^

Ini jadinya . . .

Setelah siap, karena suami sudah merasa lapar sebelum mandi lalu shalat Jumat . . . kita makan bersama dulu . . . dan 15 menit kemudian tandas sudah ^^

habis, tinggal beberapa^^

Menu di atas sederhana saja, hanya sayur bening (bayam-labu siam-wortel-kemangi), dadar jagung manis, sambal tomat+trasi, dan pelengkapnya kerupuk. Rasanya sederhana, nikmat dan menyegarkan.



Begitulah, kenikmatan makanan tak hanya dinilai dari bahan jenis makanan, namun proses pembuatannya, rasa yang dimiliki pembuatnya, juga cara kita menyantapnya dengan kesyukuran dan kebahagian merupakan unsur utama agar bisa merasakan kenikmatan masakan itu sendiri. Bismillah mudah-mudahan berkah.




“Apabila salah seorang diantara kalian hendak makan, maka ucapkanlah: ‘Bismilah.’ Dan jika ia lupa untuk mengucapkan Bismillah di awal makan, maka hendaklah ia mengucapkan ‘Bismillahi Awwalahu wa Aakhirahu (dengan menyebut nama Allah di awal dan diakhirnya).’” (HR. Daud Dishohihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shohih Ibnu Majah: 3264)

Rabu, 28 Desember 2011

PR dari Lukisan Pena

Waah dapat PR lagi, yaa . . . harus dikerjakan. Karena mengingat saya juga sangat kecewa kalau murid-murid saya tak mau mengerjakan PR, jadi saya pun tak mau mengecewakan Lukisan Pena yang telah berbaik hati mendaftar nama saya untuk menjawab pertanyaannya hehehe.

11 hal yang menggambarkan tentang diri saya:
  1. Muslimah, berjilbab.
  2. Seorang guru SD, dengan spesialisasi mengajar IPS-Sejarah. Padahal ingin sekali mengajar Matematika.
  3. Sangat suka membaca novel, bukan novel picisan. Tapi novel yang mengemban berjuta hikmah kehidupan.
  4. Cenderung pendiam. Tapi banyak bicara saat mengajar atau ngisi mentoring . . . yaa iyaa lah. Kalau diem saja, jadinya aneh. hehe
  5. Mudah tidur, juga mudah bangun.
  6. Suka cerewet kalau suami minum kopi lebih dari satu gelas sehari.
  7. Sangat suka masak untuk suami, karena biasanya pasti habis.
  8. Suka mengoleksi novel.
  9. Suka jalan-jalan di toko buku atau book fair.
  10. Tidak suka menggambar tapi suka mewarnai.
  11. Simple, dan biasa saja.

Berikut ini adalah daftar pertanyaan yang harus saya jawab:


  1. Kota mana kah yang menjadi impianmu sebagai tempat tinggal nantinya? Kenapa? Pertama, tentu saja kota Magetan sebagai kampung halaman, namun karena suami saya bekerja di Bandung insyaAllah kami berdua akan memilih Bandung sebagai tempat tinggal nanti. Siap-siap ber-mutasi
  2. Kapankah terakhir kali engkau melihat orang tuamu menangis? Boleh tahu alasannya? sekitar sebulan yang lalu, ketika mereka menerima cucu pertamanya. Anak kakak perempuan saya. Bidadari mungil yang cantik sekali HAFIZA ASKANA -perempuan yang baik hati dan terjaga hidupnya-
  3. Seandainya engkau diberi 1 kesempatan mengetahui rahasia langit. Pertanyaan apakah yang hendak engkau ajukan? waduh beratnya, saya pass saja dech. Membiarkan kesempatan itu berlalu begitu saja. Biarkan menjadi rahasia Allah saja.
  4. Hal apakah yang engkau lakukan saat jenuh, penat, atau sedih menyapamu? Biasanya membaca, jalan-jalan. Jika tak mempan, karena peliknya masalah saya akan duduk diujung sajadah. menangis tersedu-sedu, curhat pada yang Maha mendengar sampai lega.
  5. Dari 114 surat dalam Al-Quran, surat apakah yang paling engkau suka/sering engkau baca? Mengapa? Saya suka membaca surat Ar Rahman, mengingatkan begitu banyaknya karunia Allah dan mengingatkan untuk banyak-banyak bersyukur. Selain itu juga mahar pernikahan saya dulu.
  6. Jika engkau boleh memilih, kampus manakah yang engkau ingin menuntut ilmu di dalamnya? dulu saya ingin sekali kuliah di Brawijaya. Namun Allah memilihkan Universitas Negeri Surabaya sebagai tempat saya untuk menuntut ilmu.
  7. Pernahkah mengalami depresi dalam hidup? Bagaimana solusinya ketika itu? Alhamdulillah tidak pernah. Agar tak depresi jalani hidup dengan sabar dan syukur.
  8. Apakah mimpi besar yang sampai saat ini belum engkau capai? Ehm banyak sekali, yang terdekat mungkin ingin segera serumah dengan suami dan hadirnya si kecil di tengah keluarga kami.
  9. Apakah buku yang paling berkesan selama ini? terlalu banyak untuk disebutkan. Buku yang saya baca, selalu meninggalkan kesan dan hikmah masing-masing.
  10. Tempat wisata apakah yang ingin sekali engkau kunjungi? Apapun yang berbau pantai
  11. Kontribusi apa yang ingin engkau lakukan untuk negeri ini? sesuai bidang saya menjadi guru-pendidik yang akan mencetak generasi Rabbani. InsyaAllah.

Yup demikian jawaban saya, perlu banyak mikir menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas. Dan seperti PR yang saya kerjakan sebelumnya. Saya tak mau membuat PR untuk yang lainnya. Musim libur, tak mau saya disibukkan dengan koreksi tugas dan PR. hehehe . . .

Rabu, 21 Desember 2011

Perjalanan Gerimis


Alhamdulillah, doa saya terkabul. Tepat jam 15.30 hujan mulai reda. Tanpa menunggu lama, saya yang sudah siap sejak jam 15.00 bergegas mengenakan jaket, mengambil tas, memakai jas hujan, berangkat ke kampus akbid di kota Kabupaten. Sudah 1 bulan ini saya dapat amanah mengisi mentoring di akbid bersama 7 mentor lainnya. Sementara itu, hujan yang deras sejak jam 14.00 menyisakan gerimis, dan aliran air di jalan beraspal. Melirik langit yang bermendung khas seperti ini, nampaknya gerimis ini akan awet dan merata di seluruh wilayah. Bismillah, mudah-mudahan tidak deras lagi, hanya gerimis.


Perlahan namun pasti saya kendarai sepeda motor saya, jalanan yang agak tergenang dan licin memaksa saya untuk ekstra hati-hati. Apalagi lalu lalang sepeda motor dan mobil masih lumayan banyak di sore gerimis ini. Benar saja, setiap jengkal jalan yang saya lewati masih gerimis, dan sama saja sisa deras 1,5 jam sebelumnya. Tunggu dulu prediksi saya tampaknya tak semua benar, karena melihat kedepan dua atau tiga sepelemparan batu, jalanan tampak putih seperti berkabut. Wah pasti disana masih deras. Yup, akhirnya saya memasuki arena ini. Hujan masih terhitung agak deras, 2 level diatas gerimis lah. Semakin berhati-hati. Saya merasakan telapak tangan yang memegang stang seperti ditusuki jarum, terkena timpaan beratus-ratus tetes hujan. Sengaja tak pakai kaos tangan. Dan saya merasakan kaos kaki saya sudah kuyub, pun ujung-ujung gamis juga sudah basah. Semakin ke arah barat, tetap hujan. Terbersit pikiran ingin balik saja, silih berganti dengan semangat ingin bertemu adik-adik akbid guna melaksanakan amanah.



Tangan tetap kencang memegang kendali. 30 menit perjalanan, akhirnya mendamparkan saya di halaman kampus akbid. Tampak sepi, gerimis lebih menderas. Menyusuri teras-teras ke arah pojok belakang kampus, menuju mushola kampus As Syifa. Ada 2 mentor yang sudah datang, ternyata mereka telah selesai memberikan mentoring. Kelas yang mereka pegang sudah tidak ada kuliah sejak jam 13.00. Sementara di serambi mushola berkumpul 38 mahasiswa akbid tingkat 1, kelas non reguler yang salah satu kelompoknya saya pegang. Hujan yang menderas lagi, memunculkan asumsi bahwa 3 mentor yang lain mungkin tak akan datang. Akhirnya semua bergabung, agak kelimpungan juga saya memberi mentoring dengan jumlah besar seperti ini. Suara saya bersaing dengan gerajak air ditepian genting mushola.



Mengalir seperti air, materi syahadatain. Mengungkap dan memahamkan janji. Janji dengan kalimat Thayibbah, kalimat yang agung. Kesaksian terhadap satu-satunya Illah yang harus disembah Rabb semesta alam Allah SWT. Juga kesaksian terhadap keberadaan Rasulullah Muhammad SAW. Berbalut dengan kisah Mushab bin Umair, pemuda ganteng kaya raya idola gadis Mekkah. Yang luar biasa keseriusannya,
dengan lapang dada melepas semua atribut kemewahan dan kekuasaan jahiliyah yang menjadi haknya. Sebagai konsekuensinya terhadap sumpahnya dengan kalimat Syahadah.



Semakin sore, melirik jam tangan 10 menit lagi tepat pukul 17.00. Tinggal satu bagian yang belum kami pelajari, saya berpacu. Tepat pukul 17.00 dengan backsound rinai hujan, acara mentoring ditutup dengan bacaan istighfar, hamdallah dan doa penutup majelis. Hingga ditutup 3 mentor lain tak muncul, hujan deras memang merata di seluruh wilayah. Saya pun bersiap pulang . . . kembali menyusuri jalan, yang sekarang sudah nampak sekali remang. Lampu-lampu di tepian jalan sudah menyala. Saat melintasi masjid Agung pun sudah bersiap mengumandangkan adzan.



Tetap saja gerimis, rinai ini akan sampai tengah malam tampaknya. Hati saya tiba-tiba jadi gerimis, terbawa suasana. Sambil tetap konsentrasi berkendara, ada sensasi menyenangkan merasuki hati dan jiwa. Meski tubuh jelas amat lelah, dingin, dan tenggorokan saya kering. Namun sensasi rasa ini begitu kuat hingga mampu menanggalkan kelelahan fisik. Sensasi ini selalu saya rasakan saat selesai bertemu dengan adik-adik binaan. Sensasi kenikmatan ukhuwah dan dakwah. Ketika memberikan materi itu, tidak sekedar seperti menuangkan air dari dalam botol ke gelas-gelas. Namun menuangkan air, namun botol itu terisi kembali. Memberikan materi di mentoring atau liqo' tidak hanya mentarbiyah namun juga tertarbiyah. Sensasi inilah yang tak mampu dijelaskan dengan kata-kata sederhana. Selalu ada semangat kebaikan yang menyusup memenuhi relung jiwa. Ketenangan.


Tepat adzan maghrib berkumandang di mushola dekat rumah, saya juga tiba di depan rumah. Masih saja gerimis, rinai berderai-derai. Alhamdulillah.

Selasa, 20 Desember 2011

Persyaratan Pengajuan KARSU/KARIS


Barangkali ada yang memerlukan informasi ini, persyaratan pengajuan Karsu atau karis. Senyampang saya baru saja mengurusinya, masih ingat betul apa-apa yang harus disiapkan.


Karsu atau karis, akronim dari kartu suami/kartu istri. Karsu-Karis merupakan salah satu kelengkapan administrasi yang harus dimiliki oleh seorang pegawai negeri. Karsu dan karis adalah kartu identitas istri/suami PNS dalam arti pemegangnya adalah suami/istri yang sah. Mungkin karsu-karis salah satu kelengkapan yang sering diabaikan. Banyak seorang PNS yang sudah menikah belasan tahun namun tidak punya karsu/karis. Padahal kelengkapan ini tetap ada kegunaannya antara lain:
  • Apabila pensiun suami/istri yang sah, atau yang ada karsu-karisnya yang berhak mengambil pensiun
  • Kemudian salah satu persyaratan untuk pengajuan pensiun kelak

Biasanya pengurusan karsu-karis dilaksanakan secara kolektif oleh Badan Kepegawaian Daerah (BKD) setempat. Karena yang berhak mengeluarkan karsu-karis (termasuk karpeg) adalah Badan Kepegawaian Negara (BKN) -kalau wilayah Kabupeten Magetan di BKN Regional II Sidoarjo-



Hari ini persyaratan pengajuan karsu saya, sudah saya kirimkan ke bagian kepegawaian UPT Dinas Pendidikan Kecamatan, yang selanjutnya akan diteruskan ke bagian Dinas Pendidikan, dan ke BKD. Syarat-syarat yang perlu disiapkan adalah:
  1. Mengisi Formulir, berupa laporan perkawinan pertama. (Lampiran I-A Surat Edaran Kepala BKN No. 08/SE/1983). Contoh formulir bisa ditanyakan/didapatkan di bagian kepegawaian UPT Dinas terkait. rangkap 2
  2. Foto Copy Sah Akta/Surat nikah (dilegalisasi oleh Kepala KUA) rangkap 2
  3. Foto Copy Sah SK CPNS rangkap 2
  4. Foto Copy Sah SK PNS rangkap 2
  5. Foto Copy Sah Kartu Pegawai (Karpeg) rangkap 2
  6. Pas Foto Hitam Putih Suami/Istri ukuran 2x3, 2 lembar

Demikian, persyaratan pengajuan karsu-karis. Untuk melengkapi administrasi kepegawaian, yang tentu saja ada manfaatnya. Daripada saat dibutuhkan baru sibuk untuk pengurusan pembuatannya. Ehm . . . tambah ribet pastinya.

Jumat, 16 Desember 2011

TPA Dewasa

Tadi sore, saat langit mendung yang tak kunjung hujan, saya mengikuti pembekalan TPAD di rumah teman yang juga merupakan tempat belajar dan bermain siswa-siswi PAUD/TK Insan Cendekia. Apa itu TPAD? TPAD atau Taman Pendidikan Al Quran Dewasa, merupakan suatu program pendidikan membaca Al Quran untuk orang dewasa, yang dirintis oleh teman-teman di komunitas saya. Program ini gratis. Program ini sudah di Launching 2 pekan yang lalu, ada sekitar 14 ibu-ibu wali murid PAUD/TK Insan Cendekia yang mendaftar. Namun belum dimulai pertemuan TPA nya. Karena memang diperlukan beberapa mentor yang dapat menghandle kegiatan ini. Selain itu, diperlukan metode khusus untuk pengajaran membaca Al Quran untuk dewasa ini. Oleh karena itu, sore tadi diadakan pembekalan untuk calon mentor program TPAD.



Pembekalan metode pengajaran membaca Al Quran untuk dewasa ini ditujukan agar para calon mentor bisa mempunyai metode yang tepat untuk mengajarkan membaca Al Quran pada ibu-ibu yang tentu saja pola pikir dan belajarnya sudah tak sama dengan anak-anak. Orang dewasa atau orang tua pastilah mempunyai pola pikir taktis, perlakuan belajar membaca dengan metode Iqro' 6 jilid, metode UMMI, metode qiroati, juga metode yang banyak diterapkan untuk mengajari anak kecil dirasakan kurang praktis. Karena metode-metode tadi membutuhkan waktu yang tidak sebentar. Untuk bisa tamat 6 jilid bisa memerlukan waktu 1 tahunan lebih. Sehingga diperlukan terobosan baru yang dengan 8 pertemuan para santri dewasa para ibu-ibu bisa membaca Al Quran.



Dalam acara pembekalan tadi sore, diisi oleh seorang trainer yaitu Bapak Ihsanudin. Pak Ihsan memberikan metode cepat belajar membaca Al Quran dengan 5 langkah, yaitu:

Langkah I
Menghafal dan memahami huruf hijaiyyah dari awal sampai akhir (Alif s.d. ya')
Ya, disini mentor harus berusaha agar peserta TPAD paham. Caranya bisa dengan menghafal 4 huruf lebih dahulu, lalu diacak. Ditambah lagi menjadi 8 huruf lalu diacak lagi. Begitu seterusnya sampai seluruh huruf bisa dihafal dan dipahami --> kenal, hafal, paham.
kalau ada huruf yang sulit karena bentuknya hampir sama, bisa dituliskan dikertas agak besar lalu minta untuk ditempel di pintu kulkas atau almari, bisa juga dapur.
Oh iya kata Pak Ihsan, pengenalan huruf ini dibutuhkan waktu setengah dari target. Karena targetnya 8 pertemuan maka langkah I memakan waktu 4 pertemuan (1 pertemuan @ 30 menit)

Langkah II
Memahami perbedaan ciri fisik (bentuk) huruf dari titiknya.
Misalnya huruf Ba' dan saudaranya yang bertitik lainnya, kita tekankan perbedaan titiknya. Juga Huruf yang jika disambung maka hilang ekornya. Huruf yang berubah tidak beraturan. Ada juga huruf yang tak mau digandeng.

Langkah III
Membaca tulisan arab gandeng, tetapi hanya dibaca hurufnya saja, belum dikenalkan dengan harakat. Saat langkah ini peserta diminta membawa Al Quran, karena arab gandengnya langsung diambilkan dari Al Quran. Dengan begini peserta TPAD merasa senang dan termotivasi karena sudah mulai membaca di Al Quran. Padahal hanya hurufnya saja. hehehe. Selain itu penggunaan Al Quran secara langsung, akan lebih cepat membiasakan peserta untuk mengenal huruf arab dan perubahan bentuknya jika berada di depan, tengah, dan belakang.

Langkah IV
Mengenalkan tanda baca (harokat) secara bersamaan seluruh harokat.
Juga langsung dengan arab gandeng di Al Quran. Lalu ditambah tanda tanwin, tasjid, juga dikenalkan dengan tanda waqaf.

Langkah V
Mengenal tajwid sederhana


Satu hal penting yang perlu diperhatikan oleh mentor TPAD adalah bagaimana menanamkan di otak bahwa pasti bisa mengajarkan Al Quran pada ibi-ibu tersebut. Senantiasa memberikan semangat kepada peserta TPAD, dengan menyampaikan fadhilah belajar membaca Al Quran, fadhilah membaca Al Quran yang luar biasa banyaknya. Memotivasi, dengan tidak menakut-nakuti. Misalnya tak perlulah di awal belajar, mentor mengatakan untuk membaca Al Quran yang benar-benar bagus itu kalau tajwidnya sudah tepat juga sudah di tahsin. Wah pasti dech, pekan berikutnya mereka tidak datang. Menurut Pak Ihsan, waktu terbaik dalam belajar adalah 2 kali dalam sepekan, dan harinya tidak berurutan.



Saya senang sekali dengan program yang dicetuskan oleh teman-teman ini, karena ini adalah fenomena yang banyak terjadi terutama di pedesaan/kampung. Sekitar 3 bulan yang lalu, saat ada acara pengajian di tetangga kontrakan di Bandung yang punya hajat. Subhanallah, ibu-ibu yang sudah setengah baya, nenek-nenek lancar sekali bacaan Al Qurannya. Karena saat itu memang saya mengamati yang mereka pegang adalah Al Quran. Membaca beberapa surat, seperti Ar Rahman, Al Waqiah dan beberapa yang lain. Berbeda dengan ibu-ibu di lingkungan saya, yang pengajiannya adalah baru membaca yasin yang sudah ditulis dengan huruf latin (buku cetak, yang disiapkan oleh pengurus jamaah Yasinan). Ini artinya banyak diantara mereka yang belum bisa membaca Al Quran.



Mudah-mudah ke depannya program TPAD ini bisa berjalan lancar dan berkembang. Memang untuk target awal adalah wali murid TK rintisan teman saya di desa sebelah. Bismillah, mudah-mudahan semakin banyak pesertanya, berkembang ke desa tetangga. Dan impian kami menjadi TPAD yang besar, ibu-ibu bapak-bapak bisa lancar membaca Al Quran. Dan Al Quran menjadi kecintaan semua orang. Amin Yaa Rabb.


"Orang yang mahir berinteraksi dengan Al Quran akan bersama para malaikat yang mulia dan taat, sedangkan yang membaca Al Quran dengan terbata-bata, dan ia merasa sulit, ia mendapatkan dua pahala" -HR. Muslim-

"Sebaik-baik kalian adalah yang mempelajari dan mengajarkan Al Quran" -HR. Bukhari-

Selasa, 13 Desember 2011

Koreksi



Ulangan Akhir Semester 1 di SD saya, juga di SD-SD lain di Kabupaten Magetan, hari ini baru berjalan 2 hari. Sementara itu, sudah seminggu yang lalu di Kabupaten/kota tetangga. Juga sudah mengawali start untuk MIN atau MI. Padahal liburnya sama tanggal 26 Desember. Walhasil, kalau dihitung dari awal UAS hari senin kemarin tanggal 12 Desember sampai jadwal penerimaan rapot tanggal 24 Desember 2011. Praktis saya dan teman-teman hanya punya waktu kurang dari 2 pekan untuk menyelesaikan semua urusan berkenaan dengan rapot. Yaa koreksi, ngolah nilai, nulis rapot, ngisi buku induk.



Karena itu, hari ini tepatnya sore ini saya sudah sibuk memainkan ballpoint merah saya, sret . . . sreeet, coret sana coret sini, ngasih tanda betul, tak tuk tak tik di calkulator, sret sret sret nilai, dilingkari dan oke. Berulang dan seterusnya sampai 41 lembar. Lembar jawaban yang saya koreksi, adalah lembar jawaban Bahasa Indonesia ulangan kemarin dan hari ini pelajaran PKn untuk kelas 4, 5, 6. Kalau ulangan begini saya mendapatkan jatah 7 amplop Lembar Jawaban. PKn 4, 5, 6 IPS 4, 5, 6 dan Bhs, Indonesia kelas 4.




Kegiatan koreksi mengoreksi lembar Jawaban siswa seperti ini, adalah rutinitas biasa bagi seorang guru. Kadang malas mengerjakan jugalah hal biasa. Maklumlah sangat monoton dan membosankan. Apalagi kalau jawabannya banyak yang salah, tulisannya bagus cakar ayam, atau banyak tip X waduuuuh. Pengen kabur memeluk bantal hehehe. Namun akan terbayar jika ketemu anak pintar, dengan tulisan rapi, dan nilai yang memuaskan. Mantap hati saya mendukung tangan menggoreskan nilai ^^.








Rasa malas dan bosan pun saya rasakan sore ini, makanya ini disambi posting blog dulu. Namun, saya tetap semangat karena ada 8 anak di kelas saya meraih nilai sempurna di pelajaran Bahasa Indonesia. Banyak juga yang 90an. Lebih dari itu, semangat yang saya dapatkan bersumber dari sugesti di otak saya yang terus bernyanyi bahwa 2 pekan lagi libur datang, 10 hari lagi orang yang saya cintai akan menjemput saya, liburan ke Bandung 2 pekan insyaAllah. Yuhuuiiii. Alhamdulillah, ini adalah nikmat luar biasa ditengah keterbatasan waktu yang saya punya untuk menjadi seorang istri. hehehe. Makanya, meskipun kemarin saya bed rest seharian karena sakit, hari ini saya meresa sehat. Walaupun harus sering istirahat. Karena interupsi tubuh yang menekan-nekan.




Yaa begitulah, tanggung jawab, kesenangan, pengorbanan, kecintaan, kebahagian, sesuatu yang ingin diraih, adalah sumber motivasi yang menyemangati yang dapat mengalahkan segala bentuk kelelahaan lainnya. Bismillah, dengan ijin Allah.





Minggu, 11 Desember 2011

Pak Bin

Saya mengenalnya tak secara langsung. Bahkan tidak pernah bertemu dengan beliau. Namun saya kagum, simpati, dan salut dengan sosoknya. Kalau ada istilah Guru adalah Pahlawan Tanpa Tanda Jasa tanpa ragu-ragu saya akan mengatakan bahwa beliau adalah guru yang paling tepat mendapatkan gelar ini. Kesahajaannya, tekad, keikhlasannya, semangat, pengorbanan, dedikasinya, kecintaannya terhadap anak didiknya, adalah point-point terpenting yang menjadikan beliau sosok tak tergantikan sebagai sebenarnya Pahlawan Tanpa Tanda Jasa.



Beliau adalah Pak Bin, guru setengah baya yang sudah 25 tahun mengabdikan hidupnya sebagai pendidik di sekolah dasar kampung di tepian hutan Sumatera. Guru kecintaan anak-anak kampung, satu-satunya orang yang berprofesi sebagai guru di kampungnya. Pak Bin adalah "penguasa" di sekolahan itu. Yaa "penguasa" karena Pak Bin satu-satunya guru di SD tersebut yang sangat setia datang 6 hari dalam seminggu. Sebenarnya tak hanya satu guru di SD itu, namun ada 3. Pak Bin sendiri, seorang kepala sekolah yang sudah PNS yang tinggal di kota kecamatan, dan seorang guru sukuan dari kota. Namun Kepala Sekolah yang "aneh" ini hanya datang 2 hari dalam seminggu, selebihnya entah apa yang dilakukan di kota. Sementara seorang guru sukuan yang tak kalah "aneh" hanya datang pada hari Jumat. Diketahui, dan sudah membudaya, sukuan di SD tepi hutan itu hanya sebagai batu loncatan -syarat mutlak- untuk bisa mendapat gelar PNS. Ini berbeda sangat dengan Pak Bin, yang tetap ikhlas walau tak kunjung diangkat jadi PNS walau 25 tahun mengabdi sendirian. Gajinya hanya dari sedikit uang SPP anak-anak, yang juga digunakan untuk membeli kapur tulis. Itupun banyak anak yang tak membayar. Makanya sepulang mengajar, bergegas Pak Bin membantu istrinya mengurus ladang di tepi hutan.



Jadi bisa dibayangkan bahwasannya tak jarang Pak Bin harus menjadi guru 6 kelas sekaligus (1-6) dalam satu hari, satu waktu. Inilah hebatnya, yang tak terbayangkan bagi saya yang juga berprofesi bagi seorang guru, entah kepiawaian apa yang dimiliki sosok kharismatik ini. Beliau selalu punya cara mengajar yang unik untuk membuat muridnya asik belajar, mengerjakan tugas tanpa beliau selalu mengawasi. Beliau adalah motivator hebat, kebijakannya menyelesaikan setiap masalah yang dihadapi oleh siswa-siswanya. Tekadnya membuat satu-satunya sekolah di kampung itu tetap berdiri, walaupun bangunannya nyaris roboh dan selalu tampias saat hujan.




Bicara soal Pak Bin yang mengabdi sebagai guru honorer sampai 25 tahun, bukan berarti Beliau diam tak mengusahakan nasibnya. Sudah berulang kali Pak Bin, bertarung di arena yang namanya tes PNS, pun yang berlabel pengangkatan guru honorer besar-besaran. Namun Pak Bin bungkam, saat menjelang pengumuman ada tawaran membayar uang sekian juta. Dan beliau tak bisa berbuat apa-apa. Sementara guru sukuan lainnya datang dan pergi dari SDnya, datang untuk numpang syarat, dan pergi setelah dengan membayar sejumlah uang kembali ke kota di tempat yang lebih nyaman dengan NIP baru di tangan. Miris-miris sekali saya mendengarnya, mengetahuinya. -Sembari sisi hati saya yang lain terus bersyukur dan bersyukur, terima kasih Yaa Allah Engkau Maha Baik memberikan nikmat rejeki padaku tanpa harus terjerumus ke dalam pusaran semacam ini-




Dialah guru paling bersahaja, sebenarnya pahlawan tanpa tanda jasa. Dia lah Pak Bin, guru kesayangan Eliana, Pukat, Burlian, dan Amelia. Juga anak kampung lainnya. Yang tak lelah mendidik anak-anaknya. Pak Bin tokoh guru di Serial Anak-anak Mamak. Saya tak peduli, Pak Bin hanyalah tokoh fiktif dalam novel Tere Liye. Namun tauladannya layak dijadikan cerminan bagi seluruh pendidik di negeri ini. Juga bagi pemerintah di negeri ini. Saya yang profesinya sama dengannya malu membanding-bandingkan dengan Pak Bin. Tak ada seujung kukunya. Inilah kisah seorang guru, Pak Bin yang menginspirasi, mengajari saya arti sebenarnya "guru" tanpa menggurui. Salut untuk pak Bin.



Esok hari, Pak Bin kembali mengajar.
Kelas sempat hening beberapa menit saat Pak Bin hanya berdiri di depan tanpa kata-kata. Lantas tersenyum lebar sekali kepada Munjib. Mengusap ujung matanya yang basah. Dan Munjib sambil menangis sudah berlarian ke depan kelas loncat memeluknya. Erat sekali. Juga diikuti Can, teman-teman yang lain, dan tentu saja aku. Bagi kami, PNS atau tidak, Pak Bin adalah guru kami. Catat itu. -dalam Burlian karya Tere Liye-




Kamis, 08 Desember 2011

Dari Serial Anak-Anak Mamak: Burlian


Tidak keliru, bapak-mamak memberi julukan Burlian sebagai anak spesial. Karena Burlian memanglah cukup spesial. Setidaknya bagi saya yang sudah menyelesaikan satu novel lagi tentang Serial Anak-Anak Mamak episode Burlian, karya Tere Liye. Sebelumnya saya sudah membaca Eliana -anak pertama- dan Pukat -anak kedua-. Dan Burlian bukanlah bocah yang sangat pemberani seperti Eliana, juga bukan anak yang sangat pandai seperti Pukat. Tapi Burlian punya sesuatu yang menarik, pun bagi seorang belum mengenalnya. Memiliki kelembutan hati, keunikan sifat, rasa keingitahuan yang luar biasa besar, hal-hal yang tak terduga yang kadang membuat mamak dan bapak jengkel luar biasa, namun akhirnya mengerti setelah usai apa yang direncanakan Burlian. Dia punya rasa peka dan empati yang memukau.






Yaa Burlian, anak ke tiga di keluarga ini. Tumbuh dalam kesederhanaan, keterbatasan, kepolosan, dan kenakalan. Meskipun demikian, Burlian tidak mempunyai cita-cita yang sederhana khas anak kampung. Cita-citanya adalah naik kapal besar, keliling dunia. Dia memulainya dengan berpetualang di tepian kampungnya, hutan yang masih alami, sungai jernih, ladang bapak-mamaknya, kebun durian wawaknya, lapangan bola bekas pabrik karet, sepanjang pinggiran rel kereta, juga sekolahannya. Pun berawal dengan kelembutan hati yang tak biasa. Diawali juga dengan perkenalan dengan seorang asing yang tak biasa, hingga akrab, dan ini yang nantinya bisa mendamparkan di dermaga tepian pantai Jepang.






Benarlah yang saya ramalkan pada tulisan tentang Pukat, bahwa akan ada kisah tentang
Seberapa Besar Cinta Mamak pada Burlian, dengan kalimat ajaib yang mengaharukan "Jika kau tahu sedikit saja apa yang telah seorang ibu lakukan untukmu, maka yang kau tahu itu sejatinya bahkan belum sepersepuluh dari pengorbanan, rasa cinta, serta rasa sayangnya kepada kalian". Kalimat ini sengaja dibuat penulis sebagai benang merah yang seolah menjadi ikatan tersendiri dari serial ke serial. Ide ini menarik. Seperti yang sudah kita ketahui bersama, bahwasan pesona bunda itu tiada tara, berselimutkan cinta yang tak bisa diterjemahkan dengan kata-kata. Pada Novel Burlian ini, kisah cinta Mamak-Burlian yang mengharukan ada di episode Seberapa Besar Cinta Mamak-1 dan Seberapa Besar Cinta Mamak-2. Menarik dan tak terduga. Tak perlu lah saya ceritakan detailnya, karena bisa mengurangi nafsu untuk membaca novelnya hehehe . . .





Begitu banyak kisah, tingkah polah Burlian yang membuat saya terpukau. Buku ini penuh hikmah. Salah satunya adalah tentang kisah Burlian dengan sekelasnya yang sebelumnya tampak asing di kelas, Ahmad namanya. Karena usaha Burlian dengan bersumber dengan rasa empati yang dimiliki Burlian, akhirnya Ahmad bukan lagi seorang anak kuper, yang menjadi bulan-bulanan ejekan anak sesekolahan. Ahmad menjadi sosok yang dielu-elukan, dan mempunyai tempat baru di hati teman dan warga sekampung. Bagaimana detailnya? hehe silahkan dibaca sendiri. Selesai menyelami kisah si persahabatan Burlian dan Ahmad, ada bulir bening yang tiba-tiba lepas dari mata saya.



Aku? Di kamar, Mamak memelukku erat-erat.
Aku yang tidak mampu menonton siaran langsung TVRI. Aku yang sejak sore menangis . . . yang saat itu tetap saja menangis meski sudah jatuh tertidur. Aku sungguh menangis dalam tidur. Ya Allah, Ahmad telah meminjamkan kehidupannya kepadaku dengan berkata "Biar, biar aku saja yang ambil, Burlian."
Ahmad, Si Ringkih yang Hitam-2, halaman 68



Dan banyak lagi paparan kisah Burlian yang meninggalkan hikmah. Salah satunya kisah Pak Bin (Guru di SD Burlian) -berniat menuliskannya di postingan berikutnya, penokohan Pak Bin- Menambah ketakjuban saya pada Tere-Liye, sehingga selalu rindu membaca karya-karyanya. Tere memang pandai merangkai cerita dengan kalimat sederhana yang mengalir, seolah nyata, tak membosankan, juga memberikan nilai-nilai kebijakan hidup bagi pembacanya. Buku ini penuh hikmah, salah satunya adalah mengingatkan untuk senantiasa bersyukur, jangan lupa bersyukur. Karena selama ini barangkali bagi saya pribadi terlalu banyak nikmat Allah yang lupa untuk disyukuri.

“Fabiayyi aalaa i rabbikumaa tukadzdzibaan.”

“Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan.”

(QS. Ar-Rahman [55]: 13)




Selasa, 06 Desember 2011

Mengajar Dengan Cinta

Saat hari guru tanggal 25 November kemarin saya mendapat SMS dari beberapa teman, salah satunya yang paling berkesan dan mengena, yaitu


"Ketika melihat murid-murid menjengkelkan dan melelahkan, maka hadirkanlah gambaran bahwa di antara satu dari mereka kelak akan menarik tangan kita menuju surga . . . Selamat Berjuang wahai guru!!! Kebahagiaan kita adalah saat menyadari murid kita adalah butiran-butiran tasbih pengabdian kita kepada-Nya. Selamat HARI GURU NASIONAL" -SMS 09.20, 25 November 2011-


Malu, malu sekali saya membaca. SMS tersebut ibarat sindiran yang telak tepat di hati saya. Terbayanglah segala tindak tanduk, sikap tingkah saya, saat kelas sedang terasa "panas", menjengkelkan. Saat banyak yang tak mengerjakan PR, saat para siswa berlaku tak sesuai aturan main yang disepakati, saat mulut ini sudah serasa berbusa menjelaskan namun ada diantara para siswa yang ngobrol sendiri tak memperhatikan, lebih parah lagi si pelaku tak mampu menjawab pertanyaan. Lalu emosi "menjengkelkan-melelahkan" memenuhi hati dan pikiran. Detik-detik ini tekad untuk mengajar dengan cinta seperti terbang tak terkejar.



Yah, SMS dari seorang kawan tersebut mengembalikan semangat saya, semangat untuk terus menyemangati diri guna mengajar dengan cinta. Mengajar dengan sepenuh hati, dengan pilar-pilar sabar yang kentara. Tak bisa dihindari memang, satu waktu pasti ada rasa jengah dan jengkel guru saat mengajar siswanya. Namanya juga siswa yang notabene masih anak-anak, dengan perangai multiemosional. Jangankan anak SD yang usia 7-12 tahun. Bahkan guru SMA pun pernah mendengar cerita salah satu binaan (mentoring di SMA) saya yang cerita kalau gurunya marah-marah dan mengancam tidak mau mengajar kelasnya, karena jengkel dengan sikap siswa sekelas. Nah lho, apalagi anak SD. Usia bermain, tentu saja rasa bosan di kelas akan membuat mereka bertingkah "aneh".



Saat kondisi error dikelas seperti contoh kondisi di atas (yang saya tinta merah, red), tentunya juga sangat salah kalau guru membiarkan siswanya seenaknya saja. Disini dibutuhkan action yang bisa membenahi sikap siswa. Salah satunya adalah memarahi mereka. Ingat memarahi, yaaa memarahi dan bukan m.a.r.a.h. Walaupun berasal dari kata yang sama, namun sebenarnya ada esensi yang berbeda disini, yang seharusnya tak dicampur satu sama lain agar tak menimbulkan efek yang lebih negatif. M.A.R.A.H adalah luapan emosi yang tidak terkontrol, sedangkan memarahi adalah sebuah seni bermain peran. Memarahi bisa digeneralisasikan dengan menegur, merupakan bentuk kepedulian. Namun yang sering salah dilakukan adalah memarahi dengan marah, akibatnya teguran sang guru tak nyampe ke siswa, yang diingat anak hanya bahwa guruku hobbynya marah-marah. waduuuuhhhhh.


Pernah baca-baca, ada beberapa tips memarahi anak/siswa:
  1. menyatakan dengan jelas perilaku mana yang kurang tepat
  2. memberikan alasan mengapa perilaku itu kurang tepat
  3. menunjukkan cara bagaimana berperilaku yang baik
  4. menghindari memberikan hukuman fisik
  5. menghindari memberikan ungkapan/label yang kasar dan sepihak
  6. menghindari ancaman yang tak masuk akal
  7. menunjukkan sikap tegas

Setidaknya dengan sikap memarahi yang benar tersebut akan memberikan teguran yang mengena, guru tak akan dijuluki tukang marah, namun guru yang penuh cinta, menegurpun dengan cinta. Inilah semangat pembaruan bagi saya pribadi agar tak mudah jengkel dengan perilaku siswa-siswa saya. Karena mereka adalah amanah bagi saya, juga bagi rekan-rekan pengajar yang lain. Dan insyaAllah salah satu dari mereka (mudah-mudahan tak hanya satu tapi puluhan bahkan ratusan) akan menarik tangan kita menuju ke surga. Amin yaa Rabb.

Senin, 05 Desember 2011

PR dari Coffee Break

Sudah lama tak ngeblog, padahal 3-4 ide tulisan berseliweran di kepala. Namun beberapa kesibukan di kantor, dirumah, menghentikan jari-jari saya untuk menari-nari di notebook. Apalagi, sejak tanggal 14 Nopember ada penghuni baru di rumah. Makhluk kecil yang imut dan cantik sekali bernama Hafiza Askana yang banyak mencuri perhatian orang serumah, apalagi perhatian ayah bundanya.



Saat berniat mengemas 3-4 ide di blog, disertai browsing-browsing dulu ke beberapa blog, ternyata saya mendapat PR dari Coffee Break, blog suami. Akhirnya saya memutuskan untuk mengerjakan PR dulu. Berikut soal dan jawabannya . . . . hehehe seperti anak sekolah saja ^^



11 hal yang menggambarkan diri saya:
  1. Muslimah, berjilbab.
  2. Seorang guru SD, dengan spesialisasi mengajar IPS-Sejarah. Padahal ingin sekali mengajar Matematika.
  3. Sangat suka membaca novel, bukan novel picisan. Tapi novel yang mengemban berjuta hikmah kehidupan.
  4. Cenderung pendiam. Tapi banyak bicara saat mengajar atau ngisi mentoring . . . yaa iyaa lah. Kalau diem saja, jadinya aneh. hehe
  5. Mudah tidur, juga mudah bangun.
  6. Suka cerewet kalau suami minum kopi lebih dari satu gelas sehari.
  7. Sangat suka masak untuk suami, karena biasanya pasti habis.
  8. Suka mengoleksi novel.
  9. Suka jalan-jalan di toko buku atau book fair.
  10. Tidak suka menggambar tapi suka mewarnai.
  11. Simple, dan biasa saja.

Dan berikut 11 pertanyaan dari "Pak Guru"
1. Apa arti nama lengkap anda?
--> kata bapak saya, Dwi Yulianti artinya anak kedua perempuan yang lahir di bulan Juli.

2. Negara mana yang pengen sekali anda kunjungi?
--> Arab Saudi, pengen umroh dan haji. Bismillah.

3. Jika anda memiliki kesempatan menulis buku/novel, tema apa yang ingin anda angkat?
--> sesuai bidang saya, pendidikan.

4. Apa yang paling sering muncul dipikiran ketika bangun tidur?
--> bersyukur

5. Hewan apa yang paling anda suka dan yang paling anda benci?
--> paling suka dengan ikan, paling benci dengan tikus hihihihi

6. Suka sepak bola? klub kesayangan? apa alasan mendukung tim itu?
--> biasa saja. tidak ada.

7. Kapan anda terakhir menangis?
--> waduh . . . kapan yaaa. mudah meneteskan air mata. jadi sering nangis hehehe . . .

8. Apa makanan kesukaan anda?
--> soto dan siomay

9. Jika anda berkesempatan menjadi presiden RI, apa yang pertama kali anda lakukan?
--> menaikkan gaji guru, tanpa sistem yang menyulitkan hehehe


10. Apa yang anda lakukan jika tiba-tiba di kamar tidur anda ada amplop berisi uang 10 juta, dan pesannya itu gratis untuk anda?. Ketika ditanya keseluruh orang rumah ternyata tidak ada yang tahu mengenai amplop itu.
--> karena ini janggal, saya akan berpikir lagi dan minta pendapat suami saya ^^


11. Film terbaik yang pernah anda tonton?

--> Children Of Heaven, Sang Pemimpi.


Alhamdulillah akhirnya selesai juga mengerjakan PR ini. Kalau Coffee Break setelah mengerjakan PRnya membuat PR untuk bloger yang lain, setelah saya timbang-timbang saya putuskan untuk tidak memberikan PR untuk yang lain. Karena kalau saya pikir, sudah terlalu banyaklah saya memberikan PR-tugas kepada murid-murid saya. Sampai ada yang bosen dan tidak mau mengerjakan hehehe . . . Buat mas Fifin silahkan dinilai ^^

Minggu, 13 November 2011

Pembiasaan Pendidikan Karakter Bangsa di Kelas Saya


Mulai tahun pelajaran baru 2011-2012, dunia pendidikan di Indonesia dikenalkan dengan hal baru dalam ranah-ranah pembelajaran, tidak merubah kurikulum yang sudah ada. Namun disisipi dengan beberapa nilai-nilai luhur, yang diharapkan bisa menjadi pembiasaan bagi anak didik untuk bersikap dan bertindak. Inilah yang disebut dengan Pendidikan Karakter Bangsa. Berdasarkan apa yang pernah saya baca, pendidikan Karakter Bangsa adalah pendidikan yang mengembangkan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa pada diri peserta didik sehingga mereka memiliki dan menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan dirinya, sebagai anggota keluarga, masyarakat, dan warga negara yang religius, nasionalis, produktif, kreatif dan inovatif.


Secara terprogram pendidikan karakter bangsa di sekolah merupakan usaha bersama semua guru dan kepala sekolah melalui semua mata pelajaran dan budaya sekolah dalam membina dan mengembangkan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa pada peserta didik. Pembinaan dan pengembangan pendidikan karakter bangsa terjadi melalui proses aktif peserta didik di bawah bimbingan guru dalam kegiatan belajar. Jadi disini, guru dituntut untuk bisa menjadi "sebenarnya" tauladan bagi peserta didik


Sedangkan secara teknis pendidikan karakter bangsa diartikan sebagai proses internalisasi serta penghayatan nilai-nilai budaya, karakter bangsa dan nilai-nilai luhur akhlak mulia yang dilakukan oleh peserta didik secara aktif di bawah bimbingan dan contoh perilaku guru, kepala sekolah dan tenaga kependidikan di lingkungan sekolah, serta diwujudkan dalam interaksi sosial di lingkungan keluarga dan masyarakat.


Memang, disini dibutuhkan pembiasaan-pembiasaan yang bisa mengcreated karakter anak. Pembiasaan-pembiasaan yang terintegrasi dalam pembelajaran, tentu saja berkaitan dengan materi pelajaran dan disertakan dalam pembuatan silabus dan RPP. Adapula pembiasaan-pembiasaan diluar jam pelajaran yang tak ada hubungannya dengan materi pelajaran. Berdasarkan yang saya dapatkan saat dikirim dinas untuk mengikuti Workshop Pengembangan Kurikulum di Batu, Malang awal tahun ajaran baru lalu, ada 18 karakter pendidikan yang dikembangkan, yaitu Religius, Jujur, Toleransi, Disiplin, Kerja Keras, Kreatif, Mandiri, Demokratis, Rasa Ingin Tahu, Semangat Kebangsaan, Cinta Tanah Air, Menghargai Prestasi, Bersahabat/komunikatif, Cinta Damai, Gemar Membaca, Peduli Lingkungan, Peduli Sosial, Tanggung-jawab.


Penerapannya tak terlalu sulit sebenarnya, namun dibutuhkan kontinyuitas/keistiqomahan dari pendidik (guru) untuk secara sadar melakukan pembenahan, tauladan, juga tak bosan-bosan mengingatkan serta memotivasi peserta didik. kalau yang terintegrasi di kelas, okelah semua guru pasti sudah tahu dan bisa asalkan mau. Namun tentu saja tak cukup dengan materi penjabaran di kelas. Banyak sarana-sarana pembiasaan yang bisa diterapkan diluar kelas. Berikut beberapa hal yang saya lakukan di kelas saya, juga di kelas rekan-rekan saya satu SD, juga yang telah menjadi kesepakatan yaitu:

  1. Pembiasaan dan pemberian tugas piket, saya biasa cerewet dulu saat datang pagi dikelas kalau ternyata kelas dan halaman masih kotor. Dan tak mau memulai mengajar sebelum petugas piket dan sie kebersihan tuntas melakukan tugasnya. Eitsss . . . disini bu gurunya jangan hanya ngomel, but action. Ikutlah serta memegang sapu, membereskan ini itu . . . menjadi tauladan karena aksinya bukan ngomelnya hehehe.
  2. Pemberian tanggung jawab memegang kas kelas, tentu saja ini diterapkan dikelas tinggi (untuk SD yaitu kelas 4, 5, 6). Memfungsikan bendahara kelas untuk memegang uang kas kelas dan beberapa pembayaran yang jumlah uangnya tak terlalu besar. Seperti di kelas saya tiap hari Senin ada iuran Rp 500,- untuk kas kelas. Mereka mengumpulkan sendiri, menghitung, dan melakukan pencatatat masuk-keluar uang. Disini guru hanya mengontrol, membenahi, dan memberikan saran.
  3. Pemberian tugas bertanggungjawab terhadap barang inventaris kelas, tentunya ada beberapa barang di kelas yang membutuhkan perawatan. Libatkan siswa untuk ikut memilikinya dengan ikut merawatnya. Di kelas saya di sediakan galon air minum Aq**, untuk minum siswa yang dipasang diguci keramik. Para siswa secara bergantian bertanggung jawab untuk mencuci gelas minum, dicuci dirumah masing-masing untuk dibawa kembali keesokan harinya. Begitu pula dengan taplak meja, serbet, bendera. bergantian sesuai absen.
  4. Pembiasaan berdoa bersama, berdoa bersama setelah SKJ juga berdoa dikelas masing-masing.
  5. Pembiasaan disiplin masuk kelas, berbaris rapi sebelum masuk kelas. Semakin susah rapi, semakin lama berdiri di depan kelas.
  6. Pembiasaan dengan kebersihan diri, yang paling sering saya lakukan adalah memeriksa kuku tangan bagi yang berkuku panjang stop dulu di luar, sembari menyelesaikan acara memotong kukunya.
  7. Mengucapkan salam saat masuk kelas
  8. Sholat dhuha bersama, juga sholat dhuhur berjamaah -dalam rencana, nunggu musholanya 100% jadi-

Ini hanya sebagian kecil saja, tentunya masing-masing pendidik mempunyai cara sendiri untuk memberikan kebiasaan pada peserta didik. Tergantung kekreatifan guru dan kemauan guru. Jadi 18 karakter bangsa yang ditetapkan janganlah hanya menjadi wacana atau hanya tertulis di RPP-silabus saja, dengan maksud agar Pengawas Sekolah ACC dengan pekerjaan kita. Namun benar-benar dijadikan motivasi lain bagi pendidik untuk menyelamatkan karakter anak bangsa, sembari memberikan sejuta tauladan, nasehat, penanaman akhlaq mulia. Bismillah, selamat bekerja!!!




Selasa, 01 November 2011

Mengemas Kenangan di Rumah Kost

Rumah itu sederhana saja, terletak di salah satu sisi pertigaan Jalan Sawo dengan jalan tembus ke Jalan Raya Monginsidi, letak SMA 1 Magetan. Jalan Sawo, merupakan salah satu jalan sentra lingkungan industry kecil kerajinan kulit. Produk yang terkenal adalah sepatu dan sandal. Jelaslah kanan kiri, depan belakang rumah sederhana tadi adalah pabrik-pabrik sepatu home industry. Dibandingkan dengan rumah yang lain, yang sudah mengalami modernisasi karena menjadi ruko, tentulah rumah tadi tampak sangat kuno. Namun rumah tadi amatlah bersih. Walau pintu dan jendelanya model jadul, lantainya pun bukan keramik hanya berlapis semen yang halus. Rumah sederhana itu adalah rumah kost saya, selama 3 tahun menuntut ilmu di SMA 1 Magetan.

Di rumah itu hanya ada 2 kamar yang disewakan. Satu kamar dengan ukuran 2,5 x 3,5 meter. Dan kamar yang lain dengan ukuran hampir 2 kali lipatnya. Tahun pertama ketika saya kost di rumah itu, harga sewanya hanya 20ribu per bulan. Kelas 1 SMA saya menempati kamar yang ukurannya lebih kecil bersama mbak kandung saya yang sudah kelas 3. Sementara kamar yang besar ditempati oleh 4 orang. 3 kakak kelas saya (salah satunya adalah saudara sepupu saya) dan 1 teman seangkatan. Tahun kedua, setelah mbak saya lulus, posisinya digantikan oleh Mbak Erna, kakak kelas saya yang manis dan cerdas namun agak pendiam dibandingkan yang lain. Sementara kamar sebelah ditempati 3 orang. Harga kost naik menjadi 25ribu sebulan. Tahun terakhir, hanya saya dan teman seangkatan, Teh Rini Latifah yang tersisa. Kami berdua pindah ke kamar yang lebih besar. Terasa longgar namun menjadi sepi. Sampai akhirnya datang satu teman kami, Peni. Bertiga kami bertahan di kostan itu.

Rumah kost yang saya tempati selama 3 tahun itu, jaraknya sekitar 350 meter dari SMA 1 Magetan. Tak sampai 7 menit kami sudah sampai. Memang agak jauh dibandingkan dengan kost-kost elit yang tepat di depan SMA. Sering pula kami jalan setengah lari karena baru keluar kostan sudah terdengar bel masuk berbunyi, walhasil ngos-ngosan sampai di pintu gerbang, melihat wakasek kesiswaan berdiri berkacak pinggang…hehe. Ini adalah kebiasaan buruk, Kota Magetan yang sangat dingin di pagi hari membuat kami berenam malas mandi pagi-pagi. Jadinya setelah pukul 05.30 acara antri mandi baru dimulai. Dengan cepat dan kilat, gosok gigi harus diluar kamar mandi. Karena kamar mandinya hanya 1.

Dengan harga hanya 20-25ribu tentu saja saya dan teman-teman harus masak sendiri. Tapi kami hanya masak nasi. Pada hari senin pagi, ketika satu per satu berdatangan dari kampung. Masing-masing membawa beras 1-2kg, ada pula yang membawa gula, ada pula ibu yang berbaik hati membuatkan lauk apa saja. Cara memasak nasi yang kami terapkan adalah cara mengetim. Yaitu menanak nasi dengan cara meletakkan beras di wadah alumunium lalu diberi air dengan ukuran dua ruas jari telunjuk. Kemudian dimasukkan ke panci yang sudah diberi air pula. Dijerang di kompor minyak tanah, lalu tunggu selama 1 jam. Biasanya masa menunggu ini, kami manfaatkan untuk belajar, tidur-tiduran, ngobrol, dll. Tak jarang kami lupa, baru ingat setelah tercium bau gosong . . . wush tanpa dikomando satu dua diantara kami berlarian ke dapur, menyelamatkan si nasi.

Karena sudah punya nasi, kami tinggal membeli lauknya. Untuk sarapan, beruntung jarak satu rumah dengan kostan kami ada penjual pecel yang enak sekali. Jadi biasanya secara bergantian sambil antri mandi kami membawa sepiring nasi panas ke penjual pecel, nanti Lik Harti akan menambahkan bermacam sayuran dan menuangkan sambal pecel diatasnya plus satu buah lentho. Menu sederhana ini harganya cukup Rp 500,00. Murah sekali kan. Untuk makan siang, kalau kami pulang tepat waktu tak ada urusan ekstra dan praktikum di sekolahan, kami membeli lauk dari penjual lauk pauk dan gorengan yang berkeliling tepat pukul 13.30 atau membeli gado-gado di tetangga sebelah (gado-gado disini buat lauk, jadi kami tetap menambahkan nasi) atau menggoreng telur ceplok. Bagaimana dengan makan malam? Nasi tentu saja ada. Bu Um, ibu kost kami yang hanya sendirian tinggal di rumah itu. Setiap sore berbaik hati memberi kami lauk, satu mangkok sayur dibagi untuk semua, dan masing-masing satu potong tempe atau ikan lainnya. Walaupun begitu kami sangat menikmatinya, enak sekali rasanya.

Setiap shalat maghrib, isya dan subuh kami shalat berjamaah, salah satu dari kami menjadi imamnya. Usai shalat maghrib, bersahutan bacaan alquran dari kamar masing-masing. Harus saya akui, kondisi di kostan ini pula yang membuat saya lebih sadar untuk mempelajari agama dengan semangat yang lebih baik lagi. Bertahan untuk tak tergoda dengan hal-hal yang tak sejalan dengan hukum Islam.

Tiga tahun bersama teman, juga mbak-mbak kost, sudah menjadi satu keluarga. Suka duka kami jalani bersama. Tawa dan tangis, senang dan sedih. Kost ini memang menjadi saksi dalam 3 tahun perjalanan hidup masing-masing dari kami. Kost kami memang sangat sederhana tapi begitu nyaman, dengan ibu kost yang baik hati pula. Oleh karena itu, hampir tiap sore ada saja teman-teman salah satu kami yang datang ke kost, sekedar ngobrol, belajar, urusan organisasi dan sebagainya. Makanya tak pernah sepi. Kami belajar bersama, tidak bisa satu soal cukup bertanya dengan yang lain. Maka yang bisa akan menjelaskan dengan sejelas-jelasnya. Alhamdulillah saya punya teman kost seangkatan Teh Rini yang pandai Matematika dan Fisika ^^.

Semakin mengingat, semakin berkelebatan penggalan-penggalan kisah di kost sederhana ini. Luar biasa, saya merasakan begitu banyak cinta, begitu banyak pengalaman, yang mengajarkan arti “berjuang” pada saya. Lebih peka, tinggal bersama. Mengikis egois, berbagi dengan teman lainnya. Sampai akhirnya, setelah 3 tahun saya sempurna menuntaskan belajar saya di SMA 1 Magetan. Sempurna juga, waktu saya berdiam di kamar kost saya, rumah kost kami. Mengepak barang-barang, mengemas setiap kenangan. Menyusul pendahulu kami, mbak-mbak kost kami menuju kota impian, menjemput cita-cita. Dengan ucapan syukur dan doa, juga perpisahan yang sebenarnya menyesakkan dada. Mencium takzim tangan keriput ibu kost kami. Bersama ucapan terima kasih yang tiada tara. Kostan itu akan menjadi bagian sejarah hidup saya, pun saya yakin begitu pula dengan sahabat-sahabat saya.

Jumat, 28 Oktober 2011

Kebersamaan, Hikmah Lain Persiapan Lomba PSN

2 Pekan terakhir sekolah tempat saya mengajar sedang disibukkan dengan persiapan lomba Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN). Semua warga sekolah, mulai dari Bapak Kepala Sekolah-Guru-Pegawai Kependidikan-Siswa, bahu-membahu menciptakan lingkungan, mempersiapkan data untuk mendukung lomba PSN. Pun tak ketinggalan pegawai Puskesmas Kecamatan, PKM Kawedanan, yang mengajukan SD kami mengikuti lomba tingkat Kabupaten, juga ikut wira-wiri ke sekolah melakukan pembinaan.


Lomba PSN, merupakan kepanjangan tangan dari Gebyar Pemberantasan Sarang Nyamuk, Wamantik, dan Gumantik yang dicanangkan oleh Dinkes. Tujuannya pastilah, untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya melaksanakan aksi 3M PSN, guna mencegah penyakit-penyakit yang disebabkan oleh si nyamuk nakal. DBD dan Chikungunya. Untuk penilaian dan kunjungan dari Dinkes, Juri, juga pihak terkait, insyaAllah akan terlaksana tanggal 1 November 2011, masih ada 2-3 hari untuk berbenah.


Dalam setiap masa, ketika sekolah kami diajukan lomba baik tingkat kabupaten atau propinsi, selalu ada kesan dan keunikan yang saya pribadi rasakan dan mungkin juga rekan-rekan saya lainnya, yang memfluktuasi emosi, dan tentu saja meningkatkan kadar kelelahan. Mengapa bisa begitu?? Sebenarnya masa-masa persiapan lomba, adalah masa-masa sibuk. Pekerjaan yang setiap harinya sudah banyak, bertambah banyak dengan piranti-piranti lomba. Ditugasi ini, ditugasi itu, diskusi ini, diskusi itu, bersebarangan pendapat, gak enak hati, mau tak mau menjadi konsekuensi. Namanya juga dari sekian kepala yang pastinya punya ego masing-masing. . . Apalagi, hampir semua mengklaim dirinya berpengalaman. yaa begitulah . . . namun semua ini dinikmati seiring sejalan kesibukan.


Demikian pula dengan persiapan lomba PSN ini, kami bersama menyiapkannya. Ditengah kesibukan koreksi Ulangan Tengah Semester, menyusul pula kemah pramuka tingkat kwaran. Bapak kepala sekolah, memberikan intruksi ini itu . . . dan beliau pun tak sekedar intruksi . . . karena saya tahu banget, beliau adalah sosok pekerja keras walau 2 bulan lagi sampai diujung purna tugas. Seperti pagi ini, jelang persiapan hari-hari terakhir . . . sekolah mengerahkan massa, siswa kelas 2 - 6 untuk Jumat Bersih, tak ada yang berdiam diri. Ada yang menyapu, mengambil sampah, membersihkan taman, mengangkut sampah, mengepel, menguras bak mandi. Di luar acara bersih-bersih itu, adapula yang bertugas mengunjungi warga, agar juga mempersiapkan lingkungan rumahnya, mendukung PSN. Berlelah-lelah bersama, berkotor-kotor bersama . . . ketika semua target sudah oke, sambil menikmati lelah . . . saya juga yang lainnya merasa puas, melihat semua bersih, menyejukkan mata. Semua tersenyum, disela-sela helaan napas, kucuran keringat.


Juga ada harapan kami akan memenangkan lomba ini. Merasa bertanggungjawab dengan tugas yang diberikan. Harapan menang jelaslah ada. Namun lebih dari itu, ada kesenangan karena lingkungan kami lebih bersih. Belajar, bekerja, berkarya terasa lebih nyaman. Dan lebih-lebih dari semua itu, kerja keras tadi, fluktuasi emosi, kelelahan, segala usaha telah memunculkan rasa yang luar biasa, bernama Kebersamaan.


*Mudah-mudahan lombanya berjalan dengan baik, memuaskan tidak memalukan. Namun kemarin ada satu teman yang berkata, "Mudah-mudahan menang, tapi juara 2 atau 3 saja . . . kalau juara 1, repot nanti maju ke propinsi . . . . wah tambah sibuuuuk lagi" . . .hehehe

Senin, 17 Oktober 2011

Episode "Shock Terapi", Karena HP Error Conection

Mulai ada tanda-tanda kekhawatiran saat bangun subuh, ternyata SMS saya kepada suami yang sejak isya' hari sebelumnya belum ada report terkirim. Tapi saya masih bisa tenang, sangat tenang. Ah mungkin belum ada signal. Karena saya paham banget, rumah kontrakan kami di Bandung yang baru 4 bulan ditempati, entah kenapa kalau masuk rumah signal HP jadi minim banget, bahkan blank. Kalau telepon supaya tidak putus-putus harus naik ke loteng, tempat jemuran. Yup, mungkin agak siangan dikit akan terkirim.


Namun, prediksi saya salah besar. Usai upacara bendera hari Senin, sekitar jam 8, kembali saya cek HP . . . Wah belum terkirim juga. Wushhh . . . derajat kekhawatiran saya jadi bertambah, tak signifikan namun mampu membuat degup dada saya lebih cepat ritmenya. Coba miscall saja . . . nomor suami yang bertengger paling atas di phonebook HP saya langsung terpencet . . . dan ohhhh . . . ternyata tulalit.
Hati saya jadi tidak tenang, acara ngajar tetap berjalan dan diterima dengan baik oleh murid-murid saya. Tapi mungkin murid-murid saya juga bingung, karena bu gurunya berulang kali ngecek HP, dan nyoba telp ndak bisa-bisa hehehe. Kenapa yaaa??? masak 18 jam ndak ada signal sama sekali, atau jangan-jangan HP saya yang error... atau jangan-jangan suami kenapa-napa di kontrakan kan sendirian di rumah . . . waduh mulailah pikiran-pikiran buruk menghantui, cepat-cepat saya istighfar . . . berusaha keras, keras sekali mengubur suudzon-suudzon yang berseliweran dengan prasangka-prasangka terbaik.


Ketika jam agak longgar, saya berusaha miscall nomor HP suami dengan nomor telepon kantor, hasilnya tetap tulalit. Pinjam HP teman, tetap saja tulalit. Jadi berkesimpulan, wah ini pasti nomornya error. Walau berkesimpulan begitu, namun gemuruh di hati saya tetap menderu-deru bak angin topan. tapi, bagaimana kalau kenapa-napa. Tetap saja saya bingung, mencoba nyari nomor rekan sekantornya suami, ternyata tidak ada sama sekali. Sebenarnya dulu saya pernah menyimpan nomornya Riris, salah satu rekan suami yang satu divisi, dan juga saya kenal. Cuma karena beberapa waktu lalu HP saya masuk "rumah sakit" jadi beberapa data dan nomor HP ikut hilang. Wah, gimana yaa cara mengetahui keadaan suami. Saya terus berpikir. Ehm . . . biasa kalau jam kerja begini suami online di YM, tanpa pikir panjang saat jam mengajar sedang kosong (setelah jam 11 siang) saya sign in . . . o o o, ternyata dia sedang offline. Sebelumnya, saya bikin status di twitter dengan mencolek account suami, biasanya dia selalu online twitternya. Tapiiii . . . sekian lama, dari menit-menit ke menit, jam ke jam kok ndak ada respon yaaa . . .


Kekhawatiran saya semakin menjadi-jadi, bibit-bibit dzon-dzon yang tadinya sudah berhasil saya kendalikan, dalam waktu sekejap kembali memenuhi prasangka saya. Kenapa yaa suami saya, kalau sakit bagaimana yaa? jangan-jangan ini . . . jangan-jangan itu. Masya Allah, hati saya sangat tidak tenang. Saat gemuruh hati menjadi-jadi, dalam perjalanan pulang ke rumah saya terus istighfar, dalam gemuruh rasa saya berdoa, ber alfatihah berulang dan berulang, dalam berkecamuknya prasangka, saya berdialog dengan-Nya. Ya . . . menitipkan suami saya pada-Nya, memohonkan perlindungan kepada Allah yang Maha Segalanya.


Sampai rumah, kembali saya buka laptop. Mudah-mudah, suami sudah online . . . kan habis makan siang. Tapi tetap tak ada dia disana. Saya sign in ke FB, barangkali ada beberapa teman kantornya suami yang jadi friends di FB yang online, sehingga saya bisa bertanya. Masya Allah, tumben banget sih gak ada sama sekali. AllahuAkbar, kekhawatiran saya semakin menjadi. Satu, dua bulir air mata mulai jatuh membelah pipi saya. Lalu saya shalat dhuhur, refleksi untuk membuat hati lebih tenang. Dan sekali lagi berdoa dan berdoa. Usai shalat, sekitar jam 13.45 ada SMS masuk ke HP saya. Nomor yang tak di kenal. saya berdebar,
"Assalamu'alaikum. Dek, afwan HPnya mas sedang error. Sepertinya sejak semalam, tapi mas baru tahu siang ini ternyata HPnya mas saja yang error connection. Ini mas sedang ada training di PAU ITB -Fifin-".

Lemas lah saya, kini air mata saya benar-benar tumpah. Bukan, bukan karena sedih atau kenapa. Namum karena lega yang luaaaaaarrrrrrrrrr biasa. Saya bersyukur, bersyukur sekali . . . memang tak kenapa napa orang yang saya cintai ini. Dan saya jadi tahu sebab, asal muasal kekhawatiran yang menyiksa ini . . . Nomor HP yang error, tak bisa dihubungi oleh siapa saja, dan suami sedang ada tugas training di luar kantor, pantas saja tak online...kan sedang belajar. Tanpa menunggu lama prangsangka-prasangka dikepala berterbangan entah kemana^^ . . .


Begitulah, sepenggal kisah "shock terapi" bagi jantung, jiwa, hati, cinta, kesabaran, untuk saya dalam menjali hubungan "spesial" dengan belahan jiwa. Selain itu saya juga mengambil hikmah, Karena kondisi saya dan suami yang masih long distance, untuk selalu menyimpan nomor HP orang-orang terdekat dengan suami, agar kalau ada apa-apa saya tak bingung mau menghubungi siapa. Setelah kejadian itu, malamnya . . . setelah puas saya "ngomel" lewat chat (kan HP masih error) -ngomelnya, karena pelampiasan dari berton-ton kekhawatiran yang menghimpit dada, bukti cinta^^, dan supaya ndak terulang lagi- Suami memberi saya beberapa nomor orang yang dekat dengannya, satu dua nomor rekan kerja, nomor teman kantor yang juga tetangga, nomor kantor, ada juga nomor bosnya . . . hehehe.


Demikianlah, episode-episode seperti ini, sebenarnya semakin memotivasi kami, saya dan suami. Untuk giat berusaha mewujudkan "mimpi-mimpi" kami. Bismillah . . .



Kamis, 13 Oktober 2011

Andaikan sekolah tak ada PR . . .

Seminggu terakhir, rekan-rekan sesama guru di SD tempat saya mengajar dan juga saya, uring-uringan dengan sikap beberapa siswa (1,2,3 atau 4 siswa) yang tidak mengerjakan PR. Tak hanya sekali dua kali, namun beberapa kali. Inilah yang membuat saya dan teman-teman, harus kuat-kuat menekan emosi -walau banyak tak tertahankan sih . . . hehe- . Karena masalah ini pula, setiap hari ada siswa yang dihukum karena tidak mengerjakan PR, entah itu mengerjakan di teras kelas, mengerjakan di depan kantor guru, atau pun cukup duduk di bawah papan tulis sambil menyelesaikan PR nya . . . nah loh jadi PS lah, Pekerjaan Sekolah.


Bahkan parahnya, suatu hari di jam-jam akhir, kelas IV (wali kelasnya saya), 15 anak disuruh ke luar kelas ngerjain PR LKS yang ditugaskan oleh guru Bahasa Inggris. Allahu Akbar . . . saya yang kebetulan sedang jam kosong, hanya bisa geleng-geleng kepala. Malu sekali rasanya, kecewa, tentu saja sambil menekan-nekan emosi yang ingin marah. Sambil berusaha menguasai diri, saya tanya mereka satu per satu, kenapa sih tidak mengerajakan PR, padahal pelajaran Bhs. Inggris hanya 2 jam dalam satu minggu. Klasik sekali jawaban mereka. lupa, saya kira PRnya bukan yang ini, salah mengerjakan yang lainnya, dan ada pula yang LKS nya ketinggalan. Masya Allah.




Pernah juga, seorang teman guru yang menemukan tulisan iseng di buku tugas siswa yang dikumpulkan, Andaikan Sekolah tak ada PR . . . wah senangnya. Menurut cerita teman, yang nulis bukan lah anak yang nakal dan tidak berada di bawah rata-rata kelasnya. Saya jadi berpikir, mungkin bagi sebagian siswa PR dianggap sebagai suatu beban, suatu masalah yang bisa mengurangi waktu bermainnya di rumah. Setelah sejak pagi hingga siang hari berkutat belajar di sekolah, yang tentu saja minim saat untuk bermain. Memang, harus dipahami, masa-masa usia SD (7-12tahun) adalah masa bermain. Bermain adalah aktivitas yang tak lekang dari otak mereka. belajar lagi . . . belajar lagi . . . mikir lagi . . . mikir lagi . . . , mungkin itu adalah gerutuan dalam hati, ketika guru memberikan PR. wewwww . . . .


Pemberian PR atau Pekerjaan Rumah, sebenarnya diberikan oleh guru sebagai kegiatan tindak lanjut atas kegiatan belajar mengajar yang telah dilakukan di sekolah. Sarana yang lumayan efektif untuk siswa mau sedikit saja mengulang dan meningkatkan daya serap ilmu yang telah diberikan. Adapula orang tua siswa yang meminta agar setiap hari anaknya diberi PR, agar mau belajar di rumah. Selain itu, PR juga menjadi perekat bagi orang tua siswa agar mau melihat apa sih yang dipelajari oleh anak saya, sehingga ada peran orang tua dalam kegiatan belajar anak. Memang sukses atau tidaknya anak menyelesaikan PRnya, salah satu faktor pendukungnya adalah kemauan orang tua untuk mau "dekat" dengan belajar anak. Tidak sekedar menyuruh-nyuruh saja tentunya.


Sebut saja namanya Majida, salah satu murid saya, kelas 4, setiap hari dalam seminggu, ada saja bapak-ibu guru yang laporan kepada saya kalau Majida tidak mengerjakan PR. Tentunya juga pelajaran yang saya pegang tak luput dari "aksinya". Pun teman-temannya juga melapor, Bu tadi Majida tidak mengerjakan PR lagi. Seribu nasehat, samapi mulut berbuih (hiperbol) sudah saya sampaikan, namun tetap saja. Pada akhirnya, saya memutuskan untuk melibatkan orang tuanya. Saya buat sebuah nota di buku penghubung Majida, agar dibaca dan ditandatangani orang tuanya. Kira-kira nota tersebut berisi, pemberitahuan perkembangan belajar Majida, kebiasaannya yang "menjengkelkan", dan permohonan kepada orang tuanya, agar mau mengecek, dan menemani Majida menyelesaikan PR. Gayung bersambut, Majida lebih rajin menyelesaikan PR-PRnya. walau kadang, masih ada PR yang terlupakan . . . .


Begitulah, masalah PR memang bukan semata-mata masalah guru dan siswa, namun juga masalah orang tua. Sudah menjadi keharusan bagi orang tua, untuk menjadi partner belajar bagi anak. Partner yang sesungguhnya, mau mengecek buku anak-anaknya, menjadi pendamping dan tempat bertanya. Kadang saya tersenyum mendengar alasan orang tua "sekarang pelajaran anak SD itu sulit-sulit bu, saya bingung mengajarinya" sebenarnya bukan disitu esensinya, mendampingi adalah kemauan memotivasi, agar anaknya mau mencari, menemukan hal yang tak dia bisa. Bukan menunggui lalu ditinggal SMS an, atau nonton sinetron kesayangan. Toh, guru pastilah sudah mengukur soal-soal PR yang diberikan. Karena sebagai tindak lanjut, pastilah sudah diajarkan. Otomatis di buku catatan mereka sudah jelas tertuliskan. Yaa, memotivasi anak agar mempunyai kesadaran mengerjakan PR nya sendiri, dan membuat anak nyaman dengan kesertaan orang tuanya.


Berikut ada beberapa tips, agar anak sadar dengan kewajibannya menyelesaikan PR, tentu bukan kewajiban yang menyiksa.

  • Mengatur waktu belajar yang tepat
Temukan waktu yang tepat agar anak menyelesaikan tugasnya dengan baik. Setelah anak pulang sekolah usahakan agar mereka istirahat dahulu, karena mereka terlalu lelah untuk langsung mengerjakan PR setelah seharian beraktifitas. Setelah beristirahat barulah mengerjakan PR.
  • Mengutamakan tugas yang paling penting
Tanamkan pada anak untuk segera mengerjakan tugasnya sebagai prioritas yang paling penting. Hal ini dapat menanamkan disiplin dan tanggung jawab anak.
  • Buat jadwal aktifitas belajar secara harian
Buatlah jadwal aktifitas belajar secara harian. Lalu tempel pada tempat yang mudah terlihat. Misalnya pada meja belajar anak atau lemari es.
  • Pilih tempat belajar yang tepat
Tempat belajar yang tepat adalah tempat yang tenang dan banyak cahaya. Jauhkan dari televisi dan mainan anak.
  • Beri contoh yang baik
Ketika anak mengerjakan PR, orang tua hendaknya juga melibatkan diri dengan ikut membaca, menulis atau turut menyelesaikan soal-soal dalam games pendidikan (educational games) seperti di Dunia Belajar.

Nah dengan begitu tak ada ceritanya lagi siswa disuruh mengerjakan PR di luar kelas, yang merusak pemandangan, dan membuat guru-guru harus ekstra menggandakan kesabaran (supaya ndak marah . . . maksudnya) hehehe . . . .

Selasa, 11 Oktober 2011

Dari Serial Anak-Anak Mamak: Pukat


“Kamilah harta karun paling berharga kampung. Anak-anak yang dibesarkan oleh kebijaksanaan alam, dididik langsung oleh kesederhanaan kampung. Kamilah generasi berikut yang bukan hanya memastikan apakah hutan-hutan kami, tanah-tanah kami tetap lestari, tetapi juga apakah kejujuran, harga diri, perangai yang elok serta kebaikan tetap terpelihara dimanapun kami berada”




Inilah buku kedua dari serial Anak-Anak Mamak yang saya baca. Kisah adik Eliana, Pukat. Kenapa Pukat? Karena buku ini yang saya miliki setelah Eliana, hadiah milad dari kakak ku yang tercinta. Yups, Pukat si anak cerdas bersama teman-temannya. Begitu menyenangkan melahap setiap lembarnya. Begitu polos, lucu, cerita di dalamnya. Namun tetap saja ada hikmah-hikmah terbaik yang terambil dari point ke point. Tetap saja ada haru, sendu, sentuhan cinta dan CINTA.



Tetap sama latar belakang ceritanya dengan Eliana. Hutan, sungai, rumah panggung, kampung, ladang, sekolah kebijaksanaan. Ada warna-warna cerita yang mengaduk-aduk emosi, silih berganti, cerdas dan tak membosankan. Salah satu yang saya ingat, adalah kisah cinta monyet Raju, karib Pukat. aih . . . yaa, cinta monyet yang lucu sekali. Khas anak-anak
banget. Romansa masa kecil, yang membuktikan kenormalan tugas perkembangan. Sungguh, saya senyun-senyum sendiri membacanya. Raju lah yang jatuh hati pada Saleha, gadis cantik, anak bidan, anak baru di kampung itu. Dibandingkan dengan gadis sebaya lainnya di kampung itu, Saleha memang sangat spesial. Makanya, Raju terserang VMJ begitu melihat Saleha pertama kalinya. Yeach, cinta pada pandangan pertama. Tapi, ini dunia anak-anak. Cinta hanya sebatas olok-olok di kelas, tersipu malu tak jelas, yang akan berakhir dengan sendirinya, tak berbekas. Entah di hari kelak . . .


Tak melulu soal cinta monyet Raju. Dengan Raju inilah, pembaca diajarkan arti sebuah persahabatan. Persahabatan antara Pukat dan Raju, yang sempat terputus karena kesalahpahaman. Pengorbanan seorang Pukat yang berusaha keras untuk menyelamatkan Raju dari amukan banjir bandang di tengah malam. Alhamdulillah, semua berakhir manis.



Pukat tak hanya cerdas di kelasnya, namun dengan kecerdasannya Pukat memberikan solusi cerdasnya sebagai bukti kepedulian terhadap orang-orang disekitarnya. Nilai kepedulian terhadap tetangga dimana sekarang nilai ini sudah mulai luntur bahkan banyak yang tidak mengenal tetangganya dan juga mengajarkan arti nilai kejujuran yang sudah mulai luntur saat ini.


Tetap saja, yang membuat saya sangat terharu adalah usaha mamak. Usaha mamak yang mengajarkan pada Pukat, betapa beratnya kerja keras untuk mendapatkan sebutir nasi. Kerja keras untuk menghidupi diri dan keluarga. Dibagian ini, saya belajar sekeras apapun seorang ibu pada anaknya, tak akan pernah mengalahkan kelembutan cinta pada anak-anaknya. Kata-kata ini memang luar biasa.
"Jika kau tahu sedikit saja apa yang telah seorang ibu lakukan untukmu, maka yang kau tahu itu sejatinya bahkan belum sepersepuluh dari pengorbanan, rasa cinta, serta rasa sayangnya kepada kalian"

Nampaknya ini merupakan pesan sentral yang hendak disampaikan oleh Tere Liye, karena pada Novel Eliana, juga dituliskan. Dengan pesan cerita yang menakjubkan. Mungkin juga di Burlian dan Amelia.

Masih banyak lagi kisah-kisah yang menginspirasi, kisah-kisahnya sungguh diceritakan sangat menarik, alur cerita yang asik, bahasa yang elok, khas Tere. Serta banyak kisah yang polos dan lucu,
jadi ingat suami yang mengaku tertawa-tawa juga membacanya.


Apresiasi saya Novel Pukat ini sangat menarik . . . Two Thumbs.

Selamat membaca, dan menemukan dunia petualangan yang luar biasa^^

Keutamaan Basmalah

Membacanya dapat membuat setan menjadi kecil
Imam Ahmad bin Hanbal dalam musnadnya meriwayatkan dari seseorang yang dibonceng oleh Nabi SAW, ia berkata,

"Tunggangan Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam tergelincir, maka aku katakan: 'Celaka setan'. Nabi shalallahu 'alaihi wasallam bersabda, 'Janganlah engkau mengucapkan 'celakalah setan'. Karena jika engkau mengucapkannya, maka ia akan membesar dan berkata: 'dengan kekuatanku, aku jatuhkan dia.' Jika engkau mengucapkan bismillah, maka ia akan menjadi kecil hingga seperti seekor lalat". (HR. Ahmad, Abu Daud, dan dishahihkan Al-Albani)


Ini merupakan berkah dari ucapan "Bismillah"
Disunnahkan membaca basmallah sebelum memulai pekerjaan.
Oleh karena itu disunnahkan membaca basmallah pada awal setiap ucapan maupun perbuatan. Disunnahkan juga membacanya pada awal khuthbah. Dan disunnahkan juga membaca basmallah sebelum masuk kamar mandi.


Tidak sempurna wudhu sebelum membaca basmalah
Berdasarkan hadist dalam musnad Imam Ahmad dan juga dalam kitab Sunah dari riwayat Abu Hurairah, Sa'id bin Zaid dan Abu Sa'id radhiyallahu'anhum. Secara marfu', Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

"Tidak sah wudhu seseorang yang tidak menyebut nama Allah Ta'ala (mengucap basmalah)" (HR. Ahmad, Abu Daud, Ibn Majah, dan dishahihkan al-Albani)


Membaca Basmalah sebelum jima' kelak anaknya akan dijauhkan dari gangguan setan
Berdasarkan hadist dalam kitab Shahih Al-Bukhari dan Shahih Muslim, dari Ibn 'Abbas radhiyallahu 'anhu, bahwa Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

"Seandainya salah seorang dari kalian hendak mencampuri istrinya ia membaca: 'Bismillah allahumma janibnasy syaithaana wa janibisy syaithaana maa razaqtanaa (dengan menyebut nama Allah, jauhkanlah kami dari setan dan jauhkanlah setan dari apa yang Engkau anugrahkan kepada kami)', maka jika Allah menakdirkan lahirnya anak maka anak itu tidak akan diganggu oleh setan selamanya".


Menjauhkan rumah dari setan
Dari Jabir radhiyallahu 'anhu berkata, saya mendengar Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

"Jika seseorang masuk kedalam rumahnya lalu ia menyebut asma Allah Ta'ala saat masuk dan saat ia makan, maka setan berkata kepada teman-temannya, 'tidak ada tempat bermalam bagi kalian dan tidak ada makan malam'. Dan jika ia masuk, tanpa menyebut asma Allah Ta'ala saat hendak masuk rumahnya berkatalah syaithan: 'Kalian mendapatkan tempat bermalam, dan apabila dia tidak menyebut nama Allah ketika hendak makan, maka setan berkata: 'kalian mendapatkan tempat bermalam dan makan malam." (Muttafaqun 'alaihi)





Rabu, 28 September 2011

Cuci Mata di Pameran Pelayanan Publik Jatim 2011




Sejak sama-sama menikah, saya dan kakak perempuan saya satu-satunya jadi jarang jalan-jalan berdua. Usia kami yang hanya selisih 18 bulan, membuat kami (dimasa bujangnya) suka jalan-jalan berdua. Ke mana saja, tapi ke mall untuk hunting baju bukan hobby kami. Kami lebih suka pergi ke toko buku, ke Book Fair, atau ke Pameran/expo pembangunan yang diadakan pemerintah.


Seperti Rabu sore ini, saat suami saya sedang di Bandung dan kakak ipar saya juga ada urusan di luar sampai malam. Dan saya juga mbak saya, sedang tak ada kerjaan berarti . . . Mbak saya ngajak jalan-jalan ke Madiun. Kebetulan kami sama-sama tahu kalau tanggal 28 September - 1 Oktober ada Pameran di Alon-alon kota Madiun. Tampak beberapa hari sebelumnya 2 tenda besar nan megah sudah mulai didirikan di Alon-alon sebelah utara.


Berdua kami menyusuri tenda yang sangat besar, ada 2 tenda yang cukup besar. Pameran kali ini adalah "Pameran Pelayanan Publik dan Budaya Kerja Prov. Jatim 2011". Karena skalanya provinsi, stand-stand diisi oleh lembaga-lembaga pelayanan publik kabupaten/kota seluruh Jawa Timur. Ada dari sektor kesehatan dan rumah sakit, sektor pertanian, pendidikan, Dinas pendapatan daerah, dinas pelayanan terpadu, dari PDAM, dari dinas perkoperasian, PTPN dll. Hampir stand setiap dinas dari daerah menampilkan produk-produk khas daerahnya. Seperti Batik, makanan khas, kerajinan, juga hasil pengolahan produk.


Saya sangat senang melihat stand yang menampilkan souvenir batik khas dari setiap kabupaten/kota di Jawa Timur. Membandingkan satu sama lain, berbagai corak dan warna Semua indah dan halus.



Souvenir Batik dari berbagai daerah di Jawa Timur

Ada juga barang-barang kerajinan, salah satunya kerajinan anyaman dari Kabupaten Magetan (Ds. Ringinagung) dan kerajinan genteng yang terkenal di Jatim yaitu Genteng dari Kab. Tulungagung.



Kerajinan Genteng dan Anyaman

Dari dinas pertanian Propinsi Jawa Timur pun tak mau ketinggalan, menampilkan beberapa hasil pertanian dan perkebunan terbaik, seperti apel Manalagi, alpukat yang mengkilat, mangga, bawang merah, padi dsb.



Beberapa tentang keunggulan pelayanan publik yang ditampilkan setiap stan. Mudah-mudahan dengan adanya pameran pelayanan publik ini, tidak sekedar pameran belaka namun memberikan motivasi kepada dinas terkait untuk meningkatkan pelayanan publik, juga mempunyai budaya kerja yang bagus . . .