Pages

Selasa, 28 Desember 2010

DeSeMBeR

Bulan Desember sudah hampir sampai ke penghujungnya . . . . .

Bicara tentang Bulan Desember, sebenarnya kalau saya ingat-ingat ada beberapa moment penting bagi saya pribadi. Kalau gak salah ada 3 lah . . . .

Pertama, saya ingat benar bahwa pada tanggal 1 Desember tepatnya 1 Desember 2005, saya diterima sebagai tenaga pengajar (guru) di SDN Rejosari sebagai Guru Tidak Tetap. Diterima dengan baik oleh Ibu Soegiarti, kepala sekolahnya saat itu. Beliau dan jajaran guru begitu baik mengajarkan, mengenalkan dunia pendidikan secara nyata. Bukan sekedar teori-teori seperti yang saya dapatkan di bangku kuliah.


Kedua, masih berkenaan dengan pekerjaan. Tanggal 12 Desember 2006. Saya menerima SK pengangkatan sebagai CPNS Dinas Pendidikan Kab. Magetan, setelah sekitar 8 bulan menunggu akhirnya turun juga. Alhamdulillah, saya ditempatkan di unit kerja SD yang sama dengan tempat saya menjadi GTT. Yupz, SDN Rejosari. Hal ini tak lepas dari begitu ngototnya Ibu Kepala Sekolah mempertahankan saya agar ditempatkan di SD tersebut.


Ketiga, yang ini juga tak kalah penting. Justru paling penting. Tanggal 26 Desember 2008,…. Seorang yang saya kenal baik sejak SMP menikahi saya. Setelah 2 bulan sebelumnya mengkhitbah di depan keluarga besarku….Mas Fifin dengan bacaan QS. Ar Rahman, Seperangkat Alat Shalat, dan Emas 10 gram mengucapkan aqad didepan bapak. Alhamdulillah kini sudah 2 tahun, tak terasa, bahkan rasanya masih seperti pengantin baru ^^. 2 tahun perjalanan biduk kami, tentunya banyak hal yang sudah kami alami. Suka dan duka. Ujian yang harus dihadapi dengan sabar. Bahkan terus menggandakan kesabaran . . . agar mendapatkan pahala tiada terbatas dari-Nya, pahala yang dilipatgandakan, juga kebaikan dari Allah SWT. Man Shabara Zhafara . . .


2 tahun perjalanan, ada yang bertambah dan ada yang berkurang. Berkurangnya rasa egois, bertambahnya rasa cinta dan saying, bertambahnya kedewasaan, bertambahnya kesabaran, dan semoga semakin bertambah pula keberkahan, sakinah, mawadah dan rahmah di bingkai rumah tangga yang saya dan mas fifin bentuk . . . amin


3 hal tersebut setidaknya yang sangat mempengaruhi perjalanan hidup saya sampai saat ini. Dan hal lain yang akan saya ingat-ingat adalah 22 Desember sebagai hari Ibu dan juga hari kelahiran ibu tercinta. Juga 8 Desember 2010, sepertinya ini yang terbaru dan akan selalu teringat juga . . . nenek saya meninggal karena Sirosis Hepatitis, ascites . . . mudah-mudahan beliau mendapatkan tempat terbaik di sisi-Nya dan amal ibadahnya diterima oleh Allah SWT. Amin . . . .


Teringat kata-kata seorang teman masa kuliah dulu “masa lalu bukanlah untuk dilupakan, tetapi untuk dikenang .. . . .”

Rabu, 22 Desember 2010

Ibu

Bila kuingat masa kecilku

Kuslalu menyusahkanmu

Bila kuingat masa kanakku

Kuslalu mengecewakanmu



Banyak sekali pengorbananmu

Yang kau berikan padaku

Tanpa letih dan tanpa pamrih

Kau berikan semua itu



Engkaulah yang ku kasihi

Engkaulah rinduku

Ku harap slalu doamu

Dari dirimu ya ibu


Tanpa doamu takkan kuraih

Tanpa doamu takkan kucapai

Segala cita yang kuinginkan

Dari diriku ya Ibu




*) Lirik nasyid Shoutul Haq . . .


Selamat hari ibu dan Happy Milad untuk Ibuku yang ke 56, Ibu yang senantiasa setia dengan doa dan sabar yang tiada terbatas . . . I love u Mom . . .

Selasa, 21 Desember 2010

Scouts Of SDN Rejosari On Vacation


Setelah 4 hari menjalani ulangan umum bersama, sekarang giliran anak2 untuk refreshing. Kali ini dikemas dalam kegiatan ekstra Pramuka. Judulnya Jalan-jalan untuk mengenal lingkungan sejarah dan alam. Tujuannya adalah ke salah satu situs sejarah di Kabupaten Madiun yaitu Monumen Peristiwa PKI 1948 di Desa Kresek, Dungus, Kabupaten Madiun. Cukup dengan membayar Rp 5.000 saja, anak-anak kelas 4, 5, dan 6 bisa ikut kegiatan ini.



Persiapan berangkat

Yup! Pukul 07.30, 2 truk sudah siap dihalaman sekolah . . . anak-anak yang berpakaian pramuka juga sudah tidak sabar untuk berebut menaikinya. Setelah disiapkan dan berdoa bersama perjalanan pun dimulai. Truk mulai bergerak beriringan menyusuri jalan raya, semakin lama semakin jauh meninggal Jalan Pandean II. Memasuki kota Madiun masih jam 8, matahari belum terlalu terik. Dengan riang gembira anak-anak bernyanyi menyenandungkan suara hati. Tak terasa kini truk menyusuri jalan yang mulai menanjak, jalan yang tak terlalu luas seperti sebelumnya. Pemandangan deretan ruko, dan perumahan, berubah menjadi hamparan sawah terasiring dengan latar punggung Gunung Wilis. Sesekali tampak aliran sungai dengan batu-batu terjal.

View yang tampak dari dalam truk

Sekitar 1 jam perjalanan sudah sampai dilokasi yang dituju. Ehm, saya sendiri baru sekali ke tempat ini. Begitu turun ada hamparan taman luas, berselang-seling antara tanah yang di paving dan tanah berumput. Cukup bagus dan rapi . . . indah. Kondisi monumen ini sangat bersih. Memasuki gerbang ada sebuah prasasti berukuran besar yang mencantumkan korban pemberontakan PKI Madiun tahun1948. Semakin ke dalam ada sebuah pendopo untuk beristirahat. Melangkah lebih jauh, semakin dekat dengan bukit yang sudah ditata apik dengan tangga. Ketinggiannya sekitar 10 meter, diatas bukit ada monumen lagi. Patung orang yang menghunus parang, hendak menebas leher lawan. Selain itu ada relief yang menggambarkan sebuah pertempuran. Disitu anak-anak mendengarkan penjelasan dari pemandu sang juru kunci. Setelah cukup beristirahat, kami kembali turum ke bawah.

Pendopo di tengah taman

Bukit monumen yang tampak dari bawah

Prasasti

Di pendopo kami duduk-duduk lagi, menikmati bekal yang dibawa dari rumah. Menikmati arem-arem (beras yang dicampur dengan sedikit ketan, dibungkus daun pisang, ditengahnya diberi sedikit campuran kering tempe dan ayam, lalu dikukus) buatan Bu Nana (salah satu rekan, red), cukup nikmat dikala perut begitu lapar dan cukup mengenyangkan.

nampang

Yang ini diluar rencana, karena waktu masih cukup. Kami memutuskan mampir ke bumi perkemahan Grape, tak jauh dari situ sekitar 2 km. Kembali dengan truk kami dimobilisasi. Disini pemandangannya tak kalah indah. Udaranya tidak dingin, tapi sangat sejuk. Suara aliran air sungai berbatu sangat keras. Wah, anak-anak berlarian, kompak berniat bermain air dan basah-basahan. Namun kompak pula saya dan rekan-rekan berteriak melarang. Hehehe kontan muncul wajah-wajah kecewa, dan gerutu yang tak jelas.

Tapi ada hiburan yang menantang, mengobati kekecewaan. Disitu ada sarana untuk Flying Fox. Sekali naik mencoba membayar Rp 5.000 anak-anak berebut. Satu per satu yang berminat mencoba. Sambil menunggu, ada pula yang makan bekal nasi yang dibawa dari rumah, atau main ayunan. Atau duduk saja.

Flying Fox

Karena perut saya dan teman-teman pun mulai keroncongan, kami pun bergeser ke tempat makan yang ada ditepi rimba perekemahan. Tentunya setelah memastikan anak-anak dalam kondisi aman dan terkendali. Warung yang sangat biasa dan sederhana. Ada bermacam olahan. Tapi pilihan saya dan teman-teman adalah Wader Penyet (wader adalah jenis ikan yang hidup liar di sungai). Menunggunya lumayan lama juga. Akhirnya datang juga, sebakul nasi panas, 4 piring ikan wader, sambal yang menggoda selera, lalapan, dan daun kunci yang telah direbus dicampur dengan sambal kelapa (kuluban/krawu). Bismillah . . . ehm . . . mantap, hanya saja sambalnya terlalu pedas bagi saya. Bagi anda pecinta rasa pedas pasti akan cocok.. . . berkali-kali saya mendesis kepedasan, tapi hal itu tak menghentikan semangat saya untuk menghabiskan makan ^^ begitu juga teman-teman.


Yang siap disantap

Waktu sudah menunjukkan pukul 11.30, waktunya juga untuk berberes pulang. Walaupun anak-anak ada juga yang enggan pulang karena belum dapat kesempatan mencoba Flying Fox.

Menyusuri kembali jalan yang sama, kami pulang . . . dengan rasa masih gembira, bernyanyi bersama diatas kereta kencana (baca truk) . . . .

Senin, 20 Desember 2010

Tips Nulis Rapot (Rapor)

Bagi-bagi rekan-rekan yang profesinya sama dengan saya (guru, red). Tentunya hari-hari ini akan sibuk dengan koreksi, ngrekap nilai, remidi, dan tahap akhir nulis rapot atau laporan nilai. Bukanlah suatu hal yang asing, justru kegiatan rutinitas yang menjadi bagian kerja para guru. Pasti sudah memahami bagaimana caranya. Masing-masing pun punya trik yang dapat mempermudah kerja ini. Banyak cara, yang penting selesai pada waktunya dan hasilnya oke. Atau tiada kesalahan dalam penulisan.

Nah ini trik dan tips versi saya, berdasarkan pengalaman dan kesalahan yang pernah dibuat . . . sampe ditegur KS karena ada wali murid yang mencak-mencak karena ada satu angka yang distipo/tipe X . . . hehehehe

  • Cek semua kelengkapan yang diperlukan untuk menulis rapot. Antara lain Ballpoint (saya menggunakan Drawing Pen S*owm*n 0.2). Buku Rapotnya sendiri, jumlahnya harus sesuai dengan jumlah siswa, sudah diurutkan berdasarkan daftar nama. Rekap nilai yang sudah jelas dan betul (termasuk nilai ekstra, skala sikap, KKM).
  • Bekerja pada meja yang lapang.
  • Menjauhkan Stipo/Tipe X dari pandangan, karena ini bisa mensugesti untuk melakukan kesalahan tulis.
  • Kalau terbiasa bekerja dengan ditemani secangkir kopi atau teh, jangan letakkan cangkir satu meja dengan rapot, karena kalau tumpah bisa fatal.
  • Menjumlah ulang nilai, sebelum menulis jumlah nilai pada kolom.
  • Dan bekerja pada situasi yang tenang dan nyaman.Kalau capek, mengantuk, sehingga mengurangi konsentrasi sebaiknya berhenti sejenak untuk istirahat . . . .

Ehm . . . InsyaAllah dengan trik tersebut, nulis rapot dengan jumlah 40 lebih pun dapat terselesaikan dengan baik . . . . Selamat bekerja . . . .

Jumat, 10 Desember 2010

GURU: diGugu Lan ditiRU


Pada suatu pagi, ketika saya bersiap untuk berangkat bekerja. Ada SMS masuk ke HP saya. Belum selesai saya membaca isi pesan yang ternyata dari wali murid, giliran ada panggilan masuk. Dari nomor yang tak dikenali. Oh ternyata dari wali murid yang SMS tadi. Ehm . . . dari Mbah Uti salah satu murid saya, yang namanya Adam (sebut saja begitu). Dalam SMS maupun teleponnya, Mbah Utinya Adam curhat. Yang intinya beliau minta tolong kepada saya agar menasehati (membujuk) Adam agar mau diambil darahnya, sebagai tindak lanjut pemeriksaan dokter. Karena Adam memang baru sembuh dari sakit. Mbah Uti tersebut bingung luar biasa karena gak bisa membujuk Adam. Omnya, Ayahnya pun tak bisa. Walhasil beliau meneleponnya saya. “Inggih, mbah uti . . . InsyaAllah nanti saya bicara dengan Adam”. “Terimakasih Nak Guru . . ., tapi jangan bilang-bilang Adam kalau saya menelepon Bu Yuli” Kata Mbah Uti Adam sebelum mengakhiri teleponnya.

Setelah telepon ditutup saya bertanya-tanya, kenapa yang telepon neneknya bukan ibunya atau ayahnya. Belakangan saya tahu dari teman sekantor yang rumahnya dekat dengan Adam. Ternyata murid saya ini adalah korban broken home. Ketika bayi, dia sempat menjadi rebutan antara Ayah dan Ibunya yang bercerai. Bayi usia 1 bulan yang harusnya mendapat perhatian dan kasih sayang lengkap ortunya sudah mengalami hal tersebut. Akhirnya si Adam di rawat sang nenek (dari Ayah). Dia tidak mengenal baik ibu kandungnya, sementara Ayahnya menikah lagi. Dan tinggal di luar kota. Ehm . . .jadi paham, makanya Mbah Utinya menjelaskan kalau Adam adalah Cucu juga anak. Karena memang beliau yang merawatnya sejak masih merah.

Tanpa menunggu lama, pagi itu saya bicara dari hati ke hati dengan Adam. Kebetulan hari itu agenda di sekolah adalah “Jalan Sehat Sabtu Pagi”. Agenda rutin yang diprogramkan setiap Sabtu pekan terakhir. Sambil jalan menapaki jalanan aspal kampung, saya menggandeng kadang merangkul si Adam. Saya berusaha dia nyaman saya tanya. Tanpa membuatnya berpikiran bahwa ada campur tangan mbah utinya dalam dialog-dialog tersebut. Pada awalnya saya bertanya kenapa dia tidak masuk beberapa hari, sakit apa?. Pada akhirnya dia bercerita sendiri tentang kunjungannya ke dokter, dan dokter menyuruh untuk periksa darah ke Lab. Nah, pucuk di cinta ulam tiba . . . kesempatan ini tidak saya sia-siakan. Adam mengaku dia tidak mau diambil darah, karena takut.

Sambil terus berjalan saya berdialog dengannya, bukan . . .bukan menasehatinya. Justru bertanya sebab akibat jika dia tidak mau diambil darah dan diperiksa. Sampai ke prestasi belajarnya (Adam adalah murid dengan prestasi belajar di atas rata-rata). Adamlah yang merumuskan sendiri dialog-dialog kami. Di ujungnya saya menegaskan keputusannya. Dia sendiri yang memutuskan kalau dia akan mau kalau di ambil darahnya. Saya tersenyum . . .

Hari berikut, saya mendapat SMS dari Mbah Uti Adam . . . bahwa Adam sudah mau diambil darahnya. Dan Alhamdulillah hasilnya bagus, tak ada penyakit yang dikhawatirkan.

Ehm , , , , GURU: di GUGU lan di TIRU.

Rasanya idiom jawa tersebut masih bisa menjadi sebuah aktualisasi dalam sepak terjang guru dalam melaksanakan amanah kerja. Bukan hanya sekedar idiom kosong yang mulai dilupakan dan tak bermakna. Sekitar 4 tahun menjadi seorang pengajar dan pendidik (baca: guru, red) sudah lumayan melahap pengalaman yang berkenaan dengan “digugu lan ditiru”. Baik yang dialami teman-teman seprofesi, maupun yang saya alami sendiri. Bagi saya sendiri, rasanya itu sangat menyenangkan. . . .guru, terlebih guru sekolah dasar. Seharusnya, tidak hanya menjadi pentrasfer ilmu akademik di kelas yang kaku . . . tapi harus bisa mengajarkan hal penuh makna kehidupan, menjadi partner bagi orang tua murid. Kalau kata kepala sekolah saya yang dulu, walaupun belum menjadi orang tua . . .tapi harus mampu menjadi orang tua banyak anak di sekolah. Yup….Bismillah..