Pages

Minggu, 30 September 2012

Hari-Hari, Jam-jam, Detik Demi Detik Pengalaman Saya Melahirkan Hanan (Part 2)


 Sebelumnya di Part 1

#Selasa, 18 September 2012 Hari penentuan

Sebelum subuh saya sudah terbangun, sekitar pukul 04.00. Tubuh dan pikiran saya lebih segar, entah apa yang akan terjadi . . .yang penting saya merasa lebih optimis. Saya langsung sibuk di dapur, berberes dengan segala piranti dapur yang perlu dicuci sambil masak air untuk mandi dan membuatkan teh panas untuk suami. Di masa ini saya merasakan kontraksi yang mulai nyeri, walaupun toleransi rasa sakit/nyeri saya masih cukup tinggi. Saya merasakan kontraksi sudah 2-3 kali dalam 10 menit. Usai mandi, shalat subuh saya banyak berdoa pada Allah. Berpasrah atas segala kemungkinan yang terjadi hari ini. Memohon agar diberi kesabaran dan kekuatan apapun yang terjadi.


Sepulang suami dari mushola dekat rumah, dia menawarkan untuk menemani jalan-jalan pagi. Saya menolak, saya ingin berberes kamar dan segala sesuatu yang kira-kira belum saya siapkan untuk pergi ke rumah bersalin untuk melahirkan normal ataupun ke rumah sakit untuk operasi Caesar. Lagipula 30 menit lagi kami berencana mencari opini bidan. Ditengah kesibukan saya, saya bilang ke suami, akan mencoba normal, walaupun diinduksi. Meskipun harus merasakan sakitnya induksi, asal ada tangan suami tempat berpegang, insyaAllah saya kuat. Jelas sekali disini memang saya sama sekali tak siap jika harus operasi. Persiapan untuk kemungkinan terburuk sejak awal kehamilan yaitu jika harus operasi Caesar, yang saya dan suami siapkan hanya sebatas biaya dan kartu ASKES. Selebihnya tidak sama sekali. Sekali lagi fisik, jiwa, hati, dan perasaan saya siap untuk persalinan normal. Tulisan Bidan Yessi dalam bukunya Gentle Birth dan sitenya di Bidan Kita, juga video persalinan normal menakjubkan yang saya lihat memang sangat mempengaruhi saya. Saya sangat ingin melahirkan normal dengan “indah” penuh “cinta”. Untuk itu selama ini saya rajin mempraktekan senam hamil dan yoga, relaksasi, juga berlatih pernapasan sesuai yang tertulis di buku “Gentle Birth”.


Menanggapi keinginan saya untuk mencoba persalinan normal lebih dulu walaupun dengan induksi, suami saya hanya menganggukkan kepala. Namun saya tak tahu bagaimana perasaan sebenarnya. Pukul 05.35 dengan dibonceng suami saya berangkat ke bidan (rumah bersalin, rencana saya akan melahirkan normal) tak membawa apa-apa hanya buku KIA dan dompet. Saya merasakan kontraksi masih intens, 2-3 kali dalam 10 menit. Semoga ini pertanda baik. Saya mengusap perut, insyaAllah hari ini dedek akan ketemu bunda dan abi.

#Selasa, 18 September 2012 di Bidan Praktek Swasta, Konsultasi dengan Bidan Pristi, lama yang mencerahkan

Antri 5 menit, saatnya kami berdua masuk. Langsung disambut senyum lebar Bidan Pristi. Tak perlu nunggu lama, saya langsung cerita dari A – Z tentang progress kontraksi dan pertemuan dengan dr.Ardian malam sebelumnya. Bidan Pristi serius mendengar cerita saya. Kemudian dia menyampaikan pendapatnya, beliau menjelaskan posisi bayi saat proses persalinan. Ada saatnya dalam proses persalinan, bayi menghadap ke jalan lahir, namun itu saat bayi sudah benar-benar siap keluar . . . saat tinggal satu kali dorongan, dan bayi lahir. Bidan Pristi menyebut posisi ini dengan posisi titik puncak. Namun bayi saya posisinya masih jauh dari jalan lahir, dan posisinya sudah posisi puncak. Lalu Bidan Pristi menceritakan pengalamannya 4 kali menolong kelahiran bayi dengan posisi seperti bayi saya. Subhghanallah mendengar ceritanya menunjukkan perjuangan yang luar biasa kuat, luar biasa lama, penuh pertaruhan. Bahkan salah satu diantaranya, bayi lahir dalam kondisi koma.

Setelah cerita, bidan Pristi memeriksa detak jantung janin saya. Bagus. Menghitung kontraksi yang saya alami, sudah cukup intens. Melakukan pemeriksaan dalam (VT) sudah pembukaan 1 tipis (hampir 2). Panggul cukup dilewati bayi. Namun saat melakukan penekanan terhadap kepala bayi, ada satu kondisi yang memang tidak seperti biasanya (ini saya kurang paham). Setelah melakukan pemeriksaan, Bidan Pristi berinisiatif untuk langsung menelepon dr.Ardian. Dalam percakapan yang saya dengarkan, Bidan Pristi menanyakan apa benar posisi bayi adalah posisi titik puncak. Bidan pristi juga menyampaikan hasil pemeriksaan dalam. Bidan Pristi memutuskan untuk melakukan rujukan ke RS. Griya Husada (sama dengan tawaran dr.Ardian sebelumnya). Bidan Pristi yang saya harapkan akan menjadi pendamping saya melahirkan normal, ternyata juga angkat tangan. Alasannya cukup logis, posisi bayi tidak menguntungkan. Jika memaksa melahirkan normal, ini ibarat sebuah pertaruhan besar. Apalagi ini adalah “bayi mahal” (istilahnya Bidan Pristi) karena penantian mendapatkannya cukup lama.

Atas rujukan Bidan Pristi, juga testimoninya terhadap dr.Ardian via telepon, pada akhirnya surat rujukan untuk operasi Caesar tersebut sudah ditangan. Ini final. Ternyata “dedek” di rahim saya telah memilih waktu dan caranya sendiri. Hari ini dan dengan operasi Caesar. Dalam perjalanan pulang ke rumah, ditengah kami menghitung-hitung uang yang ada di rekening juga memperkirakan biaya, suami saya masih sempat bercanda Bayi ini memang mahal maka dilahirkan pun minta dengan cara yang mahal ^^.

Sampai di rumah, kami berdua menyampaikan hasil kunjungan ke Bidan Pristi kepada mbak dan bapak saya. Sementara suami menghubungi mertua, saya masih bisa mempersiapkan sarapan untuk suami. Yaa . . . untuk suami saja, Bidan Pristi yang tahu sejak pagi saya belum makan apa-apa menyuruh saya untuk langsung berpuasa (Ini nanti akan menjadi penderitaan tersendiri bagi saya, saya makan terakhir pukul 21.00, malam sebelumnya, menahan haus dan lapar –walaupun tak lemas karena diinfus- lebih dari 24 jam), kontraksi yang terjadi semakin intens, saya masih bisa mentoleransi rasa sakitnya. Sambil menunggu mobil mertua, saya juga berberes. Tas baju saya dan suami yang sudah siap saya bongkar, dipindah ke koper dan ditambah jumlahnya.

#18 September 2012, di RS Griya Husada Madiun

Pukul 08.30, kami, saya, suami, bapak-ibu mertua berangkat ke rumah sakit. Kakak saya menyusul dengan sepeda motor. Dalam mobil saya terus mencoba berdamai dengan kondisi yang tengah dan akan saya hadapi. Saya memegang tangan suami, setiap terjadi kontraksi yang terasa lebih nyeri, saya remas tangannya.

Sampai di Griya Husada, suami mengurus pendaftaran. Saya masih bisa mengisi aplikasi askes dan beberapa formulir lainnya. Saya dan suami masih ringan, tanya ini dan itu ke petugas, juga memilih kamar perawatan. Urusan formulir selesai, maka selesai pulalah rasa ringan di hati saya. Bidan dan perawat menyuruh saya masuk ke ruang persiapan, sendirian saja. Saya diminta mengganti pakaian, lalu diinfus. Bidan juga melakukan pemeriksaan dalam, menghitung detak jantung janin dengan alat Doppler, memasang kateter. Setelah selesai, suami saya boleh masuk. Begitu melihatnya, saya langsung meneteskan air mata. Entahlah . . . kondisi psikis saya yang kembali buruk, membuat segala sesuatunya tidak nyaman. Mendengar operasi dilakukan pukul 12.30 saya tambah down, artinya saya harus berada dalam kondisi tersebut sekitar 3 jam. Sementara kontraksi semakin lama semakin terasa sakit. Yang bisa saya lakukan hanya menangis, suami terus menyemangati saya, untuk banyak istighfar.

Yang terbayang dipikiran saya adalah cerita dan beberapa tulisan yang saya baca tentang operasi Caesar. Bahwa persalinan Caesar itu sembuhnya lama, bahkan saudara sepupu suami 1 bulan hanya bisa tidur-tiduran, kemana-mana digendong atau dipapah, banyak menimbulkan trauma baik bagi ibu ataupun bayi. Dan yang paling menakutkan adalah pengalaman seorang ibu yang Caesar saat bertemu dengan bayinya, merasa tak jatuh cinta. Apakah saya juga tak akan jatuh cinta pada pandangan pertama terhadap dedek. Mengingat itu saya menangis lagi . . . saat ditanya suami, kenapa menangis lagi, saya hanya bilang “rasanya tidak nyaman”

30 menit sebelum masuk ke ruang operasi, bidan meminumkan obat agar tak muntah di ruang operasi. Tapi karena kondisi psikis saya yang sangat buruk dan dalam kondisi puasa tak sampai 30 detik saya usai minum obat, justru perut saya mual, keluarlah semua 6 sendok obat sirup yang tadi saya minum, membasahi jilbab yang saya pakai. Kakak dan perawat membantu membersihkan. Suami mengganti jilbab yang saya pakai. Dengan posisi duduk saya meminum obat itu kembali, kali ini saya minum sendiri dengan dibantu suami.

#Selasa, 18 September 2012, menuju ruang operasi

Tibalah saatnya saya harus dibawa ke ruang “eksekusi”. Saat itu saya sudah pembukaan dua, dan merasakan ketuban sudah pecah, membasahi kain yang saya pakai, kakak saya masih sempat mengganti kain sebelum saya dibawa ke ruang operasi. Pintu terbuka, ibu mertua saya masuk mencium kening dan pipi saya. Air mata saya terus mengalir, suami saya mendekat. Agak kabur saya memandangnya, namun masih cukup jelas bagi saya, dia juga menangis, mendekatkan wajahnya, memegang kening saya, dan berbisik adek harus kuat . . . adek harus kuat. (Selama 3 tahun 8 bulan menikah dengannya, sungguh baru kali ini saya melihat suami saya menangis . . .hehe). Dark Bar saya didorong melewati lorong-lorong rumah sakit, saya bersyukur kakak dan suami saya berkeras hati mempertahankan kerudung saya tetap terpasang rapi, walau hanya sampai pintu ruang operasi.
















Bersambung ke Part 3

6 komentar:

  1. Sedih sekali baca nya,. Tulisan nya sangat membantu. Semoga kelak saya bisa melahirkan secara normal,. :)

    BalasHapus
  2. Banyak cara menggugurkan kandungan yang di tawarkan internet yang kebanyakan hanya menjual obat tanpa d pertanggung jawaban yang jelas bahkan beberapa hanya menawarkan obat gugur hanya via telp/sms tanpa mau bertanggung jawab setelah gugur yang justru membahayakan kondisi pasien setelahnya meskipun aboorsi terbilang "sukses".tetapi efek samping seperti kista,luka pada rahim yang terjadi pasca aboorsi "sukses" tersebut justru membahayan pasien secara keseluruhan
    Kami disini menawarkan aboorsi yang sangat aman bagi siapapun dengan penanganan langsung ataupun pembimbingan secara langsung apabila tidak d mungkinkan untuk datang langsung ke tempat kami tanpa membahayakan pasien sehingga memberikan rasa aman secara psikologi bagi calon pasien dan memberikan pelayan bagi pasien pasca aboorsi sampai benar-benar tuntas dan pulih sebagai catatan proses aboorsi dengan cara apapun tidak akan bisa mengembalikan kondisi pasien seperti semula karna Aboorsi adalah proses pemaksaan keluar janin secara "paksa" baik dbantu dengan obat ataupun dengan cara lainnya,tetapi kami disini menjamin anda sampai benar-benar pulih dan bersih rahim anda sehingga tidak akan ada efek samping yang tidak d inginkan dan bisa d pastikan anda dapat kembali menstruasi normal dan dapat hamil kembali kedepannya setelah mengikuti terapi pasca aboorsi yang kami terapkan. Pikirkan terlebih dahulu sebelum anda memutuskan aboorsi karna kami disini hanya membantu yang benar-benar membutuhkan aboorsi dengan alasan yang tepat seperti:kondisi janin yang membahayakan pasien ataupun janin,korban perkosaan,dan beberapa kehamilan yang tidak d inginkan karna faktor sosial d masyarakat,kami menyediakan juga obat aboorsi yang benar-benar terjamin dan bergaransi Pengiriman obat seluruh indonesia melalui jne/tiki Silakan konsultasi terlebih dahulu sebelum memutuskan aboorsi
    untuk pemesanan dan konsultasi silakan hubungi:085722895021 atau kunjungi website kami

    BalasHapus
  3. perjuangan seorang ibu tak kan dapat di nilai dengan apaun. kecuali dengan do,a..
    Furniture Klasik

    BalasHapus
  4. Assalamu Alaikum wr-wb, perkenalkan nama saya ibu Rosnida zainab asal Kalimantan Timur, saya ingin mempublikasikan KISAH KESUKSESAN saya menjadi seorang PNS. saya ingin berbagi kesuksesan keseluruh pegawai honorer di instansi pemerintahan manapun, saya mengabdikan diri sebagai guru disebuah desa terpencil, dan disini daerah tempat saya mengajar hanya dialiri listrik tenaga surya, saya melakukan ini demi kepentingan anak murid saya yang ingin menggapai cita-cita, Sudah 9 tahun saya jadi tenaga honor belum diangkat jadi PNS Bahkan saya sudah 4 kali mengikuti ujian, dan membayar 70 jt namun hailnya nol uang pun tidak kembali, bahkan saya sempat putus asah, pada suatu hari sekolah tempat saya mengajar mendapat tamu istimewa dari salah seorang pejabat tinggi dari kantor BKN pusat karena saya sendiri mendapat penghargaan pengawai honorer teladan, disinilah awal perkenalan saya dengan beliau, dan secara kebetulan beliau menitipkan nomor hp pribadinya dan 3 bln kemudian saya pun coba menghubungi beliau dan beliau menyuruh saya mengirim berkas saya melalui email, Satu minggu kemudian saya sudah ada panggilan ke jakarta untuk ujian, alhamdulillah berkat bantuan beliau saya pun bisa lulus dan SK saya akhirnya bisa keluar,dan saya sangat berterimah kasih ke pada beliau dan sudah mau membantu saya, itu adalah kisah nyata dari saya, jika anda ingin seperti saya, anda bisa Hubungi Bpk Drs Tauhid SH Msi No Hp 0853-1144-2258. siapa tau beliau masih bisa membantu anda, Wassalamu Alaikum Wr Wr ..

    BalasHapus

  5. Saya sangat bersyukur kepada Ibu Iskandar Lestari karena telah memberi saya pinjaman sebesar Rp700.000.000,00 saya telah berhutang selama bertahun-tahun sehingga saya mencari pinjaman dengan sejarah kredit nol dan saya telah ke banyak rumah keuangan untuk meminta bantuan namun semua menolak saya karena rasio hutang saya yang tinggi dan sejarah kredit rendah yang saya cari di internet dan tidak pernah menyerah saya membaca dan belajar tentang ISKANDAR LESTARI LOAN FIRM di salah satu blog saya menghubungi Mrs Iskandar Lestari konsultan kredit via email:(iskandalestari.kreditpersatuan@gmail.com) dengan keyakinan bahwa pinjaman saya diberikan pada awal tahun 2017 dan harapan datang lagi, kemudian saya menyadari bahwa tidak semua perusahaan pinjaman di blog benar-benar palsu karena semua hutang finansial saya telah diselesaikan, sekarang saya memiliki nilai yang sangat besar dan usaha bisnis yang patut ditiru, saya tidak dapat mempertahankan ini untuk diri saya jadi saya harus memulai dengan membagikan kesaksian perubahan hidup ini yang dapat Anda hubungi Ibu Iskandar via email: (iskandalestari.kreditpersatuan@gmail.com)atau melalui dia BBM INVITE:{D8980E0B}

    BalasHapus