Pages

Selasa, 11 Oktober 2011

Dari Serial Anak-Anak Mamak: Pukat


“Kamilah harta karun paling berharga kampung. Anak-anak yang dibesarkan oleh kebijaksanaan alam, dididik langsung oleh kesederhanaan kampung. Kamilah generasi berikut yang bukan hanya memastikan apakah hutan-hutan kami, tanah-tanah kami tetap lestari, tetapi juga apakah kejujuran, harga diri, perangai yang elok serta kebaikan tetap terpelihara dimanapun kami berada”




Inilah buku kedua dari serial Anak-Anak Mamak yang saya baca. Kisah adik Eliana, Pukat. Kenapa Pukat? Karena buku ini yang saya miliki setelah Eliana, hadiah milad dari kakak ku yang tercinta. Yups, Pukat si anak cerdas bersama teman-temannya. Begitu menyenangkan melahap setiap lembarnya. Begitu polos, lucu, cerita di dalamnya. Namun tetap saja ada hikmah-hikmah terbaik yang terambil dari point ke point. Tetap saja ada haru, sendu, sentuhan cinta dan CINTA.



Tetap sama latar belakang ceritanya dengan Eliana. Hutan, sungai, rumah panggung, kampung, ladang, sekolah kebijaksanaan. Ada warna-warna cerita yang mengaduk-aduk emosi, silih berganti, cerdas dan tak membosankan. Salah satu yang saya ingat, adalah kisah cinta monyet Raju, karib Pukat. aih . . . yaa, cinta monyet yang lucu sekali. Khas anak-anak
banget. Romansa masa kecil, yang membuktikan kenormalan tugas perkembangan. Sungguh, saya senyun-senyum sendiri membacanya. Raju lah yang jatuh hati pada Saleha, gadis cantik, anak bidan, anak baru di kampung itu. Dibandingkan dengan gadis sebaya lainnya di kampung itu, Saleha memang sangat spesial. Makanya, Raju terserang VMJ begitu melihat Saleha pertama kalinya. Yeach, cinta pada pandangan pertama. Tapi, ini dunia anak-anak. Cinta hanya sebatas olok-olok di kelas, tersipu malu tak jelas, yang akan berakhir dengan sendirinya, tak berbekas. Entah di hari kelak . . .


Tak melulu soal cinta monyet Raju. Dengan Raju inilah, pembaca diajarkan arti sebuah persahabatan. Persahabatan antara Pukat dan Raju, yang sempat terputus karena kesalahpahaman. Pengorbanan seorang Pukat yang berusaha keras untuk menyelamatkan Raju dari amukan banjir bandang di tengah malam. Alhamdulillah, semua berakhir manis.



Pukat tak hanya cerdas di kelasnya, namun dengan kecerdasannya Pukat memberikan solusi cerdasnya sebagai bukti kepedulian terhadap orang-orang disekitarnya. Nilai kepedulian terhadap tetangga dimana sekarang nilai ini sudah mulai luntur bahkan banyak yang tidak mengenal tetangganya dan juga mengajarkan arti nilai kejujuran yang sudah mulai luntur saat ini.


Tetap saja, yang membuat saya sangat terharu adalah usaha mamak. Usaha mamak yang mengajarkan pada Pukat, betapa beratnya kerja keras untuk mendapatkan sebutir nasi. Kerja keras untuk menghidupi diri dan keluarga. Dibagian ini, saya belajar sekeras apapun seorang ibu pada anaknya, tak akan pernah mengalahkan kelembutan cinta pada anak-anaknya. Kata-kata ini memang luar biasa.
"Jika kau tahu sedikit saja apa yang telah seorang ibu lakukan untukmu, maka yang kau tahu itu sejatinya bahkan belum sepersepuluh dari pengorbanan, rasa cinta, serta rasa sayangnya kepada kalian"

Nampaknya ini merupakan pesan sentral yang hendak disampaikan oleh Tere Liye, karena pada Novel Eliana, juga dituliskan. Dengan pesan cerita yang menakjubkan. Mungkin juga di Burlian dan Amelia.

Masih banyak lagi kisah-kisah yang menginspirasi, kisah-kisahnya sungguh diceritakan sangat menarik, alur cerita yang asik, bahasa yang elok, khas Tere. Serta banyak kisah yang polos dan lucu,
jadi ingat suami yang mengaku tertawa-tawa juga membacanya.


Apresiasi saya Novel Pukat ini sangat menarik . . . Two Thumbs.

Selamat membaca, dan menemukan dunia petualangan yang luar biasa^^

4 komentar:

  1. Jadi pengen segera baca serial anak-anak mamak, belum satupun yang saya baca mbak..

    BalasHapus
  2. wah . . . ayo. . . ayo di baca,
    saya sudah kebelet baca yang Burlian dan Amelia. tapi belum punya . . .

    barangkali ada yang berkenan membelikannya kembali??? hehehe

    BalasHapus
  3. "barangkali ada yang berkenan membelikannya kembali??? hehehe"

    test test helloooooo.. (dibaca pake gaya parto OVJ, kalau si andre lagi ngomong gaul..)


    nyindir nih yeee...

    BalasHapus
  4. @ Mas Fifin

    Alhamdulillah yah . . . ngerasa, ayooo mas . . . dah lama lho ndak dibelikan buku^^

    BalasHapus