Pages

Rabu, 14 September 2011

Dari Serial Anak-Anak Mamak: Eliana


"Jika kau tahu sedikit saja apa yang telah seorang ibu lakukan untukmu, maka yang kau tahu itu sejatinya bahkan belum sepersepuluh dari pengorbanan, rasa cinta, serta rasa sayangnya kepada kalian"


Karya Tere-Liye yang pernah saya baca, selalu saja membuat saya jadi melankolis. Meninggalkan jejak-jejak hikmah yang tak bisa dikatakan sepele. Dan menurut saya begitulah sebuah karya yang bagus. Demikian juga karya Tere-Liye yang ini, Serial Anak-Anak Mamak. Serial ini terdiri dari 4 judul, yang masing-masing judul menceritakan kisah menawan 4 anak Mamak. Yaitu Eliana, Pukat, Burlian, dan Amelia. Buku yang terbit di awal adalah Burlian (buku-2), disusul Pukat (buku-3), Eliana (buku-4), dan buku-1 yang justru terbit paling akhir, Amelia.


Saya tersenyum senang, ketika suami saya pulang membawa novel tebal,
Eliana. Praktis dari Serial Anak-Anak Mamak, yang pioner saya baca adalah kisahnya si sulung anak Mamak, Eliana. Khas gaya Tere menulis, mengalir bagaikan air . . . tak terbendung. Namun tidak seperti beberapa novel Tere yang pernah saya baca, yang biasanya memakai alur maju mundur yang unik dan cerdas. Eliana ini total menggunakan alur maju (seingat saya sih begitu). Novel Tere, memungkinkan pembacanya mempunyai imajinasi yang seolah nyata tentang setting tempatnya, penggambaran tempat yang detail namun tak membosankan. Pun membaca Eliana, saya seperti dibawa ke kampung di pinggiran hutan di pedalaman Sumatera, yang indah, bergunung-gunung, bersahaja, dan sisi natural yang jelas.


Mengikuti kisah
Eliana, beberapa bagian mengingatkan saya pada masa kecil, petualangan kanak-kanak. Sering saya tersenyum-senyum sendiri dalam proses menyelesaikan novel ini. Suami sampai geleng-geleng kepala melihat saya . . . ^^


Adalah Eliana, anak gadis Mamak, sulung dari 4 bersaudara. Tak keliru, bapak menyebut Eliana si anak pemberani. Dia memang sosok gadis kecil yang pemberani. Bersama tiga rekannya, Eli membentuk Geng "Empat Buntal". Mereka kompak, bahu-membahu melewati kisah-kisah yang menakjubkan. Mengelilingi hutan, menyusuri sungai, bahkan melawan derasnya sungai di malam gelap untuk menggagalkan usaha-usaha penuh kerakusan orang-orang kota yang hendak mengeksploitasi sabuk sungai, pertambangan pasir yang tentu saja merugikan penduduk kampung mereka. Bersama rekannya itu pula Eli menjadi wakil dari sekolahnya, sekolah kampung pinggir hutan, yang guru aktifnya hanya satu, dengan gedung yang nyaris roboh (pada akhirnya roboh karena badai), pergi ke ibukota propinsi membawa karya terbaik hasil terbaik dari hutan mereka yang indah. Memang cerita di novel ini khas sekali petualangan anak kecil, namun bukan anak kecil yang manja. Nakal, justru itulah warna dunia anak yang indah dan menggemaskan.


Walaupun tentang anak-anak, kearifan sebuah keluarga sederhana bisa kita ambil dari cerita ini. Lihat saja tokoh
Mamak, sosok ibu luar biasa. Mempunyai disiplin tinggi, tegas, akhlak tidak tercela, pekerja keras, dan selalu berusaha mengutamakan suami serta anak-anaknya. Memang ibu, mamak, atau siapalah kita menyebutnya, selalu mempesona. Saya benar-benar menangis, ketika membaca bagian ini, sub judul ke 26 Kasih Sayang Mamak - 7. Berawal dari konflik Eli dan adik-adiknya, berlanjut keirian Eli terhadap adik-adiknya, sampai ujungnya adalah kemarahan Eliana terhadap mamaknya. Disinilah, dengan cerdas Tere menyisipkan hikmah terdalam. Allah mengajarkan pada Eliana tentang kasih sayang mamaknya, yang luar biasa, dan kasih sayang mamak yang diketahuinya itu tak ada sepersepuluh dari pengorbanan dan rasa cinta mamaknya. Lebih jelasnya, supaya dapet sentuhan perasaannya, tafadhal dibaca sendiri di novelnya ^^


Apresiasi saya terhadap karya ini adalah bagus, recomended. Terutama bagi guru, pendidik yang tiap harinya bersentuhan dengan dunia anak. Jua untuk ummi, abi, calon umi dan abi . . . bacaan keluarga yang mengajarkan keteguhan, didikan iman, kesungguhan, kerja keras, kesederhanaan, kesahajaan, peduli sesama, kasih sayang tiada tara, cinta lingkungan, dan sarat makna lainnya. Satu lagi, ini yang selalu ada pada karya Tere tentunya, bahasa yang memikat.


Selamat Membaca . . .


3 komentar:

  1. saya sangat suka membaca novel yang menceritakan petualangan anak yang bersetting tempat seperti hutan, lembah, sungai dan sawah. Jadi ingat ketika membaca bidadari-bidadari syurga karya tere liye juga. Bagaimana Laisa bertemu dengan 3 harimau, bagaimana dalimunte ketika umur 10 tahun bisa membuat kincir air yang bisa mengairi desanya. pokoknya keren banget. Dan sekarang ada 4 buku lagi yang menunggu aku baca yang bertema sama. Mantabs...

    BalasHapus
  2. wah, sy belum punya novel yg ini euy. yg Moga Bunda Disayang Allah & Ayahku (Bukan) Pembohong juga belum selesai dibaca.
    Salah satu yg sy kagum dr karya2 tere liye adalah sarat makna dgn bahasa yg begitu mengalir & enak dibaca.
    Mudah2an nanti sempet baca semuanya :)

    BalasHapus
  3. @ Mas Fifin dan Nur Ahmadi: Tafadhal di baca dech, maka akan menemukan ciri khas gaya bercerita Tere Liye yang cerdas dan tak membosankan.

    juga cerita yang kadang tak pernah terpikirkan oleh kita, juga cerita yang sederhana saja namun mempesona ^^

    BalasHapus