Sejak sehari setelah lebaran kemarin, sampai pekan-pekan ini desa saya musim panen kacang tanah. Secara bergantian setiap harinya para pemilik sawah yang pada saat itu hampir 90 % menanam kacang tanah menggelar masa panen. Di RT saya dan sekitar, bahkan sehari bisa lebih dari 3 petani yang memanen kacang tanahnya. Mungkin jika tidak harus berebut (ngantri) orang yang membantu bisa jadi panen kacang akan dilaksanakan serempak. Bahkan beberapa petani mengeluhkan, susahnya mencari orang untuk bisa membantu memanen kacang tanahnya.
Alhamdulillah panen raya musim ini nampaknya sukses besar, tak seperti musim sebelumnya. Para petani rugi besar karena hasilnya sangat buruk dari sekian hektar sawah yang ditanami yang berbuah kurang dari 30 %. Adapula tetangga yang seluruh pohon kacang di sawahnya tak menghasilkan sama sekali. Hanya akar-akar dengan calon-calon kacang yang tak mau berkembang, dan hampir mengering. Ufh . . . tergambar sudah modal, tenaga, pikiran, tergadaikan . . . Harapan besar melihat kacang yang dinantikan berganti dengan kesedihan, menelan kekecewaan. Pun apalah yang bisa dilakukan oleh mereka . . . bersabar. Bulik yang rumahnya dekat saya pun, cerita biasanya kalau panen menghasilkan lebih dari 10 karung kacang, saat musim gagal itu hanya 3 karung, itu pun kecil-kecil. Sementara itu Pakdhe, yang sejak muda usahanya jual beli kacang tanah, yang biasanya dapat omzet hampir 20 juta. Harus merugi karena sawahnya pun tak mau menghasilkan.
Namun demikian, roda kehidupan ini berputar. Musim ini hasilnya luar biasa. Kesabaran, ketelatenan, doa, usaha, juga belajar dari pengalaman, membawa hasil terbaik. Khas kacang "Tapan". Memang desa/kampung saya, terkenal sebagai sentra kacang tanah di daerah sekitar. Selain petani, banyak yang uasahanya jual beli kacang tanah. Menjadi tempat tujuan orang-orang dari luar daerah untuk mencari kacang tanah.
Ada pemandangan yang khas saat musim panen kacang begini. Beberapa halaman rumah penduduk dipenuhi gunungan pohon/daun kacang tanah yang sudah diambil dari sawah, namun biji kacangnya sendiri belum terpisahkan dari akar pohon kacang tanah. Sementara itu beberapa orang duduk disekitarnya, bekerja sambil ngobrol memisahkan biji kacang dengan pohonnya. Hal itu tak hanya berlaku dari pagi sampai sore saja, namun tiada henti saat malamnya. Daun/pohon kacang ini akan dijadikan sebagai makanan ternak. Tak hanya itu, tepi jalan desa yang sebenarnya sudah beraspal, jadi dihiasi pohon kacang (lung, kalau di daerah saya disebut rendeng) yang dijemur, yang akan dimanfaatkan sebagai pakan kambing atau sapi.
Orang tua saya memang tidak punya sawah, sehingga tidak mengalami panen juga. Namun merasakan euforianya^^. Bapak ikut juga mencari rendeng, mencari sendiri ataupun membeli dari orang untuk persedian makan ternak-ternaknya. Pun juga menjemur, membalik, mengangkat "jemuran" rendeng ini menjadi rutinitas tambahan beliau. Selain itu tetangga terdekat yang panen kacang tanah, mengetuk pintu kami demi memberikan satu kresek besar kacang tanah berkulit, yang siap untuk dijadikan kacang rebus ataupun penganan lain, karena lebih dari satu tetangga jadinya sekarang ada 4 kresek . . . hehehe. Merasakan juga rejeki mereka, alhamdulillah.
Itulah tampilan desa saya, desa agraris, masa tanam, masa menyiangi rumput, masa perawatan, hingga masa panen . . . Panen apapun di sawah, padi, jagung, kacang tanah, wijen, kedelai . . . merupakan tampilan kearifan desa. Saling mendukung satu sama lain, saling menolong, saling berbagi, nilai kebersamaan yang lugas, saling memberi saran, juga nilai khas yang sebenarnya khas banget bangsa ini, namun mulai terkikis oleh waktu, teknologi, dan perkembangan yaitu nilai gotong royong.
Dan jelas sekali bagi orang-orang yang mau berpikir dan mencari hikmah disetiap hal, bahwa masa-masa yang dilalui para petani di desa, kearifan yang mereka punya, tak lain dan tak bukan menampilkan kebesaran Sang Khalik, Sang Maha Berkehendak.
"Dan Dialah yang menurunkan air hujan dari langit, lalu Kami tumbuhkan dengan air itu segala macam tumbuh-tumbuhan maka Kami keluarkan dari tumbuh-tumbuhan itu tanaman yang menghijau. Kami keluarkan dari tanaman yang menghijau itu butir yang banyak; dan dari mayang korma mengurai tangkai-tangkai yang menjulai, dan kebun-kebun anggur, dan (Kami keluarkan pula) zaitun dan delima yang serupa dan yang tidak serupa. Perhatikanlah buahnya di waktu pohonnya berbuah dan (perhatikan pulalah) kematangannya. Sesungguhnya pada yang demikian itu ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang beriman.( QS. Al An’am 6:99 )
sekarang harga kacang piro yo mbak..
BalasHapus