Saat milad kemarin, suamiku berbaik hati untuk mengajakku ke Togamas dan membelikan novel. Pada awalnya tujuan kami adalah membeli sebuah novel yang direkomendasikan oleh Riris (rekan kerja suami) yang berjudul “Pengikat Rindu”. Novel yang berlatar belakang Sirah masa Rosulullah, menceritakan tentang Asma binti Abu Bakar.
Akan tetapi setelah sekian waktu mencari secara manual dan dengan bantuan software di Togamas, tak jua menemukan. Ah … mungkin di jual di Gramedia atau bookstore yang lain. Belakangan diketahui, Riris membelinya di toko buku dekatnya Salman ITB. Tak ada yang dicari, mencari yang lain. Pilihanku atas hadiah suami jatuh pada 2 Novel, yang sebenarnya juga aku inginkan. Bidadari-Bidadari Surga, yang ditulis oleh Tere Liye. Sudah lama aku mencari-cari novel ini. Berikutnya adalah Novel terbarunya Habiburrahman El Shirazy Bumi Cinta. Walaupun tak menemukan yang sebenarnya mau dibeli, tapi aku bahagia mendapatkan 2 Novel hadiah dari suami ^^
Hafalan Shalat Delisa, Moga Bunda Disayang Allah, dan Rembulan Tenggelam Di Wajahmu adalah karya-karya Tere Liye yang sudah pernah ku baca. Membaca ketiganya memaksa air mataku keluar (baca:menangis), pun ketika merampungkan Bidadari-Bidadari Surga. Nangis Juga . . . Menurutku Tere-Liye memang luar biasa, ia mampu menciptakan untaian kalimat indah yang membalut kisah mengharukan. Setiap kalimat yang diciptakan oleh Tere seolah bermuatan kelembutan, dalam, dan imajinatif. Latar tokohnya luar biasanya, latar tempatnya juga menarik. Seperti dalam novel yang baru saja ku miliki ini, mengisahkan perjuangan seorang Laisa yang buruk rupa namun hatinya bagai permata. Berlatar lembah strobery yang menawan dengan rumah panggung disana. Novel ini menceritakan pengorbanan Laisa untuk adik-adiknya. Dalimunte, Wibisana, Ikanuri, dan Yashinta. Sarat makna akan kerja keras, pengorbanan, dan penghormatan, juga keikhlasan, juga cinta keluarga, juga rasa syukur kepada Sang Maha Pencipta, juga menciptakan rasa keharuan. Berulang kali aku merinding sampai akhirnya menangis di penghujung cerita. Karya Tere yang paling menguras air mataku ketika membacanya adalah Moga Bunda Disayang Allah. Hampir setiap bagiannya membuatku menangis.
Ketika membaca karya Kang Abik (Habiburrahman El Shirazy), memang tidak semengharu biru ketika membaca karya Tere. Namun apresiasi yang bagus juga untuk novel-novelnya. Novel Kang Abik, novel pembangun jiwa. Ayat-Ayat Cinta, Ketika Cinta Bertasbih, Kumpulan Novelet Dalam Mihrab Cinta, dan yang terbaru Bumi Cinta, membuat pembaca tenggelam dalam alur cerita yang dibuatnya. Tokoh-tokohnya memiliki karakter yang kuat, Fahri, Azzam, dan Ayyas dalam Bumi Cinta. Sangat berkarakter. Kekuatan Novel karya Kang Abik menurutku selain pada cerita, wawasan yang berkenaan dengan cerita, juga pada latar tempatnya. Novelis ini mendeskripsikan latar tempat dan waktu dengan detail. Seolah pembaca berada di sana. Masih ingat ketika membaca Ayat-Ayat Cinta, kamarku jadi terasa panas juga saat kang Abik menyajikan Kairo yang panas. Pun ketika Azzam mengejar bus yang membawa buku-buku Anna, ikut tegang aku dibuatnya, seperti terguncang-guncang di dalam taksi bersama tokoh-tokoh fiktif ini. Bumi Cinta pun menyajikan hal serupa, aku kedinginan membacanya. Bandung yang sudah dingin tambah dingin, latar tempat kota Moskaw di musim dingin mensugesti . . .
Bumi Cinta, mengkisahkan Ayyas, seorang santri Salaf yang harus menyelesaikan penelitiannya tentang sejarah Islam di Moskwa. Berawal dari sini, ujian demi ujian, masalah-masalah dilalui. Berkenalannya dengan Yelena, Linor, dan Anastasia Pallazo menuai liku berbeda dalam kisahnya. Novel ini bagus, namun agak membosankan pada beberapa bagian karena uraian wawasan yang sebenarnya hanya menjadi bumbu-bumbu terlalu panjang dituliskan. Meskipun demikian, itu menunjukkan kalau penulisnya memiliki pengetahuan yang sangat luas, smart.
Akan tetapi, Novel-novel karya Tere Liye dan Habiburrahaman El Shirazy sama-sama memuat nilai Islam. Novel-novel keduanya mentadaburi salah satu ayat-ayat Al Quran. Begitu juga pada Novel yang baru ku miliki ini. Bidadari-Bidadari Surga, dalam novel ini Tere mengambil ayat “Dan sungguh di Surga ada bidadari-bidadari bermata jeli “ (QS. Al Waqiah: 22), “Pelupuk mata bidadari-bidadari itu selalu berkedip-kedip bagaikan sayap burung indah. Mereka baik lagi cantik jelita” (QS. Ar rahman: 70), “Bidadari-bidadari surga seolah-olah adalah telur yang tersimpan dengan baik” (QS. Ash-Shaffat:49).
Sedangkan Bumi Cinta merupakan pentadaburan Kang Abik atas ayat ini “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu memerangi pasukan (musuh), maka berteguh hatilah kamu dan sebutlah (nama) Allah sebanyak-banyaknya agar kamu beruntung. Dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar. Dan janganlah kamu menjadi seperti orang-orang yang keluar dari kampungnya dengan rasa angkuh dan dengan maksud riya kepada manusia serta menghalangi (orang) dari jalan Allah. Dan (ilmu) Allah meliputi apa yang mereka kerjakan.” (QS. Al Anfal: 45-47). Bidadari-Bidadari Surga dan Bumi Cinta merupakan sastra yang bagus.
Membaca sastra, menikmati kesenangan yang menyemangati. Membaca sastra, menyelami kedalaman jiwa, dan melembutkan hati.
Akan tetapi setelah sekian waktu mencari secara manual dan dengan bantuan software di Togamas, tak jua menemukan. Ah … mungkin di jual di Gramedia atau bookstore yang lain. Belakangan diketahui, Riris membelinya di toko buku dekatnya Salman ITB. Tak ada yang dicari, mencari yang lain. Pilihanku atas hadiah suami jatuh pada 2 Novel, yang sebenarnya juga aku inginkan. Bidadari-Bidadari Surga, yang ditulis oleh Tere Liye. Sudah lama aku mencari-cari novel ini. Berikutnya adalah Novel terbarunya Habiburrahman El Shirazy Bumi Cinta. Walaupun tak menemukan yang sebenarnya mau dibeli, tapi aku bahagia mendapatkan 2 Novel hadiah dari suami ^^
Hafalan Shalat Delisa, Moga Bunda Disayang Allah, dan Rembulan Tenggelam Di Wajahmu adalah karya-karya Tere Liye yang sudah pernah ku baca. Membaca ketiganya memaksa air mataku keluar (baca:menangis), pun ketika merampungkan Bidadari-Bidadari Surga. Nangis Juga . . . Menurutku Tere-Liye memang luar biasa, ia mampu menciptakan untaian kalimat indah yang membalut kisah mengharukan. Setiap kalimat yang diciptakan oleh Tere seolah bermuatan kelembutan, dalam, dan imajinatif. Latar tokohnya luar biasanya, latar tempatnya juga menarik. Seperti dalam novel yang baru saja ku miliki ini, mengisahkan perjuangan seorang Laisa yang buruk rupa namun hatinya bagai permata. Berlatar lembah strobery yang menawan dengan rumah panggung disana. Novel ini menceritakan pengorbanan Laisa untuk adik-adiknya. Dalimunte, Wibisana, Ikanuri, dan Yashinta. Sarat makna akan kerja keras, pengorbanan, dan penghormatan, juga keikhlasan, juga cinta keluarga, juga rasa syukur kepada Sang Maha Pencipta, juga menciptakan rasa keharuan. Berulang kali aku merinding sampai akhirnya menangis di penghujung cerita. Karya Tere yang paling menguras air mataku ketika membacanya adalah Moga Bunda Disayang Allah. Hampir setiap bagiannya membuatku menangis.
Ketika membaca karya Kang Abik (Habiburrahman El Shirazy), memang tidak semengharu biru ketika membaca karya Tere. Namun apresiasi yang bagus juga untuk novel-novelnya. Novel Kang Abik, novel pembangun jiwa. Ayat-Ayat Cinta, Ketika Cinta Bertasbih, Kumpulan Novelet Dalam Mihrab Cinta, dan yang terbaru Bumi Cinta, membuat pembaca tenggelam dalam alur cerita yang dibuatnya. Tokoh-tokohnya memiliki karakter yang kuat, Fahri, Azzam, dan Ayyas dalam Bumi Cinta. Sangat berkarakter. Kekuatan Novel karya Kang Abik menurutku selain pada cerita, wawasan yang berkenaan dengan cerita, juga pada latar tempatnya. Novelis ini mendeskripsikan latar tempat dan waktu dengan detail. Seolah pembaca berada di sana. Masih ingat ketika membaca Ayat-Ayat Cinta, kamarku jadi terasa panas juga saat kang Abik menyajikan Kairo yang panas. Pun ketika Azzam mengejar bus yang membawa buku-buku Anna, ikut tegang aku dibuatnya, seperti terguncang-guncang di dalam taksi bersama tokoh-tokoh fiktif ini. Bumi Cinta pun menyajikan hal serupa, aku kedinginan membacanya. Bandung yang sudah dingin tambah dingin, latar tempat kota Moskaw di musim dingin mensugesti . . .
Bumi Cinta, mengkisahkan Ayyas, seorang santri Salaf yang harus menyelesaikan penelitiannya tentang sejarah Islam di Moskwa. Berawal dari sini, ujian demi ujian, masalah-masalah dilalui. Berkenalannya dengan Yelena, Linor, dan Anastasia Pallazo menuai liku berbeda dalam kisahnya. Novel ini bagus, namun agak membosankan pada beberapa bagian karena uraian wawasan yang sebenarnya hanya menjadi bumbu-bumbu terlalu panjang dituliskan. Meskipun demikian, itu menunjukkan kalau penulisnya memiliki pengetahuan yang sangat luas, smart.
Akan tetapi, Novel-novel karya Tere Liye dan Habiburrahaman El Shirazy sama-sama memuat nilai Islam. Novel-novel keduanya mentadaburi salah satu ayat-ayat Al Quran. Begitu juga pada Novel yang baru ku miliki ini. Bidadari-Bidadari Surga, dalam novel ini Tere mengambil ayat “Dan sungguh di Surga ada bidadari-bidadari bermata jeli “ (QS. Al Waqiah: 22), “Pelupuk mata bidadari-bidadari itu selalu berkedip-kedip bagaikan sayap burung indah. Mereka baik lagi cantik jelita” (QS. Ar rahman: 70), “Bidadari-bidadari surga seolah-olah adalah telur yang tersimpan dengan baik” (QS. Ash-Shaffat:49).
Sedangkan Bumi Cinta merupakan pentadaburan Kang Abik atas ayat ini “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu memerangi pasukan (musuh), maka berteguh hatilah kamu dan sebutlah (nama) Allah sebanyak-banyaknya agar kamu beruntung. Dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar. Dan janganlah kamu menjadi seperti orang-orang yang keluar dari kampungnya dengan rasa angkuh dan dengan maksud riya kepada manusia serta menghalangi (orang) dari jalan Allah. Dan (ilmu) Allah meliputi apa yang mereka kerjakan.” (QS. Al Anfal: 45-47). Bidadari-Bidadari Surga dan Bumi Cinta merupakan sastra yang bagus.
Membaca sastra, menikmati kesenangan yang menyemangati. Membaca sastra, menyelami kedalaman jiwa, dan melembutkan hati.
luar biasa memang novel2 tere liye, saya perlu 3 minggu buat baca bacaan sholat delisa,..nangis terus...subhanallah...
BalasHapusbtw, bukan pengikat rindu mbak, tp pengikat surga,..hehee...mo saya pinjemin kah? klo iya, tar saya titipin boz fifin :)
hehee...jadi ikutan salah nyebuti judul, maksudnya "hafalan sholat delisa"
BalasHapuswalah ini 'kutubuku' ketemu 'kutubuku' ... yo wes klop..
BalasHapus@ Riris
BalasHapushehe iya "Pengikat Surga" . . .
Yup, mau dipnjami . . . titipkan mas fifin yaaa . . . sukron sebelumnya . . . .
ikut numpang...
BalasHapusbaru baca novel2nya kang abik doang, novelnya tere liye blum sempet baca.
setelah baca tulisan ini, sepertinya sy harus membacanya segera
@ Nur Ahmadi
BalasHapusYup, bacalah novel-novel Tere . . . maka akan menikmati kecantikan sastra ^^