Pages

Senin, 09 Februari 2009

Ehm . . . Berumah Tangga Itu Unik.


Mempunyai rekan kerja, teman sekantor yang sudah ibu-ibu bahkan usianya tidak jauh dari ibu kita sendiri, pastinya akan mendapatkan kesan yang ”beda”. Selain itu banyak juga pengalaman yang akan kita dapatkan dari beliau-beliau. Secara, usia mereka yang sudah matang menjadikan lebih unggul untuk masalah ”asam garam” kehidupan. Walau terkadang terasa gak nyambung dengan usia kita yang lebih muda. Kadang BeTe juga setiap hari yang diomongin seputar masakan, anak-anak, harga sembako yang kian melonjak dan sebagainya. Tetapi kenapa tidak kita ambil sisi positifnya saja???

Itu juga yang berusaha saya lakukan selama ini, belajar dari mereka. Hal yang paling sering diobrolkan tentunya adalah masalah rumah tangga, mulai dari kebiasaan suami, anak, sampai bumbu dapur. Saya yang saat mulai ada di tempat kerja sekarang masih berstatus nona, tentunya hanya menjadi pendengar ketika para senior saya itu mulai curhat satu sama lain. Merekam apa yang mereka katakan, membandingkan satu cerita dengan cerita lainnya, mencoba memahami bahkan menganalisis berdasarkan kejiwaan dan hati saya, empati atas apa yang dikemukakan. Intinya saya mencoba belajar dari apa yang saya dengar. ”Jika kelak saya berkeluarga dan mengalami kerumitan dan merasakan bumbu-bumbunya maka bisa lebih siap” demikian yang saya pikirkan saat itu.


Alhamdulillah, sekarang setelah hampir 2 bulan mempunyai keluarga baru . . . saya mulai mengalami apa yang dialami oleh rekan kerja saya. Pastinya dengan kadar yang belum ada seujung kuku. Mulai ada hal-hal baru yang membuat hidup lebih berwarna . . .


Kini, ada seorang yang mengkonsultasikan kehidupannya kepada saya, meskipun kadang masih sungkan memberi masukan sesuai pandangan sendiri. Menjadikan diri saya adalah bagian terpenting dari hidup suami, begitu juga sebaliknya ^_^. Satu contoh adalah saat suami mengkonsultasikan gajinya, berapa yang harus dinafkahkan kepada isteri, berapa yang diberikan kepada ibunya (ibu mertua saya, red), berapa persen yang harus dimasukkan ke rekening bersama, berapa yang harus diinfakkan, berapa untuk biaya hidup dan cadangannya . . . ada keterkejutan, karena belum terbiasa tadi . . . masih merasa belum berhak mengurusi uang gaji suami. Duh . . . kadang mengurusi gaji sendiri saja masih kurang termanaj, eh ini ada yang mengkonsultasikan gaji juga ^_^. Itu hanya sekelumit contoh, tentunya masih banyak lagi. Namun seperti yang tersampaikan diatas, bergaul dengan rekan kerja yang dah banyak pengalaman berumah tangga membuat saya sedikit banyak mulai belajar. Jadi keterkejutan itu tidak berlarut-larut dan mencoba menetralisirnya dengan pemecahan yang lebih bijaksana . . .belajar dari mereka-mereka.


Dan masih begitu banyak, sketsa-sketsa kecil yang menyertai hari-hari. Pada akhirnya, terlontarlah kesan bahwa Berumah tangga itu unik. Bahkan ketika saya mengungkapkan hal tersebut kepada rekan-rekan kerja, mereka langsung menukasi, ”Wah tidak sekedar unik, tapi kompleks mbak”. Tentu saja, demi mendengarnya saya hanya tersenyum. Yach . . . semoga keunikan dan kekompleksan itu akan sukses kami lalui . . .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar