Pages

Kamis, 07 November 2019

RUMAH II




Bukankan cinta adalah proses menuju jalan pulang?
Berjalan menuju seseorang yang kelak kau sebut rumah dan menetap di sana hingga waktu menutup usia.

--Boy Candra, penulis



Sebelumnya di Rumah I


Proses Pembangunan

Proses pembangunan kami serahkan 100% ke pada pihak developer. Kesibukan kami membuat kami jarang-jarang untuk bisa mengunjunginya. Mungkin hanya hari sabtu saja, saat suami sedang libur bekerja. Tidak banyak yang kami rubah dari desain yang ditawarkan pihak PT. Suna. Kami hanya minta tembok belakang ditinggikan lagi, perubahan letak 1 kamar, kayu kusen, pintu, serta jendela bawa sendiri dari rumah.

Dan terus berproses, sejalan dengan proses kehamilan saya. Semakin berat saya sendiri untuk datang ngecek ke lokasi. Kadang suami kalau sempat, atau orang tua kami datang untuk mellihat. Namun komunikasi saya dengan pihak marketing tetap intens untuk memastikan semua berjalan sesuai rencana. Ketika saya melahirkan, rumah baru proses sekitar 65%. Tidak mengapa, toh kalaupun rumah itu sudah jadi mungkin kami yang belum siap menghuni. Jadi pada dasarnya kami santai saja dalam membangunnya. Semakin lama, semakin lebih luasa kami mencicil sisa DP nya. Haha . . .



Terima Kunci

Saya agak lupa bulan keberapa proses pembuatan rumah sudah memasuki fase finishing. Yang jelas di November 2015, saya sudah disodori catatan pembayaran selama pembangunan rumah. Mulai DP, cicilan DP ke I, ke II dan seterusnya. Hingga penyesuaian harga karena perubahan desain. Pertanda saya dan suami harus bersiap ke tahap berikutnya. Berbekal tulisan seorang kawan SMA tentang proses pembangunan rumahnya di Cibinong-Bogor, kami sedikit tahu alurnya. Tahap apa yang akan kami hadapi selanjutnya.


Pada akhirnya kami berhasil melunasi DP 100% tanda berhutang ke pihak manapun. Alhamdulillah. Nah sekarang tinggal memikirkan bagaimana setelah DP lunas??? Haha. Sisanya adalah 2/3 dari harga tentu saja kami sudah tidak punya tabungan sebanyak itu. Pilihan kami hanya 1 minta pertolongan pada pihak bank. Hehe. Ya minta tolong. Kami akan minta tolong ke bank yang berembel-embel syariah. Alasan kami simple saja, insya Allah aqadnya lebih syari daripada yang bank konvensional. Aqad lebih jelas. Jumlah cicilan tiap bulan sampai akhir platform yang dipilih akan tetap sama. Jadi misalnya cicilan per bulan adalah 3 juta, maka sampai 10 tahun ke depan tahun terakhir akan tetap 3 juta.


Mulailah marketing mengurus segala administrasi dengan bank syariah rekanan. Kami bertemu dengan pihak-pihak terkait di ruang pertemuan bank. Disitu ada kami, pimpinan bank beserta stafnya, dan pihak notaris dengan staf. Ada beberapa penjelasan yang mereka sampaikan, sesekali kami bertanya jika kurang paham. Di tempat itu juga kami menandatangi dokumen penting. Usai proses itu, Mas Andre marketing yang membantu kami menyerahkan kunci rumah kepada kami. Alhamdulillah. Akhirnya selesai prosesnya. Pihak developer memberi jangka waktu 3 bulan jika ada kerusakan atau hal lain yang tidak pas dengan perjanjian. Waktu 3 bulan itu benar-benar kami manfaatkan untuk cek dan ricek bangunan. Hal-hal yang kurang sesuai, kurang rapi kami sampaikan secara tertulis.


Pada dasarnya tidak ada masalah serius, semua oke. Hingga pada suatu hari saat kami berkunjung ke rumah, kaca sudut rumah kami pecah, seperti terkena benda keras yang besar. Ketika saya mau menghubungi Mas Andre marketing, ternyata sudah ada pesan masuk darinya mengabarkan kalau kaca sudut pecah karena terkena kayu dari rumah sebelah yang memang sedang proses pembangunan. No problemo jadinya, pihak developer akan menggantinya.


Menikmati Proses
Selesai sudah proses pembangunan rumah dari developer, kunci juga sudah ditangan kami. Tinggal bagaimana usaha kami menyelesaikan sisa harga rumah yang harus kami lunasi selama 10 tahun. Semoga Allah senantiasa memberikan kesehatan, daya upaya,keberkahan rezeki dan usia. Hingga selesai sesuai rencana. Selain itu masih ada beberapa rencana untuk pengembangan bagian belakang rumah yang masih ada ruang kosong dengan ukuran yang lumayan. Semua berproses berlahan namun pasti. Kami memang tidak langsung menghuni rumah itu. Karena 3 tahun setelah kami terima kunci ,baru kami mampu menghuni. Di tahun ini tahun 2019.


Pada dasarnya semua proses membutuhkan kesabaran, kenapa? karena proses kehidupan seiring dengan perjuangan pelakunya. Perjuangan tanpa henti yang ditaburi mimpi, diisi dengan tekad, sabar, serta syukur yang dinyatakan dengan keberanian untuk melangkah. Satu lagi menjaga iman dan bertawakal pada Allah SWT. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar