Pages

Jumat, 17 Oktober 2008

Kerinduan Untuk Bu Giek . . . .

Karena sesungguhnya kita tidak tahu apa yang terjadi kemudian dibalik peristiwa itu.
Allahlah yang tahu makna dibalik segala sesuatu yang ia berikan kepada kita


Ketika memasuki Paviliun Merpati di RSP Dr. Soedono Madiun kemarin, ada bau rindu dan haru pada sosok beliau. Mendekati kamar VIP nomer 276, seperti ada sesuatu yang memenuhi dada . . . membuat sesak. Apalagi ketika pihak keluarga, membuka sedikit korden . . . yaaa sedikit saja, itupun masih terlapisi korden tipis sehingga sosok yang ingin kami temui itu tampak hanya sedikit dan samar saja . . . namun itu sudah membuat rindu, sesak di dada berubah menjadi air mata.


Sosok itu adalah ibu kepala sekolah kami, Jumat pekan kemarin ba’da maghrib baru saja menjalani operasi di kepala bagian kiri. Penyempitan pembuluh darah di otak besar, yang menyebabkan beliau sempat mengalami strok dan kritis. Padahal kamis, satu hari sebelumnya . . . hari pertama masuk setelah libur hari raya, Beliau masih menjalani rutinitas seperti biasa. Beliau juga tampak sangat enjoy. Memberi sambutan dalam acara halal bi halal, ikut bernyanyi dan bertepuk tangan bahkan sedikit menggerakkan badan mengikuti irama musik hadrah yang dimainkan oleh siswa kelas enam. Juga menciumi Sandia Husna, siswa yang menang dalam pildacil (pemilihan dai cilik) di kabupaten ketika Ramadhan . . . setelah si Sandia unjuk kebolehan. Usia beliau memang tidak muda lagi, Juli tahun ini usia beliau genap 58 tahun. Satu tahun pelajaran lagi akan menjelang masa purna tugas. Tapi kini beliau, ibu kepala sekolah yang kami cintai . . . sedang gerah, begitu lemah. Sangat beda dengan kesehariannya yang begitu luar biasa.


Bu Giek . . . yaa begitu beliau disapa. Bukan hanya sebagai kepala sekolah, tetapi lebih dari itu. Beliau juga sosok ibu, pemimpin yang cukup bijaksana, berwibawa, lucu, suka bercanda, rasa masakannya luar biasa, memiliki pemahaman agama yang baik, juga cukup disegani. Sekitar seminggu tanpa beliau, suasana di sekolah terasa lain . . . walau rutinitas belajar mengajar tetap berjalan lancar, namun tetap ada sesuatu yang hilang, aktivitas memang sedikit timpang. Kesibukan guru yang biasanya hanya bertugas mengajar dan mendidik jadi bertambah untuk menyelesaikan segala urusan yang sebenarnya harus diselesaikan oleh kepala sekolah. Kesulitan demi kesulitan atas absennya Bu Giek kian bertambah, karena proyek SSN (Sekolah Standart Nasional) senilai 120 juta pun cair. Dan tidak sesederhana itu, segala sesuatu yang berkenaan dengan itu pasti membutuhkan tanda tangan beliau.


Tetapi setiap masalah yang datang, tentu saja tidak akan selesai jika hanya dijadikan kekhawatiran, yaa harus dihadapi dan diselesaikan. Tidak akan selesai jika waktu hanya digunakan untuk saling tunjuk dan melempar beban. Harus disikapi dengan legowo. Sebenarnya tetap saja berat, namun bukan berarti tak bisa dilalui. Dengan berbekal niat baik pasti segala kesulitan yang sedang dihadapi ini pasti dapat dilalui. Ketika semua kita pasrahkan pada kehendak-Nya maka kita akan melihat dengan cara yang berbeda.jalan di depan terbuka lebar, kita melangkah dengan penuh keyakinan dan segalanya menjadi lebih mudah. Kuncinya adalah ikhlas.



Kerinduan akan keberadaan beliau berada di antara kami lagi, diantara celoteh anak yang menjadi amanah bagi kami. Ahh . . . Beliaulah Bu Giek, yang sering berkata kepada Mbak Nana (English Teacher), "Sebelum pensiun, saya ingin melihat mbak Nana diangkat jadi PNS". Beliaulah Bu Giek, yang sering berkata kepadaku, "Sebelum pensiun, saya ingin melihat mbak Yuli menikah". Mungkin itu adalah kata-kata biasa saja, tapi ada sebuah keyakinan dan ketulusan bahwa setiap kata-kata adalah doa. Tetapi, ketika InsyaAllah saat-saat yang menjadi harapan itu, tengah kami jelang . . . Bu Giek juga tengah menghadapi sebuah ujian. Ujian yang datang tanpa dipinta. Kerinduan-kerinduan ini semoga akan menjadi alarm reminder bagi kami untuk mengirimkan untaian doa untuk kesembuhan dan ketabahan beliau atas ujian ini. Kerinduan yang akan membawa kepada sebentuk tanggung jawab untuk tetap menjalankan amanah sebagaimana mestinya . . . .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar