Cuti saya yang 3 bulan,
hampir habis. Hanya tersisa 3 minggu lagi, ehmm tak ada penyesalan dengan waktu
yang tersisa. Sebaliknya saya cukup antusias menyambutnya. Bisa dikatakan saya
cukup kangen dengan suasana kerja, saya rindu mengajar. Tapi itu tak berarti
saya bosan dengan kebersamaan bersama Hanan, putri saya yang 1 minggu lagi 2
bulan. Saya memaknai semuanya sebagai dinamika yang akan membuat saya lebih
bijak dalam mengatur hidup, menjadi lebih bermanfaat, menjadi lebih dewasa.
Saya senang membayangkan kembali bekerja dengan status baru, ibu ^^
Tentunya banyak
persiapan yang harus saya lakukan untuk menyambut dinamika baru dalam kehidupan
saya, yang akan mewarnai rutinitas saya. Kalau sejak Hanan lahir 18 September
2012 sampai akhir Oktober, saya menangani Hanan sendirian, untuk persiapan
kembali bekerja sudah 1 minggu ini saya sudah ada yang membantu. Saya berpikir
waktu 1 bulan sangat cukup untuk membuat saya, Hanan, dan yang momong Hanan untuk beradaptasi. Sudah 1
minggu ini kami memulai beradaptasi. Saya buat scenario seolah-olah saya sudah
masuk kerja, jadi nyaris mulai jam 06.30 sampai 12.30 saya tak memegang Hanan,
walau saya ada di rumah. Saya hanya melihatnya tertidur di strollernya, menyapanya tanpa menyentuhnya. Saya akan kembali
menggendong dan menyusuinya setelah jam 12.30. Aaahhhh, begitu saja rasanya
sudah sangat kangen. Hari pertama kedua beradaptasi, saya merasa Hanan diambil
sementara dari saya . . . hehe agak lebay
ya, maklumlah 1,5 bulan saya benar-benar menangani Hanan sendiri.
Mengadaptasikan
Hanan juga, terutama untuk melihat pola menyusu
Hanan. Selama saya cuti 1,5 bulan, Hanan minum sesukanya. Setiap dia
menginginkan, saya juga siap sedia menyusuinya. Bahkan sebelum dia lapar atau
bangun dari tidurnya, saya berikan lebih dulu. Jadi Hanan tak pernah merasa
kelaparan. Sudah kesepakatan bersama suami, sejak saya hamil. Akan memberikan
ASI eksklusif (ASIX) untuk anak-anak kami (Hanan
juga adik-adiknya kelak). Sehingga karena saya bekerja perlu planning
sendiri untuk bisa ASIX. Sebelumnya saya sudah belajar dan praktek perah ASI,
baik menggunakan tangan ataupun alat. Saya sudah punya 6 botol stock ASI dengan
ukuram beragam saat mulai adaptasi. Nah mengadaptasikan Hanan dengan dot ASI,
dan menghitung kebutuhannya, serta jam minumnya. Sebenarnya meminumkan ASI
Perah (ASIP) dengan dot tidak disarankan, dikhawatirkan akan bingung putting. Alhamdulillah
seminggu ini saat mencoba, Hanan tak menolak saat diberi dot (saya pakai merk
H*K*) kemudian saat menyusu langsung ke saya juga tampak enjoy aja. Seminggu ini pula saya menunggu-nunggu jam sekitar saya
sampai di rumah nanti saat mulai kerja, kalau jamnya sudah tiba, yang momong Hanan akan mengatakan, “Itu Bunda sudah pulang” sambil
menyerahkan Hanan pada saya, saya menciumnya, menggendongnya, lalu menyusuinya
dengan posisi favorit kami berdua. Aih .
. . rasanya seperti benar-benar tak jumpa seharian penuh. Jadi ingat suami,
yang harus bersabar selama 2 minggu untuk bisa menggendong putrinya, sabar dulu yaa Abi.
Hanan
termasuk bayi perempuan yang kuat menyusunya (mbah utinya mengatakan “roso”), jadi waktu menyiapkan ASIP yang
sudah dicairkan dan dihangatkan sebanyak 60ml, sekitar 5 menit sudah tandas
habis. Masya Allah nduk, bunda memerah
60ml ASI sekitar 30 menit wewww. Tapi itu tak masalah, justru semakin
membuat saya giat memerah ASI. Dalam kurun waktu jam 07.00 – 12.00, Hanan saya
coba minum pukul 08.30, 10.30 sebenarnya agak kasihan saat mencobanya karena
dia beberapa kali menangis ingin minum, tapi saya ingin membuatnya lebih
teratur dan disiplin. Karena kesehariannya dia sangat suka menghisap, maklumlah
bayi . . . menghisap akan membuatnya sangat nyaman, Hanan memerlukan sekitar
200ml ASIP (2 botol kaca tutup karet) saat jam kerja saya.
Saya juga mengajari
yang momong Hanan, bagaimana cara
menyajikan ASIP. Mulai dari mengambilnya di freezer/kulkas, cara mencairkan dan
menghangatkan, sampai daya tahan ASIP itu sendiri di suhu ruang. Sebenarnya
yang membantu menjaga Hanan saat saya bekerja nanti, sudah cukup berpengalaman
merawat bayi dan balita, namun untuk bayi yang diberi full ASI baru Hanan yang
dia tangani. Seminggu ini saya juga belajar memerah ASI di jam-jam istirahat
saya, jadi walau dirumah saat kira-kira jam istirahat mengajar saya juga
memerah ASI, memperhitungkan waktunya dan berapa banyak yang diperoleh.
Bismillah, seminggu ini
saya dan Hanan telah mencoba beradaptasi. Menikmati dinamikanya, kadang memang
terasa sangat tak mudah, berlelah-lelah. Namun, janji Bunda dan Abi untuk
memberikan yang terbaik untukmu nduk
akan sekuat tenaga kami usahakan. Jadi ingat slogan salah satu organisasi
pecinta ASI, “Berikan hak bayi untuk memperoleh ASI” ^^.
hiks... pasti rasanya gimana gitu, ada hanan tapi kita tak bisa menyentuhnya.
BalasHapusnice post :)
BalasHapussalam kenal...kunjungan pertama nih
BalasHapusbagus persiapannya
BalasHapuswah, sharingnya bermanfaat buat sy nanti kalau sudah menikah dan punya anak...:)) insyAllah..aamiin...
BalasHapussalam kenal mbak Dwi :) salam buat dede Hanan yg lucuuuk jugaa...:))
Assalamu Alaikum wr-wb, perkenalkan nama saya ibu Rosnida zainab asal Kalimantan Timur, saya ingin mempublikasikan KISAH KESUKSESAN saya menjadi seorang PNS. saya ingin berbagi kesuksesan keseluruh pegawai honorer di instansi pemerintahan manapun, saya mengabdikan diri sebagai guru disebuah desa terpencil, dan disini daerah tempat saya mengajar hanya dialiri listrik tenaga surya, saya melakukan ini demi kepentingan anak murid saya yang ingin menggapai cita-cita, Sudah 9 tahun saya jadi tenaga honor belum diangkat jadi PNS Bahkan saya sudah 4 kali mengikuti ujian, dan membayar 70 jt namun hailnya nol uang pun tidak kembali, bahkan saya sempat putus asah, pada suatu hari sekolah tempat saya mengajar mendapat tamu istimewa dari salah seorang pejabat tinggi dari kantor BKN pusat karena saya sendiri mendapat penghargaan pengawai honorer teladan, disinilah awal perkenalan saya dengan beliau, dan secara kebetulan beliau menitipkan nomor hp pribadinya dan 3 bln kemudian saya pun coba menghubungi beliau dan beliau menyuruh saya mengirim berkas saya melalui email, Satu minggu kemudian saya sudah ada panggilan ke jakarta untuk ujian, alhamdulillah berkat bantuan beliau saya pun bisa lulus dan SK saya akhirnya bisa keluar,dan saya sangat berterimah kasih ke pada beliau dan sudah mau membantu saya, itu adalah kisah nyata dari saya, jika anda ingin seperti saya, anda bisa Hubungi Bpk Drs Tauhid SH Msi No Hp 0853-1144-2258. siapa tau beliau masih bisa membantu anda, Wassalamu Alaikum Wr Wr ..
BalasHapuscongrats ya mba.. salam kenal mbak Dwi :) salam buat dede Hanan yg lucu
BalasHapusharga fiforlif