Bismillahirohmanirrohim . . . Sebuah media, untuk berbagi rasa tentang makna-makna yang selalu ada dalam setiap gerak dan kerja . . .
Senin, 12 Mei 2014
Alhamdulillah, LDR Done!!
Senin, 28 Mei 2012
Sampai Pekan 23
Jumat, 03 Februari 2012
Episode Penantian: Kehamilan (Seri 1)
Apakah mata saya tidak salah?? Ada 2 strip merah yang tampak jelas di alat Test kehamilan tersebut. Artinya positif. Masih dengan tangan gemetar saya berberes, kemudian berwudhlu. Masih ada waktu untuk shalat lail, saya bersujud, saya bersyukur. Terima kasih yaa Rabb.
Saat adzan Subuh, saya mengSMS suami saya. Ingin mengabarkan, meskipun saya sendiri belum yakin 100%. Entahlah pagi itu hati saya bergemuruh, antara senang kesyukuran, juga menahan kekhawatiran kekecewaan jika alat tadi salah. Toh, alat tadi bukan alat dengan kualitas number one. Hanya Rp 3000 harganya, padahal yang kualitas baik berharga sekitar Rp 20.000.
Siangnya saya mengSMS teman saya yang berprofesi sebagai bidan. Jawabannya sangat menyejukkan “InsyaAllah akurat 99,99% mbak, apalagi sebelumnya sudah ada tanda-tandanya. Barakallah ya mbak”. Namun, esoknya saya tes lagi, sebelum saya mengabarkan hasilnya, suami saya sudah SMS menanyakan hasilnya (penasaran ^^), Alhamdulillah hasilnya masih sama. Insya Allah tinggal menunggu vonis dokter saja.
Yaa episode ini, memang episode penantian selama 3 tahun. Tentunya 3 tahun bukanlah waktu yang singkat dalam sebuah pernikahan. Bukanlah waktu yang cepat menunggu berita gembira kehamilan. Apalagi rentang jarak, membuat saya dan suami harus mengahadapinya dalam kondisi yang berbeda. Dalam masa sepanjang itu, cukup banyaklah tempaan kesabaran yang menguras emosi. Bahkan stress, dan malas bertemu dengan orang-orang tertentu.
Yaa . . . Subghanallah, ternyata Allah SWT mengabulkan doa-doa kami berdua, saat kami benar-benar merasa pasrah dan tawakal padanya. Saat kami merasa pertanyaan banyak orang bukanlah lagi seperti “terror”, hanyalah bentuk perhatian. Saat kami merasa enjoy dengan “penantian”. Sehingga, saat Test Pack itu menunjukkan hasil tak seperti biasanya kami benar-benar merasa surprise, kejutan yang sangat indah dari Allah Rabb Semesta Alam, Sang Maha Segalanya. Alhamdulillahirrobbil’alamin.
Love u Mom . . .
Madiun, 22 Desember 1954 - Magetan, 28 Januari 2012
Semua ujian ini adalah tempaan kesabaran. Dan engkau sangat memahaminya, Mom . . .
Karena beliau sangat sabar menerima ujian sakit, dan ini menginspirasi saya sekeluarga pun berusaha keras untuk sabar.
Dan kesabaran panjangnya, insya Allah akan melapangkan jalan beliau, menjadi kifarat atas dosa-dosa.
Selama hidup, dalam diam dan keterbatasan beliau, senantiasa ada doa utk anak-anaknya.
Love u Mom :)
Kamis, 19 Januari 2012
NgeGombal Ala OVJ
Pernah suatu sore menjelang maghrib, saat suami baru saja pulang dari kantor, sambil menikmati teh hangat, tiba-tiba dia mulai ngeGombal. Saya yang dirayu model gombal seperti itu senang-senang saja mendengarnya, dan tertawa. Tak cuma sekali dua kali, satu bagian dua bagian. Ini yang membuat saya heran, dalam hati saya menggumam . . . semakin jago saja mas ini menciptakan kalimat-kalimat ngegombal seperti ini. Gak pa pa sih, asal disampekan hanya ke istri saja hehe. Karena tak kunjung selesai, akhirnya saya bertanya 'ehm dapet darimana kalimat-kalimat itu . . ." Suami tak menjawabnya, hanya tersenyum saja. Lagipula sudah adzan maghrib.
Setelah pulang dari masjid. Saat saya bertilawah, suami menyalakan laptopnya, lalu menunjukkan kepada saya. Ehm . . . beberapa detik kemudian saya sudah menikmati tayangan video "Raja Gombal vs Ratu Gombal". Jelas membuat saya tertawa melihatnya, ooooohhhh ternyata belajar dari tayangan ini yaaa. Kirain ngarang sendiri. Video tersebut adalah potongan sesion dalam tayangan OVJ . . . yang penuh dengan kegombalan Andre dan Jesica Iskandar . . . weewwww.
Tentu tak masalah ngeGombal seperti ini, dengan syarat ngeGombalnya setulus hati dan di jalan yang benar. Artinya ditujukan untuk orang yang berhak dicintai dan sudah terbingkai dalam bingkai yang bernama pernikahan. Alasannya tentu saja lebih syar'i. Kalau menurut saya, fragmen-fragmen ini akan menghangatkan hubungan berumah tangga. Mencairkan hubungan, menyemarakan suasana, menambah romantisme yang terkadang lama tak tersketsa dalam hubungan suami istri, terutama yang sudah lama menikah, dan sibuk dengan urusan pekerjaan juga anak-anak.
Seperti yang pernah saya baca di wall FB Murobbi saya yang sudah belasan tahun menikah, dan mempunyai 3 putera-puteri. Ada status romantis dari suaminya yang berisi kegombalan, dan dicomment ni juga dengan kegombalan yang setara oleh Murobbi saya. kira-kira begini
Status:
Abi: Ummi bapak kamu tentara yaaa?!!!
Ummi: Kok Tahu siiiih?!!!
Abi: Karena engkau telah bergerilya di hatiku
Ummi : Uhuuuiiiii
lalu si Ummi berkomentar:
Ummi: Abi, orang tuanya guru yaaaa?!!!
Abi: Iyaaa, kok tahu sihhh?!!!
Ummi; Karena engkau telah mensertifikasi hatiku
Abi: .......^^
Saat itu saya senyum-senyum membacanya. Lucu tapiii romantis. Pada akhirnya, semua ini adalah sarana-sarana saja untuk menjaga kehangatan berumah tangga. Walaupun kata-katanya ngegombal sangat, namun jika sungguh didasari rasa sayang dan cinta, diterapkan di kondisi yang syari insyaAllah sungguh menyenangkan, menghangatkan, mencairkan, melanggengkan, dan membawa senyum, wajah berseri istri yang tersipu malu . . . . Agama Islam tak melarang hal ini, Rasulullah SAW memberi tauladan untuk senantiasa menyenangkan hati istri. Mungkin ini satu cara cerdas dan murah untuk mengaplikasikannya ^^. Ehmmm, dan wanita mana sih yang tak suka dirayu hehe.
Jumat, 06 Januari 2012
Bola Bekel
Saya tak terlalu jago main permainan ini, berbeda dengan karib saya yang jago 2 jempol. Tangannya terampil sekali, lihai membolak-balik biji bidak, cepat kilat menangkap bola. Meraup semua biji dan menebarkan kembali. Satu kali teman saya ini mendapat jatah bermain, maka yang lain harus bersabar menunggu dia bermain bermenit-menit. Berharap-harap cemas, berdecak kagum, juga mengeluh karena bolanya tak kunjung terlepas.
Ternyata permainan kuno ini masih ada juga peminatnya. Beberapa kali, beberapa waktu yang lalu saya melihat murid-murid saya bermain permainan ini. Saat itu saya sedang asyik mengerjakan analisis nilai Ulangan Harian di meja saya di dalam kelas IV sementara anak-anak sedang istirahat. Beberapa diantara mereka, sekitar 5, 6 anak berkumpul duduk melantai di bawah whiteboard, itu artinya dekat sekali dengan tempat duduk saya. Ternyata mereka hendak bermain bola bekel. Asyik sekali mereka, karena seru berhasil mengalihkan perhatian saya dari lembar-lembar kertas ke kumpulan mereka. Saya perhatikan tambah seru, dan asyik sekali. Sontak saya teringat masa kecil saya, sebenarnya ingin sekali saya turun turut serta mencoba. Toh mereka akan dengan rela dan senang hati mempersilahkan. Namun, saya urungkan niat tersebut. Hehehe . . . saya malu, malu kalau saya tidak bisa, tangan saya sudah kaku bermain permainan ini.
Padahal diantara mereka ada yang terampil sekali, saya sampai geleng-geleng kepala. Begitu juga teman-temannya. Ada pula yang sangat amatir, sekali melempar bola saja sudah terlepas ^^. Kalau saya perhatikan lagi tata cara permainan ini tidak berubah, yang berubah adalah bola bekelnya yang terbuat dari karet. Dulu saat saya kecil, bola bekel ukurannya sama semua. Lebih kecil dari bola tenis meja. Warnanya pun merah coklat buram, kurang menarik. Tapi bola yang anak-anak pegang, lebih besar lagi. Se bola tenis meja, bahkan ada yang sedikit lebih besar. Dan warnanya menarik sekali. Hijau terang, orange, merah terang tentunya dengan motif benang yang khas. Tak hanya motif abstrak, ada juga yang bergambar kartun Dora atau Spongebob. Lucu sekali. Kalau biji bidaknya sama saja.
Kalau saya amati lagi permainan ini menarik dan bermanfaat. Permainan ini melatih anak untuk terampil dan cekatan. Selain itu juga diperlukan strategi bagaimana menebar biji bidak agar jatuh dengan posisi yang menguntungkan. Pemain harus teliti, berhati-hati dalam membolak-balik biji bidak agar tak menyentuh biji yang lain. Selain itu pemain juga harus tetap memperhatikan bola yang dilempar. Artinya permainan ini juga melatih anak untuk bisa berpikir cepat, dan tepat. Lebih dari itu permainan masa kecil saya ini, mengajak anak untuk hidup sosial. Tentunya bermain bola bekel tak akan seru jika dimainkan sendiri, tiada kawan. Dan sebaliknya akan seru habis jika ada 5-6 orang yang bermain bersama bergantian, menentukan siapa yang menang.
Unik, menarik, bermanfaat, juga seru permainan bola bekel ini, permainan jadul, juga masih banyak lagi permainan masa lalu yang hebat. Dan saya yakin tidak semua anak-anak sekarang yang mengenal permainan ini. Bahkan mereka lebih kenal permainan mahal dari aplikasi-aplikasi di HP atau PC. Asyik bermain game online atau PS, karena ini pula yang berhasil saya amati dari prilaku siswa-siswa saya. Nah, yuk mari kita kenalkan permainan ini ke adek-adek kita, keponakan kita, anak-anak kita. Juga mungkin yang seprofesi dengan saya bisa mengenalkan ke siswa-siswanya. Pernah membaca sebuah PTK (Penelitian Tindakan kelas) yang membahas permainan ini untuk mengajarkan pelajaran Matematika.
Demikian, kadang sesuatu yang telah usang tak bisa kita abaikan begitu saja. Karena ada kearifan hikmah yang sering muncul, namun luput dari pemikiran.
*) gambar diambil dari sini
Jumat, 30 Desember 2011
Memasak, Makan, Kesenangan, dan Keberkahan
Meskipun demikian, ketentuan di atas agak bergeser jika aktivitas memasak diembel-embeli kata keterangan "untuk suami". Ini lain lagi, memasak untuk suami adalah sebuah kesenangan bagi saya. Mendekati hobi lah. Waktu saya yang tak banyak bersama suami, membuat saya secara rela dan senang hati memasak untuknya disaat sedang bersama. Alasan kenapa saya "hobi" masak untuk suami karena dia sering request kepada saya, karena dia selalu mengatakan masakan saya enak, karena apa yang saya masak untuknya selalu habis sering tak bersisa walaupun sesederhana apapun . . . I like this. Terlebih karena memang ada sensasi kesenangan tersendiri saat masak untuknya, menyantap hasil pekerjaan saya berdua saja. Yaa . . . harus saya akui, aktivitas ini menyenangkan karena berbalut rasa cinta . . .^^
Pun yang saya kerjakan hampir seminggu ini, saat saya punya waktu libur semesteran, punya waktu menemaninya di rumah kontrakan kami di Bandung. Setiap hari saya memasak untuk suami. Sarapan, makan siang, dan makan malam. Berganti-ganti menu, agar tak bosan. Dan jangan dibayangkan menu mewah "berdaging", hehehe menunya sederhana dan praktis saja. Namun, saat makan ataupun usai makan . . . saya selalu mendapat pujian. Inilah kesenangan, yang membuat saya jadi punya hobi baru.
Seperti siang tadi, saya senang sekali karena tak sendirian. Kantor suami meliburkan karyawannya, sambut tahun baru. Tentu saja menjelang makan siang saya bersiap memasak. Melihat isi kulkas, ada beberapa bahan masakan. Kebiasaan saya, menyetok bahan makanan untuk beberapa hari. Setelah mikir-mikir, akhirnya saya putuskan untuk memasak seperangkat menu makan siang. Ehm . . . menu makan siang sederhana, namun saya tahu sekali suami saya menyukai menu ini. hehehe.
Sret . . . . srettt, tak perlu waktu lama bahan-bahan telah siap dimasak (kebiasaan saya juga, menyimpan bahan sayur dan bahan masakan lain di kulkas sudah dalam kondisi dipotong-potong lalu dimasukkan ke dalam storage -tupperw***-, ini memudahkan dan mempercepat proses memasak). Ini gambarnya . . .
Tak sampe 30 menit bahan-bahan mentah di atas sudah berubah bentuk, rasa, dan tampilan, tentu saja jadi bisa dimakan ^^
Setelah siap, karena suami sudah merasa lapar sebelum mandi lalu shalat Jumat . . . kita makan bersama dulu . . . dan 15 menit kemudian tandas sudah ^^
Begitulah, kenikmatan makanan tak hanya dinilai dari bahan jenis makanan, namun proses pembuatannya, rasa yang dimiliki pembuatnya, juga cara kita menyantapnya dengan kesyukuran dan kebahagian merupakan unsur utama agar bisa merasakan kenikmatan masakan itu sendiri. Bismillah mudah-mudahan berkah.
Rabu, 28 Desember 2011
PR dari Lukisan Pena
11 hal yang menggambarkan tentang diri saya:
- Muslimah, berjilbab.
- Seorang guru SD, dengan spesialisasi mengajar IPS-Sejarah. Padahal ingin sekali mengajar Matematika.
- Sangat suka membaca novel, bukan novel picisan. Tapi novel yang mengemban berjuta hikmah kehidupan.
- Cenderung pendiam. Tapi banyak bicara saat mengajar atau ngisi mentoring . . . yaa iyaa lah. Kalau diem saja, jadinya aneh. hehe
- Mudah tidur, juga mudah bangun.
- Suka cerewet kalau suami minum kopi lebih dari satu gelas sehari.
- Sangat suka masak untuk suami, karena biasanya pasti habis.
- Suka mengoleksi novel.
- Suka jalan-jalan di toko buku atau book fair.
- Tidak suka menggambar tapi suka mewarnai.
- Simple, dan biasa saja.
Berikut ini adalah daftar pertanyaan yang harus saya jawab:
- Kota mana kah yang menjadi impianmu sebagai tempat tinggal nantinya? Kenapa? Pertama, tentu saja kota Magetan sebagai kampung halaman, namun karena suami saya bekerja di Bandung insyaAllah kami berdua akan memilih Bandung sebagai tempat tinggal nanti. Siap-siap ber-mutasi
- Kapankah terakhir kali engkau melihat orang tuamu menangis? Boleh tahu alasannya? sekitar sebulan yang lalu, ketika mereka menerima cucu pertamanya. Anak kakak perempuan saya. Bidadari mungil yang cantik sekali HAFIZA ASKANA -perempuan yang baik hati dan terjaga hidupnya-
- Seandainya engkau diberi 1 kesempatan mengetahui rahasia langit. Pertanyaan apakah yang hendak engkau ajukan? waduh beratnya, saya pass saja dech. Membiarkan kesempatan itu berlalu begitu saja. Biarkan menjadi rahasia Allah saja.
- Hal apakah yang engkau lakukan saat jenuh, penat, atau sedih menyapamu? Biasanya membaca, jalan-jalan. Jika tak mempan, karena peliknya masalah saya akan duduk diujung sajadah. menangis tersedu-sedu, curhat pada yang Maha mendengar sampai lega.
- Dari 114 surat dalam Al-Quran, surat apakah yang paling engkau suka/sering engkau baca? Mengapa? Saya suka membaca surat Ar Rahman, mengingatkan begitu banyaknya karunia Allah dan mengingatkan untuk banyak-banyak bersyukur. Selain itu juga mahar pernikahan saya dulu.
- Jika engkau boleh memilih, kampus manakah yang engkau ingin menuntut ilmu di dalamnya? dulu saya ingin sekali kuliah di Brawijaya. Namun Allah memilihkan Universitas Negeri Surabaya sebagai tempat saya untuk menuntut ilmu.
- Pernahkah mengalami depresi dalam hidup? Bagaimana solusinya ketika itu? Alhamdulillah tidak pernah. Agar tak depresi jalani hidup dengan sabar dan syukur.
- Apakah mimpi besar yang sampai saat ini belum engkau capai? Ehm banyak sekali, yang terdekat mungkin ingin segera serumah dengan suami dan hadirnya si kecil di tengah keluarga kami.
- Apakah buku yang paling berkesan selama ini? terlalu banyak untuk disebutkan. Buku yang saya baca, selalu meninggalkan kesan dan hikmah masing-masing.
- Tempat wisata apakah yang ingin sekali engkau kunjungi? Apapun yang berbau pantai
- Kontribusi apa yang ingin engkau lakukan untuk negeri ini? sesuai bidang saya menjadi guru-pendidik yang akan mencetak generasi Rabbani. InsyaAllah.
Yup demikian jawaban saya, perlu banyak mikir menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas. Dan seperti PR yang saya kerjakan sebelumnya. Saya tak mau membuat PR untuk yang lainnya. Musim libur, tak mau saya disibukkan dengan koreksi tugas dan PR. hehehe . . .
Rabu, 21 Desember 2011
Perjalanan Gerimis
Perlahan namun pasti saya kendarai sepeda motor saya, jalanan yang agak tergenang dan licin memaksa saya untuk ekstra hati-hati. Apalagi lalu lalang sepeda motor dan mobil masih lumayan banyak di sore gerimis ini. Benar saja, setiap jengkal jalan yang saya lewati masih gerimis, dan sama saja sisa deras 1,5 jam sebelumnya. Tunggu dulu prediksi saya tampaknya tak semua benar, karena melihat kedepan dua atau tiga sepelemparan batu, jalanan tampak putih seperti berkabut. Wah pasti disana masih deras. Yup, akhirnya saya memasuki arena ini. Hujan masih terhitung agak deras, 2 level diatas gerimis lah. Semakin berhati-hati. Saya merasakan telapak tangan yang memegang stang seperti ditusuki jarum, terkena timpaan beratus-ratus tetes hujan. Sengaja tak pakai kaos tangan. Dan saya merasakan kaos kaki saya sudah kuyub, pun ujung-ujung gamis juga sudah basah. Semakin ke arah barat, tetap hujan. Terbersit pikiran ingin balik saja, silih berganti dengan semangat ingin bertemu adik-adik akbid guna melaksanakan amanah.
Tangan tetap kencang memegang kendali. 30 menit perjalanan, akhirnya mendamparkan saya di halaman kampus akbid. Tampak sepi, gerimis lebih menderas. Menyusuri teras-teras ke arah pojok belakang kampus, menuju mushola kampus As Syifa. Ada 2 mentor yang sudah datang, ternyata mereka telah selesai memberikan mentoring. Kelas yang mereka pegang sudah tidak ada kuliah sejak jam 13.00. Sementara di serambi mushola berkumpul 38 mahasiswa akbid tingkat 1, kelas non reguler yang salah satu kelompoknya saya pegang. Hujan yang menderas lagi, memunculkan asumsi bahwa 3 mentor yang lain mungkin tak akan datang. Akhirnya semua bergabung, agak kelimpungan juga saya memberi mentoring dengan jumlah besar seperti ini. Suara saya bersaing dengan gerajak air ditepian genting mushola.
Mengalir seperti air, materi syahadatain. Mengungkap dan memahamkan janji. Janji dengan kalimat Thayibbah, kalimat yang agung. Kesaksian terhadap satu-satunya Illah yang harus disembah Rabb semesta alam Allah SWT. Juga kesaksian terhadap keberadaan Rasulullah Muhammad SAW. Berbalut dengan kisah Mushab bin Umair, pemuda ganteng kaya raya idola gadis Mekkah. Yang luar biasa keseriusannya, dengan lapang dada melepas semua atribut kemewahan dan kekuasaan jahiliyah yang menjadi haknya. Sebagai konsekuensinya terhadap sumpahnya dengan kalimat Syahadah.
Semakin sore, melirik jam tangan 10 menit lagi tepat pukul 17.00. Tinggal satu bagian yang belum kami pelajari, saya berpacu. Tepat pukul 17.00 dengan backsound rinai hujan, acara mentoring ditutup dengan bacaan istighfar, hamdallah dan doa penutup majelis. Hingga ditutup 3 mentor lain tak muncul, hujan deras memang merata di seluruh wilayah. Saya pun bersiap pulang . . . kembali menyusuri jalan, yang sekarang sudah nampak sekali remang. Lampu-lampu di tepian jalan sudah menyala. Saat melintasi masjid Agung pun sudah bersiap mengumandangkan adzan.
Tetap saja gerimis, rinai ini akan sampai tengah malam tampaknya. Hati saya tiba-tiba jadi gerimis, terbawa suasana. Sambil tetap konsentrasi berkendara, ada sensasi menyenangkan merasuki hati dan jiwa. Meski tubuh jelas amat lelah, dingin, dan tenggorokan saya kering. Namun sensasi rasa ini begitu kuat hingga mampu menanggalkan kelelahan fisik. Sensasi ini selalu saya rasakan saat selesai bertemu dengan adik-adik binaan. Sensasi kenikmatan ukhuwah dan dakwah. Ketika memberikan materi itu, tidak sekedar seperti menuangkan air dari dalam botol ke gelas-gelas. Namun menuangkan air, namun botol itu terisi kembali. Memberikan materi di mentoring atau liqo' tidak hanya mentarbiyah namun juga tertarbiyah. Sensasi inilah yang tak mampu dijelaskan dengan kata-kata sederhana. Selalu ada semangat kebaikan yang menyusup memenuhi relung jiwa. Ketenangan.
Tepat adzan maghrib berkumandang di mushola dekat rumah, saya juga tiba di depan rumah. Masih saja gerimis, rinai berderai-derai. Alhamdulillah.
Jumat, 16 Desember 2011
TPA Dewasa
Pembekalan metode pengajaran membaca Al Quran untuk dewasa ini ditujukan agar para calon mentor bisa mempunyai metode yang tepat untuk mengajarkan membaca Al Quran pada ibu-ibu yang tentu saja pola pikir dan belajarnya sudah tak sama dengan anak-anak. Orang dewasa atau orang tua pastilah mempunyai pola pikir taktis, perlakuan belajar membaca dengan metode Iqro' 6 jilid, metode UMMI, metode qiroati, juga metode yang banyak diterapkan untuk mengajari anak kecil dirasakan kurang praktis. Karena metode-metode tadi membutuhkan waktu yang tidak sebentar. Untuk bisa tamat 6 jilid bisa memerlukan waktu 1 tahunan lebih. Sehingga diperlukan terobosan baru yang dengan 8 pertemuan para santri dewasa para ibu-ibu bisa membaca Al Quran.
Dalam acara pembekalan tadi sore, diisi oleh seorang trainer yaitu Bapak Ihsanudin. Pak Ihsan memberikan metode cepat belajar membaca Al Quran dengan 5 langkah, yaitu:
Langkah I
Menghafal dan memahami huruf hijaiyyah dari awal sampai akhir (Alif s.d. ya')
Ya, disini mentor harus berusaha agar peserta TPAD paham. Caranya bisa dengan menghafal 4 huruf lebih dahulu, lalu diacak. Ditambah lagi menjadi 8 huruf lalu diacak lagi. Begitu seterusnya sampai seluruh huruf bisa dihafal dan dipahami --> kenal, hafal, paham.
kalau ada huruf yang sulit karena bentuknya hampir sama, bisa dituliskan dikertas agak besar lalu minta untuk ditempel di pintu kulkas atau almari, bisa juga dapur.
Oh iya kata Pak Ihsan, pengenalan huruf ini dibutuhkan waktu setengah dari target. Karena targetnya 8 pertemuan maka langkah I memakan waktu 4 pertemuan (1 pertemuan @ 30 menit)
Langkah II
Memahami perbedaan ciri fisik (bentuk) huruf dari titiknya.
Misalnya huruf Ba' dan saudaranya yang bertitik lainnya, kita tekankan perbedaan titiknya. Juga Huruf yang jika disambung maka hilang ekornya. Huruf yang berubah tidak beraturan. Ada juga huruf yang tak mau digandeng.
Langkah III
Membaca tulisan arab gandeng, tetapi hanya dibaca hurufnya saja, belum dikenalkan dengan harakat. Saat langkah ini peserta diminta membawa Al Quran, karena arab gandengnya langsung diambilkan dari Al Quran. Dengan begini peserta TPAD merasa senang dan termotivasi karena sudah mulai membaca di Al Quran. Padahal hanya hurufnya saja. hehehe. Selain itu penggunaan Al Quran secara langsung, akan lebih cepat membiasakan peserta untuk mengenal huruf arab dan perubahan bentuknya jika berada di depan, tengah, dan belakang.
Langkah IV
Mengenalkan tanda baca (harokat) secara bersamaan seluruh harokat.
Juga langsung dengan arab gandeng di Al Quran. Lalu ditambah tanda tanwin, tasjid, juga dikenalkan dengan tanda waqaf.
Langkah V
Mengenal tajwid sederhana
Satu hal penting yang perlu diperhatikan oleh mentor TPAD adalah bagaimana menanamkan di otak bahwa pasti bisa mengajarkan Al Quran pada ibi-ibu tersebut. Senantiasa memberikan semangat kepada peserta TPAD, dengan menyampaikan fadhilah belajar membaca Al Quran, fadhilah membaca Al Quran yang luar biasa banyaknya. Memotivasi, dengan tidak menakut-nakuti. Misalnya tak perlulah di awal belajar, mentor mengatakan untuk membaca Al Quran yang benar-benar bagus itu kalau tajwidnya sudah tepat juga sudah di tahsin. Wah pasti dech, pekan berikutnya mereka tidak datang. Menurut Pak Ihsan, waktu terbaik dalam belajar adalah 2 kali dalam sepekan, dan harinya tidak berurutan.
Saya senang sekali dengan program yang dicetuskan oleh teman-teman ini, karena ini adalah fenomena yang banyak terjadi terutama di pedesaan/kampung. Sekitar 3 bulan yang lalu, saat ada acara pengajian di tetangga kontrakan di Bandung yang punya hajat. Subhanallah, ibu-ibu yang sudah setengah baya, nenek-nenek lancar sekali bacaan Al Qurannya. Karena saat itu memang saya mengamati yang mereka pegang adalah Al Quran. Membaca beberapa surat, seperti Ar Rahman, Al Waqiah dan beberapa yang lain. Berbeda dengan ibu-ibu di lingkungan saya, yang pengajiannya adalah baru membaca yasin yang sudah ditulis dengan huruf latin (buku cetak, yang disiapkan oleh pengurus jamaah Yasinan). Ini artinya banyak diantara mereka yang belum bisa membaca Al Quran.
Mudah-mudah ke depannya program TPAD ini bisa berjalan lancar dan berkembang. Memang untuk target awal adalah wali murid TK rintisan teman saya di desa sebelah. Bismillah, mudah-mudahan semakin banyak pesertanya, berkembang ke desa tetangga. Dan impian kami menjadi TPAD yang besar, ibu-ibu bapak-bapak bisa lancar membaca Al Quran. Dan Al Quran menjadi kecintaan semua orang. Amin Yaa Rabb.
"Sebaik-baik kalian adalah yang mempelajari dan mengajarkan Al Quran" -HR. Bukhari-
Minggu, 11 Desember 2011
Pak Bin
Beliau adalah Pak Bin, guru setengah baya yang sudah 25 tahun mengabdikan hidupnya sebagai pendidik di sekolah dasar kampung di tepian hutan Sumatera. Guru kecintaan anak-anak kampung, satu-satunya orang yang berprofesi sebagai guru di kampungnya. Pak Bin adalah "penguasa" di sekolahan itu. Yaa "penguasa" karena Pak Bin satu-satunya guru di SD tersebut yang sangat setia datang 6 hari dalam seminggu. Sebenarnya tak hanya satu guru di SD itu, namun ada 3. Pak Bin sendiri, seorang kepala sekolah yang sudah PNS yang tinggal di kota kecamatan, dan seorang guru sukuan dari kota. Namun Kepala Sekolah yang "aneh" ini hanya datang 2 hari dalam seminggu, selebihnya entah apa yang dilakukan di kota. Sementara seorang guru sukuan yang tak kalah "aneh" hanya datang pada hari Jumat. Diketahui, dan sudah membudaya, sukuan di SD tepi hutan itu hanya sebagai batu loncatan -syarat mutlak- untuk bisa mendapat gelar PNS. Ini berbeda sangat dengan Pak Bin, yang tetap ikhlas walau tak kunjung diangkat jadi PNS walau 25 tahun mengabdi sendirian. Gajinya hanya dari sedikit uang SPP anak-anak, yang juga digunakan untuk membeli kapur tulis. Itupun banyak anak yang tak membayar. Makanya sepulang mengajar, bergegas Pak Bin membantu istrinya mengurus ladang di tepi hutan.
Jadi bisa dibayangkan bahwasannya tak jarang Pak Bin harus menjadi guru 6 kelas sekaligus (1-6) dalam satu hari, satu waktu. Inilah hebatnya, yang tak terbayangkan bagi saya yang juga berprofesi bagi seorang guru, entah kepiawaian apa yang dimiliki sosok kharismatik ini. Beliau selalu punya cara mengajar yang unik untuk membuat muridnya asik belajar, mengerjakan tugas tanpa beliau selalu mengawasi. Beliau adalah motivator hebat, kebijakannya menyelesaikan setiap masalah yang dihadapi oleh siswa-siswanya. Tekadnya membuat satu-satunya sekolah di kampung itu tetap berdiri, walaupun bangunannya nyaris roboh dan selalu tampias saat hujan.
Bicara soal Pak Bin yang mengabdi sebagai guru honorer sampai 25 tahun, bukan berarti Beliau diam tak mengusahakan nasibnya. Sudah berulang kali Pak Bin, bertarung di arena yang namanya tes PNS, pun yang berlabel pengangkatan guru honorer besar-besaran. Namun Pak Bin bungkam, saat menjelang pengumuman ada tawaran membayar uang sekian juta. Dan beliau tak bisa berbuat apa-apa. Sementara guru sukuan lainnya datang dan pergi dari SDnya, datang untuk numpang syarat, dan pergi setelah dengan membayar sejumlah uang kembali ke kota di tempat yang lebih nyaman dengan NIP baru di tangan. Miris-miris sekali saya mendengarnya, mengetahuinya. -Sembari sisi hati saya yang lain terus bersyukur dan bersyukur, terima kasih Yaa Allah Engkau Maha Baik memberikan nikmat rejeki padaku tanpa harus terjerumus ke dalam pusaran semacam ini-
Dialah guru paling bersahaja, sebenarnya pahlawan tanpa tanda jasa. Dia lah Pak Bin, guru kesayangan Eliana, Pukat, Burlian, dan Amelia. Juga anak kampung lainnya. Yang tak lelah mendidik anak-anaknya. Pak Bin tokoh guru di Serial Anak-anak Mamak. Saya tak peduli, Pak Bin hanyalah tokoh fiktif dalam novel Tere Liye. Namun tauladannya layak dijadikan cerminan bagi seluruh pendidik di negeri ini. Juga bagi pemerintah di negeri ini. Saya yang profesinya sama dengannya malu membanding-bandingkan dengan Pak Bin. Tak ada seujung kukunya. Inilah kisah seorang guru, Pak Bin yang menginspirasi, mengajari saya arti sebenarnya "guru" tanpa menggurui. Salut untuk pak Bin.
Kelas sempat hening beberapa menit saat Pak Bin hanya berdiri di depan tanpa kata-kata. Lantas tersenyum lebar sekali kepada Munjib. Mengusap ujung matanya yang basah. Dan Munjib sambil menangis sudah berlarian ke depan kelas loncat memeluknya. Erat sekali. Juga diikuti Can, teman-teman yang lain, dan tentu saja aku. Bagi kami, PNS atau tidak, Pak Bin adalah guru kami. Catat itu. -dalam Burlian karya Tere Liye-
Selasa, 06 Desember 2011
Mengajar Dengan Cinta
Yah, SMS dari seorang kawan tersebut mengembalikan semangat saya, semangat untuk terus menyemangati diri guna mengajar dengan cinta. Mengajar dengan sepenuh hati, dengan pilar-pilar sabar yang kentara. Tak bisa dihindari memang, satu waktu pasti ada rasa jengah dan jengkel guru saat mengajar siswanya. Namanya juga siswa yang notabene masih anak-anak, dengan perangai multiemosional. Jangankan anak SD yang usia 7-12 tahun. Bahkan guru SMA pun pernah mendengar cerita salah satu binaan (mentoring di SMA) saya yang cerita kalau gurunya marah-marah dan mengancam tidak mau mengajar kelasnya, karena jengkel dengan sikap siswa sekelas. Nah lho, apalagi anak SD. Usia bermain, tentu saja rasa bosan di kelas akan membuat mereka bertingkah "aneh".
Saat kondisi error dikelas seperti contoh kondisi di atas (yang saya tinta merah, red), tentunya juga sangat salah kalau guru membiarkan siswanya seenaknya saja. Disini dibutuhkan action yang bisa membenahi sikap siswa. Salah satunya adalah memarahi mereka. Ingat memarahi, yaaa memarahi dan bukan m.a.r.a.h. Walaupun berasal dari kata yang sama, namun sebenarnya ada esensi yang berbeda disini, yang seharusnya tak dicampur satu sama lain agar tak menimbulkan efek yang lebih negatif. M.A.R.A.H adalah luapan emosi yang tidak terkontrol, sedangkan memarahi adalah sebuah seni bermain peran. Memarahi bisa digeneralisasikan dengan menegur, merupakan bentuk kepedulian. Namun yang sering salah dilakukan adalah memarahi dengan marah, akibatnya teguran sang guru tak nyampe ke siswa, yang diingat anak hanya bahwa guruku hobbynya marah-marah. waduuuuhhhhh.
Pernah baca-baca, ada beberapa tips memarahi anak/siswa:
- menyatakan dengan jelas perilaku mana yang kurang tepat
- memberikan alasan mengapa perilaku itu kurang tepat
- menunjukkan cara bagaimana berperilaku yang baik
- menghindari memberikan hukuman fisik
- menghindari memberikan ungkapan/label yang kasar dan sepihak
- menghindari ancaman yang tak masuk akal
- menunjukkan sikap tegas
Setidaknya dengan sikap memarahi yang benar tersebut akan memberikan teguran yang mengena, guru tak akan dijuluki tukang marah, namun guru yang penuh cinta, menegurpun dengan cinta. Inilah semangat pembaruan bagi saya pribadi agar tak mudah jengkel dengan perilaku siswa-siswa saya. Karena mereka adalah amanah bagi saya, juga bagi rekan-rekan pengajar yang lain. Dan insyaAllah salah satu dari mereka (mudah-mudahan tak hanya satu tapi puluhan bahkan ratusan) akan menarik tangan kita menuju ke surga. Amin yaa Rabb.
Senin, 05 Desember 2011
PR dari Coffee Break
Saat berniat mengemas 3-4 ide di blog, disertai browsing-browsing dulu ke beberapa blog, ternyata saya mendapat PR dari Coffee Break, blog suami. Akhirnya saya memutuskan untuk mengerjakan PR dulu. Berikut soal dan jawabannya . . . . hehehe seperti anak sekolah saja ^^
11 hal yang menggambarkan diri saya:
- Muslimah, berjilbab.
- Seorang guru SD, dengan spesialisasi mengajar IPS-Sejarah. Padahal ingin sekali mengajar Matematika.
- Sangat suka membaca novel, bukan novel picisan. Tapi novel yang mengemban berjuta hikmah kehidupan.
- Cenderung pendiam. Tapi banyak bicara saat mengajar atau ngisi mentoring . . . yaa iyaa lah. Kalau diem saja, jadinya aneh. hehe
- Mudah tidur, juga mudah bangun.
- Suka cerewet kalau suami minum kopi lebih dari satu gelas sehari.
- Sangat suka masak untuk suami, karena biasanya pasti habis.
- Suka mengoleksi novel.
- Suka jalan-jalan di toko buku atau book fair.
- Tidak suka menggambar tapi suka mewarnai.
- Simple, dan biasa saja.
Dan berikut 11 pertanyaan dari "Pak Guru"
1. Apa arti nama lengkap anda?
--> kata bapak saya, Dwi Yulianti artinya anak kedua perempuan yang lahir di bulan Juli.
2. Negara mana yang pengen sekali anda kunjungi?
--> Arab Saudi, pengen umroh dan haji. Bismillah.
3. Jika anda memiliki kesempatan menulis buku/novel, tema apa yang ingin anda angkat?
--> sesuai bidang saya, pendidikan.
4. Apa yang paling sering muncul dipikiran ketika bangun tidur?
--> bersyukur
5. Hewan apa yang paling anda suka dan yang paling anda benci?
--> paling suka dengan ikan, paling benci dengan tikus hihihihi
6. Suka sepak bola? klub kesayangan? apa alasan mendukung tim itu?
--> biasa saja. tidak ada.
7. Kapan anda terakhir menangis?
--> waduh . . . kapan yaaa. mudah meneteskan air mata. jadi sering nangis hehehe . . .
8. Apa makanan kesukaan anda?
--> soto dan siomay
9. Jika anda berkesempatan menjadi presiden RI, apa yang pertama kali anda lakukan?
--> menaikkan gaji guru, tanpa sistem yang menyulitkan hehehe
10. Apa yang anda lakukan jika tiba-tiba di kamar tidur anda ada amplop berisi uang 10 juta, dan pesannya itu gratis untuk anda?. Ketika ditanya keseluruh orang rumah ternyata tidak ada yang tahu mengenai amplop itu.
--> karena ini janggal, saya akan berpikir lagi dan minta pendapat suami saya ^^
11. Film terbaik yang pernah anda tonton?
--> Children Of Heaven, Sang Pemimpi.
Alhamdulillah akhirnya selesai juga mengerjakan PR ini. Kalau Coffee Break setelah mengerjakan PRnya membuat PR untuk bloger yang lain, setelah saya timbang-timbang saya putuskan untuk tidak memberikan PR untuk yang lain. Karena kalau saya pikir, sudah terlalu banyaklah saya memberikan PR-tugas kepada murid-murid saya. Sampai ada yang bosen dan tidak mau mengerjakan hehehe . . . Buat mas Fifin silahkan dinilai ^^