Alhamdulillah,
hari berganti, minggu bertambah, bulan mengganda. Itulah perputaran waktu yang
pasti dilewati. Mengapa awal tulisan saya kali ini bicara soal waktu? Karena memang
tiada terasa saat ini usia kehamilan saya sudah mencapai pekan 23. Rasanya baru
subuh kemarin, saya menemukan test pack bersetrip 2 ditangan saya. Hehe agak
lebay, tapi memang itulah yang kadang terasakan oleh saya, seperti mimpi yang
sangat menyenangkan.
Alhamdulillah,
melewati 23 week dengan lancar. Satu, dua kendala umum terlampaui dengan
lancar. Gangguan karena perubahan hormonal dan bentuk tubuh, masih bisa saya
atasi dengan langkah-langkah biasa. Tak membuat saya harus “teller” atau bedrest
tak bisa apa-apa. Aktifitas kerja harian tetap berjalan sebagaimana mestinya. Namun,
semua itu bukan berarti tanpa satu dua perkara yang menuntut kesabaran. Tapi subhanallah,
orang-orang disekitar saya sangat memberikan support kepada saya. Terutama suami,
yang walau tak tiap hari jumpa, sms dan teleponnya cukup mewakili. Bahkan di
trimester pertama, sms darinya menanyakan kondisi sudah selayaknya orang minum
obat 3 kali sehari. Pagi, siang, dan sore . . . heemmmm. Terlebih semua
doa-doanya, untuk kesehatan saya dan janin diperut saya, untuk kekuatan dan
kesabaran saya. Karena saya tahu, beliau sangat paham, berat dan butuhnya
kesabaran menghadapi masa kehamilan tanpa suami selalu disisi. Tanpa seorang
ibu kandung yang menjadi guru pensupport.
Sekali
lagi saya harus banyak-banyak bersyukur, karena banyak tempat bagi saya
bercermin. Dan cermin-cermin itu memberikan begitu banyak energy positif,
mengajarkan saya banyak hal, meneladani saya kesabaran. Berlipat lagi
kesyukuran, bertambah lagi penyemangat untuk berlaku sabar, saat saya mulai
merasakan gerakan kupu-kupu di perut saya. Saat suatu malam di pekan ke 16,
saat saya terlalu capek sehingga mata tak kunjung terpejam. Dada saya berdesir
setelah terasa gerakan begitu pelan di perut saya. Pelan sekali, seperti ada
sentuhan sayap kupu-kupu dari dalam. Saya terdiam, ingin kembali merasakan,
saya elus sebentar. Dan gerakan kupu itu kembali, berulang. Air mata saya
menetes karenanya. Terima kasih yaa Rabb, akhirnya saya bisa merasakannya. Sekarang
gerakan itu, bukan gerakan kupu-kupu lagi. Memasuki pekan 23, gerakan itu
berubah menjadi tendangan, kadang keras kadang biasa saja, bergelombang
memenuhi perut saya. Dan InsyaAllah akan kian terasa.
Adalah
sebuah proses pembelajaran untuk menjadi pribadi yang lebih baik, dari semua
kejadian peristiwa yang dialami oleh semua orang. Tentunya bagi siapa-siapa
yang bisa mengambil hikmah dari setiap kejadian. Begitu juga kehamilan, dari
proses ini saya belajar. Belajar untuk hidup lebih baik dan kebaikan hidup itu
sendiri. Bismillah walhamdulillah . . .
Wow sekarang dah menjadi tendangan... wah jangan-jangan karena mas sering nonton Wong Fei Hung di Indosiar he he.
BalasHapusBtw terharu banget saya bacanya dek. Emang dek yuli adalah guru juara satu menulis sedunia bagi mas. Tulisanmu sederhana, namun dikemas membikin haru. Terima kasih cinta. Tiada lisan ini terucap akan kesabaranmu dalam menemani kesabaran demi kesabaranku. Kadang terselip rasa prasangka yang memenuhi dada, namun sampai detik ini mas berdoa untuk tetap berkhusnudzon atas segala tantangan kehidupan. Sekali lagi terima kasih cinta :). Love u and dedek.