Salah satu kekhawatiran saya saat divonis Caesar
adalah keterlambatan ASI untuk keluar. Padahal saat hamil saya sudah
membayangkan, melahirkan normal lancar “Gentle Birth” kemudian dilanjutkan IMD
(Inisiasi Menyusui Dini). Membayangkan Hanan tengkurap di perut dan dada saya. Tapi
sudahlah, tak apa tak terjadi. Karena Caesar saya tak mengalami proses
menakjubkan IMD dengan Hanan. IMD yang dilakukan pasca Caesar sekedar procedural,
hanya formalitas. Saat itu, begitu Hanan selesai dibersihkan seorang bidan
menciumkan Hanan pada saya, dan menyentuhkan bibir mungil Hanan ke (maaf) puting
saya sekilas saja. Padahal saat itu saya ingin sekali memeluknya. Tapi tentu
saja kondisinya tak memungkinkan.
Sehari setelah mengalami Caesar, saat dr.
Ardian Suryo, Sp.OG visit, beliau bertanya apakah ASInya sudah keluar. Saya
mulai merasa bimbang, saya jadi ingat kakak saya yang melahirkan normal, ASInya
langsung keluar walau masih sangat sedikit. Jadi ingat beberapa pengalaman yang
pernah saya baca dan dengar tentang ASI yang tak keluar. Saat itu saya meraba
dada saya, belum terasa bengkak. Teringat saran dr.Ardian untuk makan yang
banyak dan memberikan rangsangan pada puting payudara dengan memijat-mijatnya.
Sore harinya saat bisa melihat Hanan, saya
melihat Hanan diberi sufor oleh perawat. Saya hanya bisa berbisik pada Hanan maafkan bunda yaa dek, belum bisa memberikan
ASI. Kembali ke kamar perawatan, di kursi roda yang didorong suami, saya
menyampaikan kebimbangan saya tentang ASI. Dia mengatakan untuk bersabar dan
coba searching di internet. Karena luka jahitan masih sangat sakit setelah itu
tak banyak yang bisa saya lakukan, hanya baca-baca tips saja.
Hari ketiga di rumah sakit, pagi setelah
mandi (walau mandinya hanya di lap basah), setelah sarapan. Saat tak ada orang
lain selain suami, saya mulai mencoba tips yang saya baca malam sebelumnya. Saya
mengelap payudara dan puting dengan handuk saputangan yang sebelumnya saya
celupkan ke air hangat. Saya bersihkan puting, agar sel kulit matinya
terkelupas. Kemudian saya pencet-pencet, saya cukup exited karena ada cairan
bening keluar dari sana. Saya bersyukur dan member tahu suami. Suami menyarankan
untuk memerahnya, agar bisa diberikan ke Hanan. Kebetulan hari sebelumnya kakak
saya membawakan botol kaca penyimpan ASIP (ASI Perah). Saya coba memerah, tapi
rasa sakit sekali dan tak bisa menetes ke botol karena masih sangat sedikit. Siangnya
saya ke kamar bayi lagi, mencoba menyusui Hanan. Seorang perawat membantu saya,
dengan susah payah saya dan perawat tersebut membangunkan Hanan dan merangsang
mulut mungilnya agar terbuka. Sekian menit terus berusaha, akhirnya berhasil
masuk ke mulutnya Hanan. Sekarang tinggal merangsangnya agar mau menghisap. Yup,
Hanan mau juga menghisap beberapa kali, rasanya sakit. Tak lama akhirnya
terhenti karena Hanannya tertidur lagi. Dan barangkali susah menghisapnya, yang
keluar sedikit sekali. Beda dengan botol dot sufor, tak perlu usaha berat yang
keluar banyak.
Sore harinya (hari ke 3 di RS), kami
diijinkan pulang. Saat itu saya bertekad sampai rumah tak akan memberikan sufor
lagi. Sesampainya di rumah, saya mencoba menyusui Hanan, kemampuan menghisapnya
masih sangat lemah. ASI saya sudah keluar walau belum banyak. Hampir tengah
malam Hanan menangis kencang sekali, dia tak mau menghisap ASI. Saya dan suami
berusaha bersabar, menguatkan hati agar tak tergoda memberinya sufor. Tetapi tepat
pukul 24.00 rasa sabar saya kalah oleh rasa kasihan. Akhirnya menyerah pada 60
ml sufor, yang dia minum di RS. Keesokan harinya saya terus berusaha memberikan
Hanan ASI. Juga merangsang, memerah ASI agar keluarnya semakin banyak dan
lancar. Sehingga mudah bagi Hanan menghisapnya.
Terkait pengalaman saya tersebut, bisa
disimpulkan ada beberapa tips agar ASI segera lancar keluar:
- Merawat putting dan payudara sejak hamil usia 37 minggu, dengan rajin membersihkan dengan air hangat.
- Positif thinking sejak hamil bahasa kerennya hypnobreastfeeding. yaitu teknik relaksasi dengan cara memasukkan kalimat afirmasi positif ke dalam pikiran kita kalau kelak akan menyusui dengan sukses
- Setelah melahirkan, tetap positif thinking. Makan yang banyak dan bergizi
- Pencet, pijat payudara dan putting untuk merangsang.
- Jika sudah keluar, coba langsung minumkan ke bayi.
- Sabar dan bertekad bulat agar tak kalah dengan godaan sufor.
- Minum pelancar asi jika perlu (ini urung saya lakukan, padahal sudah diberi resep oleh dr.Ardian)
Alhamdulillah, sekarang saya sudah bisa full
ASI untuk Hanan. Tinggal mencari strategi agar ketika masa cuti saya habis saya
tetap bisa memberinya ASI dan menjaga produksinya. Dengan afirmasi ini saya
berusaha untuk bisa, “Menyusui itu menyenangkan”, “Aku pasti bisa menyusui
bayiku”, “ASIku keluar dengan mudah dan lancar”, “ASIku pasti cukup untuk bayiku”.
Bismillah.