Pages

Jumat, 28 Oktober 2011

Kebersamaan, Hikmah Lain Persiapan Lomba PSN

2 Pekan terakhir sekolah tempat saya mengajar sedang disibukkan dengan persiapan lomba Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN). Semua warga sekolah, mulai dari Bapak Kepala Sekolah-Guru-Pegawai Kependidikan-Siswa, bahu-membahu menciptakan lingkungan, mempersiapkan data untuk mendukung lomba PSN. Pun tak ketinggalan pegawai Puskesmas Kecamatan, PKM Kawedanan, yang mengajukan SD kami mengikuti lomba tingkat Kabupaten, juga ikut wira-wiri ke sekolah melakukan pembinaan.


Lomba PSN, merupakan kepanjangan tangan dari Gebyar Pemberantasan Sarang Nyamuk, Wamantik, dan Gumantik yang dicanangkan oleh Dinkes. Tujuannya pastilah, untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya melaksanakan aksi 3M PSN, guna mencegah penyakit-penyakit yang disebabkan oleh si nyamuk nakal. DBD dan Chikungunya. Untuk penilaian dan kunjungan dari Dinkes, Juri, juga pihak terkait, insyaAllah akan terlaksana tanggal 1 November 2011, masih ada 2-3 hari untuk berbenah.


Dalam setiap masa, ketika sekolah kami diajukan lomba baik tingkat kabupaten atau propinsi, selalu ada kesan dan keunikan yang saya pribadi rasakan dan mungkin juga rekan-rekan saya lainnya, yang memfluktuasi emosi, dan tentu saja meningkatkan kadar kelelahan. Mengapa bisa begitu?? Sebenarnya masa-masa persiapan lomba, adalah masa-masa sibuk. Pekerjaan yang setiap harinya sudah banyak, bertambah banyak dengan piranti-piranti lomba. Ditugasi ini, ditugasi itu, diskusi ini, diskusi itu, bersebarangan pendapat, gak enak hati, mau tak mau menjadi konsekuensi. Namanya juga dari sekian kepala yang pastinya punya ego masing-masing. . . Apalagi, hampir semua mengklaim dirinya berpengalaman. yaa begitulah . . . namun semua ini dinikmati seiring sejalan kesibukan.


Demikian pula dengan persiapan lomba PSN ini, kami bersama menyiapkannya. Ditengah kesibukan koreksi Ulangan Tengah Semester, menyusul pula kemah pramuka tingkat kwaran. Bapak kepala sekolah, memberikan intruksi ini itu . . . dan beliau pun tak sekedar intruksi . . . karena saya tahu banget, beliau adalah sosok pekerja keras walau 2 bulan lagi sampai diujung purna tugas. Seperti pagi ini, jelang persiapan hari-hari terakhir . . . sekolah mengerahkan massa, siswa kelas 2 - 6 untuk Jumat Bersih, tak ada yang berdiam diri. Ada yang menyapu, mengambil sampah, membersihkan taman, mengangkut sampah, mengepel, menguras bak mandi. Di luar acara bersih-bersih itu, adapula yang bertugas mengunjungi warga, agar juga mempersiapkan lingkungan rumahnya, mendukung PSN. Berlelah-lelah bersama, berkotor-kotor bersama . . . ketika semua target sudah oke, sambil menikmati lelah . . . saya juga yang lainnya merasa puas, melihat semua bersih, menyejukkan mata. Semua tersenyum, disela-sela helaan napas, kucuran keringat.


Juga ada harapan kami akan memenangkan lomba ini. Merasa bertanggungjawab dengan tugas yang diberikan. Harapan menang jelaslah ada. Namun lebih dari itu, ada kesenangan karena lingkungan kami lebih bersih. Belajar, bekerja, berkarya terasa lebih nyaman. Dan lebih-lebih dari semua itu, kerja keras tadi, fluktuasi emosi, kelelahan, segala usaha telah memunculkan rasa yang luar biasa, bernama Kebersamaan.


*Mudah-mudahan lombanya berjalan dengan baik, memuaskan tidak memalukan. Namun kemarin ada satu teman yang berkata, "Mudah-mudahan menang, tapi juara 2 atau 3 saja . . . kalau juara 1, repot nanti maju ke propinsi . . . . wah tambah sibuuuuk lagi" . . .hehehe

Senin, 17 Oktober 2011

Episode "Shock Terapi", Karena HP Error Conection

Mulai ada tanda-tanda kekhawatiran saat bangun subuh, ternyata SMS saya kepada suami yang sejak isya' hari sebelumnya belum ada report terkirim. Tapi saya masih bisa tenang, sangat tenang. Ah mungkin belum ada signal. Karena saya paham banget, rumah kontrakan kami di Bandung yang baru 4 bulan ditempati, entah kenapa kalau masuk rumah signal HP jadi minim banget, bahkan blank. Kalau telepon supaya tidak putus-putus harus naik ke loteng, tempat jemuran. Yup, mungkin agak siangan dikit akan terkirim.


Namun, prediksi saya salah besar. Usai upacara bendera hari Senin, sekitar jam 8, kembali saya cek HP . . . Wah belum terkirim juga. Wushhh . . . derajat kekhawatiran saya jadi bertambah, tak signifikan namun mampu membuat degup dada saya lebih cepat ritmenya. Coba miscall saja . . . nomor suami yang bertengger paling atas di phonebook HP saya langsung terpencet . . . dan ohhhh . . . ternyata tulalit.
Hati saya jadi tidak tenang, acara ngajar tetap berjalan dan diterima dengan baik oleh murid-murid saya. Tapi mungkin murid-murid saya juga bingung, karena bu gurunya berulang kali ngecek HP, dan nyoba telp ndak bisa-bisa hehehe. Kenapa yaaa??? masak 18 jam ndak ada signal sama sekali, atau jangan-jangan HP saya yang error... atau jangan-jangan suami kenapa-napa di kontrakan kan sendirian di rumah . . . waduh mulailah pikiran-pikiran buruk menghantui, cepat-cepat saya istighfar . . . berusaha keras, keras sekali mengubur suudzon-suudzon yang berseliweran dengan prasangka-prasangka terbaik.


Ketika jam agak longgar, saya berusaha miscall nomor HP suami dengan nomor telepon kantor, hasilnya tetap tulalit. Pinjam HP teman, tetap saja tulalit. Jadi berkesimpulan, wah ini pasti nomornya error. Walau berkesimpulan begitu, namun gemuruh di hati saya tetap menderu-deru bak angin topan. tapi, bagaimana kalau kenapa-napa. Tetap saja saya bingung, mencoba nyari nomor rekan sekantornya suami, ternyata tidak ada sama sekali. Sebenarnya dulu saya pernah menyimpan nomornya Riris, salah satu rekan suami yang satu divisi, dan juga saya kenal. Cuma karena beberapa waktu lalu HP saya masuk "rumah sakit" jadi beberapa data dan nomor HP ikut hilang. Wah, gimana yaa cara mengetahui keadaan suami. Saya terus berpikir. Ehm . . . biasa kalau jam kerja begini suami online di YM, tanpa pikir panjang saat jam mengajar sedang kosong (setelah jam 11 siang) saya sign in . . . o o o, ternyata dia sedang offline. Sebelumnya, saya bikin status di twitter dengan mencolek account suami, biasanya dia selalu online twitternya. Tapiiii . . . sekian lama, dari menit-menit ke menit, jam ke jam kok ndak ada respon yaaa . . .


Kekhawatiran saya semakin menjadi-jadi, bibit-bibit dzon-dzon yang tadinya sudah berhasil saya kendalikan, dalam waktu sekejap kembali memenuhi prasangka saya. Kenapa yaa suami saya, kalau sakit bagaimana yaa? jangan-jangan ini . . . jangan-jangan itu. Masya Allah, hati saya sangat tidak tenang. Saat gemuruh hati menjadi-jadi, dalam perjalanan pulang ke rumah saya terus istighfar, dalam gemuruh rasa saya berdoa, ber alfatihah berulang dan berulang, dalam berkecamuknya prasangka, saya berdialog dengan-Nya. Ya . . . menitipkan suami saya pada-Nya, memohonkan perlindungan kepada Allah yang Maha Segalanya.


Sampai rumah, kembali saya buka laptop. Mudah-mudah, suami sudah online . . . kan habis makan siang. Tapi tetap tak ada dia disana. Saya sign in ke FB, barangkali ada beberapa teman kantornya suami yang jadi friends di FB yang online, sehingga saya bisa bertanya. Masya Allah, tumben banget sih gak ada sama sekali. AllahuAkbar, kekhawatiran saya semakin menjadi. Satu, dua bulir air mata mulai jatuh membelah pipi saya. Lalu saya shalat dhuhur, refleksi untuk membuat hati lebih tenang. Dan sekali lagi berdoa dan berdoa. Usai shalat, sekitar jam 13.45 ada SMS masuk ke HP saya. Nomor yang tak di kenal. saya berdebar,
"Assalamu'alaikum. Dek, afwan HPnya mas sedang error. Sepertinya sejak semalam, tapi mas baru tahu siang ini ternyata HPnya mas saja yang error connection. Ini mas sedang ada training di PAU ITB -Fifin-".

Lemas lah saya, kini air mata saya benar-benar tumpah. Bukan, bukan karena sedih atau kenapa. Namum karena lega yang luaaaaaarrrrrrrrrr biasa. Saya bersyukur, bersyukur sekali . . . memang tak kenapa napa orang yang saya cintai ini. Dan saya jadi tahu sebab, asal muasal kekhawatiran yang menyiksa ini . . . Nomor HP yang error, tak bisa dihubungi oleh siapa saja, dan suami sedang ada tugas training di luar kantor, pantas saja tak online...kan sedang belajar. Tanpa menunggu lama prangsangka-prasangka dikepala berterbangan entah kemana^^ . . .


Begitulah, sepenggal kisah "shock terapi" bagi jantung, jiwa, hati, cinta, kesabaran, untuk saya dalam menjali hubungan "spesial" dengan belahan jiwa. Selain itu saya juga mengambil hikmah, Karena kondisi saya dan suami yang masih long distance, untuk selalu menyimpan nomor HP orang-orang terdekat dengan suami, agar kalau ada apa-apa saya tak bingung mau menghubungi siapa. Setelah kejadian itu, malamnya . . . setelah puas saya "ngomel" lewat chat (kan HP masih error) -ngomelnya, karena pelampiasan dari berton-ton kekhawatiran yang menghimpit dada, bukti cinta^^, dan supaya ndak terulang lagi- Suami memberi saya beberapa nomor orang yang dekat dengannya, satu dua nomor rekan kerja, nomor teman kantor yang juga tetangga, nomor kantor, ada juga nomor bosnya . . . hehehe.


Demikianlah, episode-episode seperti ini, sebenarnya semakin memotivasi kami, saya dan suami. Untuk giat berusaha mewujudkan "mimpi-mimpi" kami. Bismillah . . .



Kamis, 13 Oktober 2011

Andaikan sekolah tak ada PR . . .

Seminggu terakhir, rekan-rekan sesama guru di SD tempat saya mengajar dan juga saya, uring-uringan dengan sikap beberapa siswa (1,2,3 atau 4 siswa) yang tidak mengerjakan PR. Tak hanya sekali dua kali, namun beberapa kali. Inilah yang membuat saya dan teman-teman, harus kuat-kuat menekan emosi -walau banyak tak tertahankan sih . . . hehe- . Karena masalah ini pula, setiap hari ada siswa yang dihukum karena tidak mengerjakan PR, entah itu mengerjakan di teras kelas, mengerjakan di depan kantor guru, atau pun cukup duduk di bawah papan tulis sambil menyelesaikan PR nya . . . nah loh jadi PS lah, Pekerjaan Sekolah.


Bahkan parahnya, suatu hari di jam-jam akhir, kelas IV (wali kelasnya saya), 15 anak disuruh ke luar kelas ngerjain PR LKS yang ditugaskan oleh guru Bahasa Inggris. Allahu Akbar . . . saya yang kebetulan sedang jam kosong, hanya bisa geleng-geleng kepala. Malu sekali rasanya, kecewa, tentu saja sambil menekan-nekan emosi yang ingin marah. Sambil berusaha menguasai diri, saya tanya mereka satu per satu, kenapa sih tidak mengerajakan PR, padahal pelajaran Bhs. Inggris hanya 2 jam dalam satu minggu. Klasik sekali jawaban mereka. lupa, saya kira PRnya bukan yang ini, salah mengerjakan yang lainnya, dan ada pula yang LKS nya ketinggalan. Masya Allah.




Pernah juga, seorang teman guru yang menemukan tulisan iseng di buku tugas siswa yang dikumpulkan, Andaikan Sekolah tak ada PR . . . wah senangnya. Menurut cerita teman, yang nulis bukan lah anak yang nakal dan tidak berada di bawah rata-rata kelasnya. Saya jadi berpikir, mungkin bagi sebagian siswa PR dianggap sebagai suatu beban, suatu masalah yang bisa mengurangi waktu bermainnya di rumah. Setelah sejak pagi hingga siang hari berkutat belajar di sekolah, yang tentu saja minim saat untuk bermain. Memang, harus dipahami, masa-masa usia SD (7-12tahun) adalah masa bermain. Bermain adalah aktivitas yang tak lekang dari otak mereka. belajar lagi . . . belajar lagi . . . mikir lagi . . . mikir lagi . . . , mungkin itu adalah gerutuan dalam hati, ketika guru memberikan PR. wewwww . . . .


Pemberian PR atau Pekerjaan Rumah, sebenarnya diberikan oleh guru sebagai kegiatan tindak lanjut atas kegiatan belajar mengajar yang telah dilakukan di sekolah. Sarana yang lumayan efektif untuk siswa mau sedikit saja mengulang dan meningkatkan daya serap ilmu yang telah diberikan. Adapula orang tua siswa yang meminta agar setiap hari anaknya diberi PR, agar mau belajar di rumah. Selain itu, PR juga menjadi perekat bagi orang tua siswa agar mau melihat apa sih yang dipelajari oleh anak saya, sehingga ada peran orang tua dalam kegiatan belajar anak. Memang sukses atau tidaknya anak menyelesaikan PRnya, salah satu faktor pendukungnya adalah kemauan orang tua untuk mau "dekat" dengan belajar anak. Tidak sekedar menyuruh-nyuruh saja tentunya.


Sebut saja namanya Majida, salah satu murid saya, kelas 4, setiap hari dalam seminggu, ada saja bapak-ibu guru yang laporan kepada saya kalau Majida tidak mengerjakan PR. Tentunya juga pelajaran yang saya pegang tak luput dari "aksinya". Pun teman-temannya juga melapor, Bu tadi Majida tidak mengerjakan PR lagi. Seribu nasehat, samapi mulut berbuih (hiperbol) sudah saya sampaikan, namun tetap saja. Pada akhirnya, saya memutuskan untuk melibatkan orang tuanya. Saya buat sebuah nota di buku penghubung Majida, agar dibaca dan ditandatangani orang tuanya. Kira-kira nota tersebut berisi, pemberitahuan perkembangan belajar Majida, kebiasaannya yang "menjengkelkan", dan permohonan kepada orang tuanya, agar mau mengecek, dan menemani Majida menyelesaikan PR. Gayung bersambut, Majida lebih rajin menyelesaikan PR-PRnya. walau kadang, masih ada PR yang terlupakan . . . .


Begitulah, masalah PR memang bukan semata-mata masalah guru dan siswa, namun juga masalah orang tua. Sudah menjadi keharusan bagi orang tua, untuk menjadi partner belajar bagi anak. Partner yang sesungguhnya, mau mengecek buku anak-anaknya, menjadi pendamping dan tempat bertanya. Kadang saya tersenyum mendengar alasan orang tua "sekarang pelajaran anak SD itu sulit-sulit bu, saya bingung mengajarinya" sebenarnya bukan disitu esensinya, mendampingi adalah kemauan memotivasi, agar anaknya mau mencari, menemukan hal yang tak dia bisa. Bukan menunggui lalu ditinggal SMS an, atau nonton sinetron kesayangan. Toh, guru pastilah sudah mengukur soal-soal PR yang diberikan. Karena sebagai tindak lanjut, pastilah sudah diajarkan. Otomatis di buku catatan mereka sudah jelas tertuliskan. Yaa, memotivasi anak agar mempunyai kesadaran mengerjakan PR nya sendiri, dan membuat anak nyaman dengan kesertaan orang tuanya.


Berikut ada beberapa tips, agar anak sadar dengan kewajibannya menyelesaikan PR, tentu bukan kewajiban yang menyiksa.

  • Mengatur waktu belajar yang tepat
Temukan waktu yang tepat agar anak menyelesaikan tugasnya dengan baik. Setelah anak pulang sekolah usahakan agar mereka istirahat dahulu, karena mereka terlalu lelah untuk langsung mengerjakan PR setelah seharian beraktifitas. Setelah beristirahat barulah mengerjakan PR.
  • Mengutamakan tugas yang paling penting
Tanamkan pada anak untuk segera mengerjakan tugasnya sebagai prioritas yang paling penting. Hal ini dapat menanamkan disiplin dan tanggung jawab anak.
  • Buat jadwal aktifitas belajar secara harian
Buatlah jadwal aktifitas belajar secara harian. Lalu tempel pada tempat yang mudah terlihat. Misalnya pada meja belajar anak atau lemari es.
  • Pilih tempat belajar yang tepat
Tempat belajar yang tepat adalah tempat yang tenang dan banyak cahaya. Jauhkan dari televisi dan mainan anak.
  • Beri contoh yang baik
Ketika anak mengerjakan PR, orang tua hendaknya juga melibatkan diri dengan ikut membaca, menulis atau turut menyelesaikan soal-soal dalam games pendidikan (educational games) seperti di Dunia Belajar.

Nah dengan begitu tak ada ceritanya lagi siswa disuruh mengerjakan PR di luar kelas, yang merusak pemandangan, dan membuat guru-guru harus ekstra menggandakan kesabaran (supaya ndak marah . . . maksudnya) hehehe . . . .

Selasa, 11 Oktober 2011

Dari Serial Anak-Anak Mamak: Pukat


“Kamilah harta karun paling berharga kampung. Anak-anak yang dibesarkan oleh kebijaksanaan alam, dididik langsung oleh kesederhanaan kampung. Kamilah generasi berikut yang bukan hanya memastikan apakah hutan-hutan kami, tanah-tanah kami tetap lestari, tetapi juga apakah kejujuran, harga diri, perangai yang elok serta kebaikan tetap terpelihara dimanapun kami berada”




Inilah buku kedua dari serial Anak-Anak Mamak yang saya baca. Kisah adik Eliana, Pukat. Kenapa Pukat? Karena buku ini yang saya miliki setelah Eliana, hadiah milad dari kakak ku yang tercinta. Yups, Pukat si anak cerdas bersama teman-temannya. Begitu menyenangkan melahap setiap lembarnya. Begitu polos, lucu, cerita di dalamnya. Namun tetap saja ada hikmah-hikmah terbaik yang terambil dari point ke point. Tetap saja ada haru, sendu, sentuhan cinta dan CINTA.



Tetap sama latar belakang ceritanya dengan Eliana. Hutan, sungai, rumah panggung, kampung, ladang, sekolah kebijaksanaan. Ada warna-warna cerita yang mengaduk-aduk emosi, silih berganti, cerdas dan tak membosankan. Salah satu yang saya ingat, adalah kisah cinta monyet Raju, karib Pukat. aih . . . yaa, cinta monyet yang lucu sekali. Khas anak-anak
banget. Romansa masa kecil, yang membuktikan kenormalan tugas perkembangan. Sungguh, saya senyun-senyum sendiri membacanya. Raju lah yang jatuh hati pada Saleha, gadis cantik, anak bidan, anak baru di kampung itu. Dibandingkan dengan gadis sebaya lainnya di kampung itu, Saleha memang sangat spesial. Makanya, Raju terserang VMJ begitu melihat Saleha pertama kalinya. Yeach, cinta pada pandangan pertama. Tapi, ini dunia anak-anak. Cinta hanya sebatas olok-olok di kelas, tersipu malu tak jelas, yang akan berakhir dengan sendirinya, tak berbekas. Entah di hari kelak . . .


Tak melulu soal cinta monyet Raju. Dengan Raju inilah, pembaca diajarkan arti sebuah persahabatan. Persahabatan antara Pukat dan Raju, yang sempat terputus karena kesalahpahaman. Pengorbanan seorang Pukat yang berusaha keras untuk menyelamatkan Raju dari amukan banjir bandang di tengah malam. Alhamdulillah, semua berakhir manis.



Pukat tak hanya cerdas di kelasnya, namun dengan kecerdasannya Pukat memberikan solusi cerdasnya sebagai bukti kepedulian terhadap orang-orang disekitarnya. Nilai kepedulian terhadap tetangga dimana sekarang nilai ini sudah mulai luntur bahkan banyak yang tidak mengenal tetangganya dan juga mengajarkan arti nilai kejujuran yang sudah mulai luntur saat ini.


Tetap saja, yang membuat saya sangat terharu adalah usaha mamak. Usaha mamak yang mengajarkan pada Pukat, betapa beratnya kerja keras untuk mendapatkan sebutir nasi. Kerja keras untuk menghidupi diri dan keluarga. Dibagian ini, saya belajar sekeras apapun seorang ibu pada anaknya, tak akan pernah mengalahkan kelembutan cinta pada anak-anaknya. Kata-kata ini memang luar biasa.
"Jika kau tahu sedikit saja apa yang telah seorang ibu lakukan untukmu, maka yang kau tahu itu sejatinya bahkan belum sepersepuluh dari pengorbanan, rasa cinta, serta rasa sayangnya kepada kalian"

Nampaknya ini merupakan pesan sentral yang hendak disampaikan oleh Tere Liye, karena pada Novel Eliana, juga dituliskan. Dengan pesan cerita yang menakjubkan. Mungkin juga di Burlian dan Amelia.

Masih banyak lagi kisah-kisah yang menginspirasi, kisah-kisahnya sungguh diceritakan sangat menarik, alur cerita yang asik, bahasa yang elok, khas Tere. Serta banyak kisah yang polos dan lucu,
jadi ingat suami yang mengaku tertawa-tawa juga membacanya.


Apresiasi saya Novel Pukat ini sangat menarik . . . Two Thumbs.

Selamat membaca, dan menemukan dunia petualangan yang luar biasa^^

Keutamaan Basmalah

Membacanya dapat membuat setan menjadi kecil
Imam Ahmad bin Hanbal dalam musnadnya meriwayatkan dari seseorang yang dibonceng oleh Nabi SAW, ia berkata,

"Tunggangan Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam tergelincir, maka aku katakan: 'Celaka setan'. Nabi shalallahu 'alaihi wasallam bersabda, 'Janganlah engkau mengucapkan 'celakalah setan'. Karena jika engkau mengucapkannya, maka ia akan membesar dan berkata: 'dengan kekuatanku, aku jatuhkan dia.' Jika engkau mengucapkan bismillah, maka ia akan menjadi kecil hingga seperti seekor lalat". (HR. Ahmad, Abu Daud, dan dishahihkan Al-Albani)


Ini merupakan berkah dari ucapan "Bismillah"
Disunnahkan membaca basmallah sebelum memulai pekerjaan.
Oleh karena itu disunnahkan membaca basmallah pada awal setiap ucapan maupun perbuatan. Disunnahkan juga membacanya pada awal khuthbah. Dan disunnahkan juga membaca basmallah sebelum masuk kamar mandi.


Tidak sempurna wudhu sebelum membaca basmalah
Berdasarkan hadist dalam musnad Imam Ahmad dan juga dalam kitab Sunah dari riwayat Abu Hurairah, Sa'id bin Zaid dan Abu Sa'id radhiyallahu'anhum. Secara marfu', Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

"Tidak sah wudhu seseorang yang tidak menyebut nama Allah Ta'ala (mengucap basmalah)" (HR. Ahmad, Abu Daud, Ibn Majah, dan dishahihkan al-Albani)


Membaca Basmalah sebelum jima' kelak anaknya akan dijauhkan dari gangguan setan
Berdasarkan hadist dalam kitab Shahih Al-Bukhari dan Shahih Muslim, dari Ibn 'Abbas radhiyallahu 'anhu, bahwa Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

"Seandainya salah seorang dari kalian hendak mencampuri istrinya ia membaca: 'Bismillah allahumma janibnasy syaithaana wa janibisy syaithaana maa razaqtanaa (dengan menyebut nama Allah, jauhkanlah kami dari setan dan jauhkanlah setan dari apa yang Engkau anugrahkan kepada kami)', maka jika Allah menakdirkan lahirnya anak maka anak itu tidak akan diganggu oleh setan selamanya".


Menjauhkan rumah dari setan
Dari Jabir radhiyallahu 'anhu berkata, saya mendengar Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

"Jika seseorang masuk kedalam rumahnya lalu ia menyebut asma Allah Ta'ala saat masuk dan saat ia makan, maka setan berkata kepada teman-temannya, 'tidak ada tempat bermalam bagi kalian dan tidak ada makan malam'. Dan jika ia masuk, tanpa menyebut asma Allah Ta'ala saat hendak masuk rumahnya berkatalah syaithan: 'Kalian mendapatkan tempat bermalam, dan apabila dia tidak menyebut nama Allah ketika hendak makan, maka setan berkata: 'kalian mendapatkan tempat bermalam dan makan malam." (Muttafaqun 'alaihi)