Pages

Selasa, 22 Desember 2009

Merenungi Cinta Ibu

Bayu Gawtama dalam About Love: Cinta Abadi diambil dari eramuslim


“Ma, itu apa, yang kelap-kelip di atas “? telunjukku mengarah ke langit.
“Itu namanya bintang nak, salah satu ciptaan Allah yang menakjubkan,” terang Mama dengan sempurna sekaligus bijak.


Kutahu, usiaku dua tahun lebih sedikit waktu itu. Usia yang selalu ingin tahu segala hal
dan mengejar seribu jawaban dari siapapun terhadap hal yang baru kulihat. Dan Mama, dialah yang paling sabar menerangkan semua tanya itu, meski tak pernah kupuas, tapi aku cukup yakin saat itu, bahwa Mama segala tahu. Sejak malam itu, aku selalu berdiri di belakang rumah menengadah ke langit memandangi jutaan bintang yang berkelap-kelip, dan setiap saat itu pula Mama setia menemaniku. Aku ingat, mama cukup kerepotan mencari jawaban ketika aku bertanya, apakah bintang-bintang itu juga punya nama. Dengan cerdik, Mama menjelaskan bahwa bintang-bintang itu sama dengan kita, manusia. Kalau manusia punya nama, berarti bintang pun memiliki nama.

“Yang disebelah sana, namanya siapa ma”? Keningnya berkerut, otaknya berputar mencari jawaban.

Hingga akhirnya, “ooh, yang itu mama tahu, ia adalah bintang mama, karena namanya sama persis dengan nama anak mama ini”? dekapannya begitu hangat, tak ada yang bisa melakukan semua itu kecuali mama.


Waktu itu yang kutahu, mama sekedar menjalankan kewajibannya sebagai orang tua untuk menemani dan membahagiakanku. Keesokkan harinya, setiap malam tiba. Mama sudah tahu, sebelum waktu tidurku tiba, aku selalu mengajaknya memandangi langit. Karena kini aku semakin senang, sejak mama mengatakan bahwa bintang yang pernah kutunjuk itu adalah aku. Tapi, hari ini mama membuatku kecewa, karena mama tak bisa menemaniku. Mama sakit, begitu kata Papa.

Aku menangis, sebab malam itu aku berniat tidak hanya minta mama menemaniku
seperti malam-malam sebelumnya. Tapi aku ingin mama mengambilkanku bintang-bintang itu dan membawanya ke rumah. Aku ingin mereka menjadi temanku bermain hingga aku tak perlu bersedih setiap ketika larut mama mengajakku masuk.
Tapi Mama tetap tak bisa membantuku. Jangankan untuk mengambilkanku bintangbintang, sekedar duduk bersama di belakang rumah, merasai sentuhan angin yang lembut, dan menyapa kedamaian malam, serta tersenyum membalas lambaian sang bulan pun, mama tak kuat. Hingga malam berakhir, aku masih kecewa.


Malam itu bahkan aku tak mau makan, hingga mama yang sedang sakitpun harus memaksakan diri tetap menyenandungkan nyanyian cinta pengantar tidur. Untuk yang ini pun yang aku tahu, adalah juga kewajiban orangtua, menyanyikan lagu pengantar tidur. Esok harinya aku demam. Karena semalaman tidak mau makan setelah beberapa jam di
belakang rumah “bermain-main” dengan bintang-bintang. Meski sedikit cemas, mama tak pernah panik. Sentuhan hangat mama, membaluri ramuan khusus ke seluruh tubuh kecil ini.


Dua hari sudah, tak kunjung sembuh demamku. Padahal mama sudah membawaku ke dokter. Mama semakin panik. Panasku meninggi dan sering mengigau. Tetapi justru disaat mengigau itulah mama tahu obat terbaik untuk menyembuhkanku. (sampai disini, aku masih beranggapan, mencarikan obat, menyembuhkan anak, adalah sekedar kewajiban orangtua) ? Aku tidak tahu apa yang mama perbuat. Setelah terlelap beberapa jam, aku terbangun, dan aku terkejut, hampir tak percaya apa yang kutatap di langit-langit kamarku. Bintang-bintang ? mama membuatkanku bintang-bintang dari kertas berwarna metalik, banyak sekali, puluhan, entah, mungkin ratusan. Sebagiannya digantung sebagian lagi dibiarkan berserakan di tempat tidur dan lantai kamar. Kuciumi mama karena telah membawakan bintang-bintang dari langit itu ke rumah. Dan mama benar, kulihat di masing-masing bintang itu ada namanya, salah satunya, ada bintang yang paling bagus dan paling besar, diberinya namaku.


Anak mama yang dulu kerap memandangi bintang itu, kini sudah dewasa. Sudah hidup
mandiri. Tapi aku tetap anak mama. Kemarin, kutelepon mama mengabariku bahwa aku sedang tidak sehat dan tidak masuk kantor. Beberapa jam kemudian, diantar papa dan salah seorang adikku, mama datang. Aku memang tetap bintangnya mama, dibiarkannya kepalaku bersandar dipeluknya, kurasakan kembali kehangatan itu. hingga aku tertidur.
Sore, mama hendak pulang.

Sebenarnya aku ingin sekali menahannya untuk tinggal beberapa hari, tapi adikku berbisik, “Waktu abang telepon, mama sebenarnya sedang sakit “?
Ada setitik air disudut mata ini. Aku tak tahu apa yang harus kukatakan. Kini, sekali lagi
kusadari. Semua yang dilakukan mama untukku, bukanlah kewajiban. Itulah yang disebut cinta, cinta abadi. Cinta yang takkan pernah bisa aku membalasnya. Dan mama adalah bintang sesungguhnya bagiku.

Minggu, 13 Desember 2009

Lupa Kuncinya ....

Sambil mengambil sandal di rak serambi samping masjid Agung, jantung saya berdetak sekian kali lebih cepat. Berlomba dengan langkah tergesa menelusuri pelataran masjid menuju tempat parkir. Sebelumnya . . . usai shalat maghrib, saat melipat mukena tiba-tiba saya teringat kunci kontak sepeda motor saya. Meraba saku tidak ada, mengeluarkan semua isi tas kecil yang dibawa kakak saya pun hasilnya nihil. Dalam hitungan sepersekian detik, beberapa asumsi saya bermunculan . . . oohhh jangan-jangan masih menancap di jok sepeda. Semakin berdeguplah dada saya. Rasanya lama untuk segera sampai ke tempat parkir di depan masjid. Dalam langkah-langkah saya, saya berdoa sederhana saja Bismillahhirohmanirrahim yaa Allah, pernah saya menyelamatkan kunci sepeda motor seseorang sehingga sepeda motornya tidak hilang, maka selamatkan juga kunci kontak dan sepedamotor saya. Doa khusuk diantara gemuruh jiwa yang kian riuh.


Serasa sangat lega, syukur menyebut asma-Nya, saat ujung kaca mata saya menangkap sepeda motor saya masih tetap berdiri dengan tenang. Begitu menghampirinya, bapak penjaga parkir senyum-senyum menyambut saya. Ternyata beliau yang menyimpannya, setelah saya lupa meninggalkannya begitu saja usai memasukkan kaos tangan di bagasi. Saya mengucapkan terima kasih pada beliau. Alhamdulillahirrobilalamin . . . .


Untuk kedua kalinya saya begitu teledor meninggalkan kunci menancap di jok sepeda saat berada di tempat umum. Kejadian di masjid agung itu adalah yang kedua. Kejadian yang pertama di tempat parkir Timbul Jaya Plasa. Kala itu saya baru sadar, setelah satu jam lebih muter-muter di toko buku Salemba. Begitu membuka dompet di depan kasir, saya tersentak. Sejurus kemudian sembari menuruni eskalator yang ditingkahi gemuruh riuh di dada, saya berdoa agar Allah menyelamatkan kontak dan sepeda motor saya. Doa yang sama dengan kejadian yang kedua. Alhamdulillah, Allah menjaganya . . . sepeda motor tetap ditempatnya. Kuncinya juga masih menancap di tempat yang sama. Dalam perjalanan pulang tak henti-hentinya saya bersyukur kepada Allah yang Maha Baik.


Apa yang kita alami memang tidak lepas dengan apa yang kita lakukan sebelumnya. Bismillahhirohmanirrahim yaa Allah, pernah saya menyelamatkan kunci sepeda motor seseorang sehingga sepeda motornya tidak hilang, maka selamatkan juga kunci kontak dan sepedamotor saya. Itulah doa sederhana saya. Memang jauh sebelum kejadian-kejadian itu, ketika berada di parkiran Sri Ratu saya melihat kunci kontak yang masih menggantung di jok. Saya tidak tahu siapa pemiliknya. Lalu saya mengambil kunci tersebut dan menyerahkan kepada petugas parkir, saya yakin petugas itu akan bertanggungjawab dengan kunci dan sepeda motor tersebut.


Tentunnya apa yang saya lakukan tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan kisah 3 orang laki-laki yang terkurung di dalam gua. Pada akhirnya mereka bisa keluar setelah satu persatu menyatakan amalan terbaik penuh keikhlasan yang pernah mereka lakukan. Pintu gua terbuka lebar, yupz! Karena pertolongan Allah semata.


Saya belajar banyak dari kejadian tersebut.

Bagaimana agar lebih teliti dan tidak teledor, sekarang setelah membuka jok kunci langsung saya cabut, baru kemudian memasukkan barang ke bagasi.


Betapa perlunya kita berdoa ketika keluar rumah, mohon penjagaan sepenuhnya dari Allah. Walau hanya dengan bismilahirahmanirahim. Kalimat permohonan ijin dan pengakuan atas otoritas Allah. Rosulullah menerangkan keutamaan seseorang yang mengucapkan basmalah ”Setiap urusan yang baik yang tidak diawali dengan bismilahirahmanirahim maka tidak akan mendapat berkah" Kalimat yang jika kita mengucapkan dengan sadar dan sungguh-sungguh, akan menghasilkan tiga kebaikkan, yaitu:

  • Akan terjaga dari setan.

  • Akan timbul pada dirinya sikap yang benar dan membawa dirinya ke arah yang benar.

  • Akan menerima pertolongan dan ridha Allah


Keharusan untuk berlaku ikhlas dan tolong-menolong dengan sesama. Maka Allah juga akan memberikan kemudahan dan pertolonganNya . . . .


Yah . . . bukan lupa liriknya, bukan hanya ingat kuncinya . . . . tapi yang saya alami lupa kuncinya . . . .^^